3 + 0 = 30 | disogok

5.4K 628 25
                                    

"Benar boleh?" Tanya gue pelan. Kepala gue tertunduk sembari meremas jemari gue sendiri.

Asli murahan banget sih lo Ri:( baru disogok pake yang gratisan udah mau luluh.

"Jelas boleh. Kamu kalau mau apa aja juga akan mas beliin selagi mas mampu," Mas Minhyun tersenyum.

Seketika gue merinding melihat senyum penuh arti milik Mas Minhyun, serius kayanya tadi gue salah ngomong deh, harusnya gue diam aja:((

"Sebentar, ini Mas lagi nyogok aku ya?"

"Hm- mungkin bisa dibilang begitu, tapi Mas seriusan tulus mau minta maaf sama kamu, Dek," jelas Mas Minhyun hati-hati, matanya menatap gue dengan lembut.

Rasanya seluruh tubuh gue memeleh karena ditatap sedalem itu sama Mas Minhyun.

"Nyoh, sigembul lucu loh dek, mukanya bulet mirip kaya kamu kalau lagi ngambek gini. Yakin nih gak mau?" mas minhyun semakin lancar merayu gue.

Aakhh pertahanan gue semakin menipis.

Kini Mas Minhyun mulai mengambil kucing besar yang gue suka, dia meletakan kucing itu dipangkuannya seraya tersenyum jahil.

"Gimana nih dek?"

Gue melihat kucing itu lekat-lekat, bulunya coklat pendeknya sedang dielus oleh Mas Minhyun, wajah bulat kucing itu juga sangat menggemaskan. Ok, gue nyerah.

"Mau.."

"Hah apa, Dek? Kamu ngomong apa?"

"Iya aku mau!" Jawab gue agak berteriak, muka gue terasa panas. Pasti sekarang muka gue udah merah kaya tomat:( malu....

Mas Minhyun tertawa puas, gue yang malu lebih memilih membuang muka dan membiarkan Mas Minhyun tertawa. Tanpa aba-aba, Mas Minhyun memeluk gue dengan erat, didepan banyak orang yang mayoritasnya pengunjung Cafe.

Malu? Banget!

"Mas, lepas! Banyak orang ih!"

"Akhirnya kamu mau maafin Mas juga,
Dek!"

Gue bisa bernafas lega waktu mas minhyun mulai ngerenggangin pelukannya, dia natap gur lamat-lamat, jangan lupa sama senyum manis yang masih dia tunjukin ke gue.

"Jadi kamu mau kan pulang kerumah?"

Raut wajah gue seketika berubah, dengan bibir tertekuk ke bawah, gue menggeleng

"Kamu belum maafin abang-abang yang lain?"tanyanya lengkap sama nada kecewa.

Ofc, setelah yang kalian semua lakuin, gak gampang ngelupain tatapan dan ucapan mereka waktu itu.

Bang minhyun ngehela nafas pelan, dia mencoba bersabar. "biar Mas yang wakilin mereka minta maaf. Maaf ya dek, ayo pulang kerumah, gak baik tinggal dirumah laki-laki yang bukan suami kamu loh."

"Bang Yoongi emang bukan suami aku! Tapi dia lebih dari itu, Mas!" Balas gue agal sewot. entah kenapa gue agak gak suka sama ucapan Mas Minhyun.

"Ngga gitu Dek, maaf. Yaudah sekarang bawa si gembulnya ke mobil, Mas urus proses adopsinya dulu, setelah itu kita pulang," Dengan lembut, Mas Minhyun mengusap rambut gue.

"Pulang?"

"Iya sayang, pulang kerumah kita."

-

"Chiyorie kamana dah, kok belum pulang-pulang, sih," gusar Namjoon. Sejak tadi dia berjalan bolak-balik di depan pintu menunggu kepulangan adiknya itu.

Yoongi menatap namjoon malas, udah 10 menit lebih dia mendengar pertanyaan yang sama. Yoongi juga khawatir, tapi dia gak heboh kaya Namjoon gitu.

Taehyung menegur Namjoon. "Buset dah, coba sini duduk aja. Mata gue sakit liat lo bolak-balik terus."

"Mana bisa! Gue tuh khawatir, kalau  kenapa-napa di jalan gimana? Kalau dia diculik om pedofil gimana? Ah anjing!" Tanya Namjoon diakhiri dengan sambatan penuh rasa frustasi.

"Berisik. Dia lagi dibawa abang tirinya," ketus yoongi yang lagi bersandar di sofa.

Taehyung yang lagi main game dan namjoon yang lagi mondar mandir refleks berhenti dan natap yoongi dengan mata melebar kaget.

"Kok lo bolehin sih?!" Taehyung berteriak heboh, Playstasion yang dia mainkan diabaikan begitu aja, kini dia fokus menatap Yoongi kaget.

"Mau mati lo?" sinis yoongi.

Taehyung menelan ludah gugup. "Ya ngga lah bang."

"Kenapa lo biarin chiyorie sama abang tirinya?" tanya namjoon dengan mimik wajah gak percaya.

Yoongi menghela nafas kasar. "Dia harus nyelesain masalahnya sendiri."

"Tapi kalau chiyorie tinggal dirumah abang nya lagi gimana?" tanya taehyung waswas.

"Itu hak dia, selama dia baik-baik aja gue gak masalah."

"Kalau dia disakitin lagi sama abang tirinya gimana?" tanya taehyung yang masih gak rela chiyorie pergi sama abang tirinya.

Seketika ekspresi yoongi semakin datar. "Kalau begitu, biar gue sendiri yang selesain."

-

5 menit.

10 menit.

Sampai 30 menit.

Gue terus menerus melihat jam, waktu terus berjalan dan gue masih stuck disini aja.

Disini, lebih tepatnya di rumah pertama yang gue kunjungin waktu pertama kali tiba di korea. Rumah (atau bisa dibilang mansion) yang papa beli untuk kita semua tinggal disini.

Mas Minhyun benar-benar membawa gue pulang. Sejak tadi gue bungkam, mengabaikan kehadiran Bang Jihoon, Bang Daniel, Bang Jinyoung dan Kak Daehwi yang terus berusaha mengajak gue bicara.

"Chiyorie... kamu mau sampai kapan diam begini? Mulut kamu gak keram? Dari tadi mingkem mulu loh," kata Bang Jihoon yang mulai lelah mengajak gue bicara.

"Ke atas yuk, Dek. Liat kucing gendut yang tadi kamu bawa, dia lagi main loh sama Rooney Peter," Bang Daniel Merayu.

Masih bungkam, gue lebih milih buang muka dan natap ke jendela. Gak lama suara langkah kaki bergema dari tangga, ada mas minhyun yang sekarang penampilan nya lebih santai pakai kaos oblong warna putih dan celana training hitam.

Gue berdiri, lalu berlari mendekat ke Mas Minhyun. "Mas! Aku mau pulang!"

Mas Minhyun tersenyum kecil, jemari besarnya terangkat, menepuk kepala gue pelan. "Mau pulang kemana, dek? Ini rumah kamu."

"Rumah Bang Yoon..."

Bisik gue seraya menunduk, gue pikir mereka gak mendengar, tapi ternyata gue salah. Seketika gue merasa sesak karena dipeluk secara tiba-tiba.

"Gaboleh! Rumah kamu disini!" Pekik Bang Jihoon dan Kak Daehwi yang kini sedang memeluk gue erat-erat. Bang Daniel dan Bang Jinyoung juga melakukan hal yang sama.

Badan gue yang mungil tenggelam dalam pelukan mereka semua. Gue Speechless. Mau mati aja rasanya.

Tbc

Brothers Conflict [Wanna One] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang