2 + 9 = 29 | lahlah

5.5K 634 16
                                    

Ini lagi di sekolah, kenapa Guanlin bisa seberani itu?! Ya walaupun cuma kecupan singkat tapi kan tetep aja:(

Hiks, bibir gue ternodai.

Sekali lagi gue bersyukur karena keadaan yang sepi, karena bel masuk udah bebunyi sejak tadi, ditambah letak tangga ini berada dipaling ujung koridor, jauh dari kelas membuat gue lebih bersyukur.

Gue segera menaiki tangga secara mundur saat melihat Guanlin maju mendekat.

"Jangan deket-deket!"

Salah satu alis Guanlin terangkat, "jadi gue belum dimaafin?"

"BELUM LAH! EMANG GILA LO! MANA ADA MINTA MAAF KAYA GITU!" teriak gue marah.

Suara gue agak sedikit menggema.

"Dasar saudara tiri gak ada akhlak! Sinting lo! Bisanya nyusahin gue aja!" Gue memaki Guanlin sepenuh hati, menatap Guanlin nyalang.

"..." damagenya lumayan juga, batin Guanlin agak meringis kecil.

"Dah lah, males gue sama lo," gue membuang muka, menghindari tatapan Guanlin.

Guanlin mengehela nafas, maju beberapa langkah lalu menggenggam lengan gue. "Ya makanya maaf. Ayo pulang kerumah, chiyorie. Gak baik tinggal dirumah orang lain terlalu lama," bujuk nya.

"Bang Yoongi bukan orang lain!" Gue menepis tangan Guanlin kasar, setelah itu berbalik dan berlari menaiki tangga.

"Chiyorie!"

Gue lebih milih mengabaikan Guanlin, tujuan gue sekarang lari sejauh mungkin dari dia. Kalau terus berlama-lama ngehadapin Guanlin, gue bisa gila!

"Kenapa ngikutin gue?!" teriak gue saat menoleh ke belakang dan mendapati Guanlin yang juga sedang berlari menaiki tangga.

"Ya, lo kenapa lari?!" bales guanlin.

"karena lo ngejar gue!"

Nafas gue memburu, gue berlari menaiki tangga sampai lantai 3. Fyi, lantai 3 itu berisi ruangan khusus aneka ragam eskul, tapi karena ini masih jam pelajaran, kondisi lantai 3 sepi.

Sial, rasanya gue mau rebahan aja. nasib anak gak pernah olahraga, sekalinya lari berasa mau mati gini:( gue masih bisa mendengar langkah kaki Guanlin yang mengikuti gue.

Tadinya gue mau pasrah, tapi sepertinya Dewi Fortuna lagi berpihak sama gue. Salah satu pintu ruangan milik klub Seni Lukis terbuka dan muncul seseorang yang gue kenal.

Gue berlari menubruk Sam sembari menggenggam tangannya erat-erat. Peduli setan sama cat minyak yang ikut mengotori tangan gue, yang penting gue bisa sembunyi dari Guanlin.

"Udin! Hueee lo ganteng banget, please help me!"

"Hah? Kenapa lo?"

"Hah hah?! Gue bukan keong! Please, cepet umpetin gue!" Panik gue saat mendengar derap langkah Guanlin semakin dekat.

Sam menghela nafas, dia balik menggenggam tangan gue. Dia menarik gue masuk kedalam ruangan Klub Seni Lukis, tanpa banyak bicara dia menuntun gue duduk dibalik pintu.

Nafas gue masih terengah-engah, sebisa mungkin gue menormalkan nafas gue sembari menenangkan diri. Gue menyandarkan punggung gue di pintu. Suara Guanlin memanggil nama gue terus terdengar.

Tanpa sadar gue meremas tangan Sam yang masih gue genggam.

Selama 5 menit hening, gak ada yang membuka suara sampai akhirnya Guanlin pergi gue baru bisa bernafas lega.

"Akhirnya dia pergi juga..."

"Mau sampai kapan lo megang tangan gue?"

Reflek, gue menoleh, menatap Sam sembari berkedip beberapa kali. Gue menunduk dan melihat tangan gue yang masih menggenggam tangannya. Malu, gue segera melapas tangan Sam lalu mengalihkan pandangan.

Brothers Conflict [Wanna One] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang