1 + 9 = 19 | nah kan

5.2K 644 25
                                    

Ternyata bang Seongwoo serius mengajak gue makan malam berdua, tadi kita sempat berjalan-jalan sebentar di sebuah Mall besar yang jaraknya lumayan jauh dari rumah.

Setelah membeli beberapa barang, bang Seongwoo mengajak gue ke salah satu restoran Jepang. Sebenarnya sejak tadi ada perasaan yang mengganjal didalam hati gue saat membaca pesan di grup, perasaan gue berubah menjadi gak enak. Firasat gue kencang banget, kayanya akan ada hal yang membuat gue susah.

"Adek, makannya jangan sambil melamun dong. Duh, itu sudut bibir kamu kena wasabi," panik bang Seongwoo, tanpa berpikir dua kali, dia menyapukan noda disudut bibir gue dengan jarinya.

Sontak wajah gue memerah karena malu. Gila aja, udah sebesar ini makan gue masih berantakan kaya anak kecil.

"Maaf, bang," gue bergumam pelan.

"It's okay, bukan masalah."

"Ah iya, tumben abang ngajak makan diluar gini, ada apa?" tanya gue penasaran.

"Emang harus ada alasannya ya kalau gue mau ngajak lo makan gini?" bang Seongwoo mengusap kepala gue seraya tertawa. Aw sial, refleks gue memalingkan wajah, kenapa dia ganteng banget sih.

"Ah lo malu, gemesnya..." goda bang seongwoo, jemarinya mencubit pipi gue pelan.

Untuk mengalihkan rasa malu, gue kembali fokus memakan sushi yang gue pesan, bang Seongwoo pun mulai menyuap ebi furai kedalam mulutnya, kita fokus ke makanan masing-masing, sampai akhirnya handphone milik bang Seongwoo yang tergeletak diatas meja menyala dan berdering singkat tanda pesan masuk.

"Sebentar ya, dek," izin bang Seongwoo mengambil handphonenya.

Gue hanya mengangguk santai dan kembali memasukan potongan maki roll kedalam mulut gue.

Srek!

Kepala gue mendongak menatap bang Seongwoo yang secara tiba-tiba berdiri, belum sempat bertanya bang Seongwoo udah terlebih dahulu berbicara dengan terburu-buru.

"Dek, gue tinggal dulu ya? Lo disini aja, nanti gue balik lagi. Arin udah sampai dibandara, dan gue gak bisa biarin dia kerumah pakai kendaraan umum. Maaf ya, dek!" tanpa mau mendengar jawaban gue, bang Seongwoo udah lebih dulu berlari keluar restoran meninggalkan gue sendiri.

Untuk beberapa saat gue speechless.

Ini gue ditinggalin? Gue agak gak yakin dia akan jemput gue kambali. Oh my! Arin itu siapa? Apa salahnya ngajak gue ikut ke bandara buat jemput dia? Kan biar gue bisa kenalan dan tau dia! Tapi kenapa gue malah ditinggal?!

Dengan gemas, gue meremas rambut gue sendiri lalu kembali memasukan sisa sushi kedalam mulut gue dalam satu suapan sampai pipi gue menggembung penuh makanan.

Serius, gue kesel, dan yang lebih bikin gue kesel lagi, tas berisi handphone dan dompet gue ada didalam mobil bang Seongwoo.

Waktu yang dibutuhkan dari Mall ini sampai Bandara sekitar 1 jam, dan gue terlalu jengkel buat menunggu bang Seongwoo datang menjemput gue, jadi gimana cara gue pulang disaat gue gatau alamat rumah, bahkan tanpa uang sepeser pun.

Ayo sabar chiyorie, tarik nafas dalam-dalam lalu hembuskan perlahan-lahan. Setelah itu keluarkan sebuah kata mutiara untuk menenangkan diri yang sebelumnya udah diajarkan oleh bang Jimin.

"Jancok!"

-

Arin, merupakan sepupu mereka semua, ibu Arin itu adik dari mama Irene. Keluarganya menetap di New York dan memiliki sebuah perusahaan yang cukup besar disana, dan kebetulan sejak kecil para anak mama Irene dekat sama Arin. Makanya kadang setiap liburan sekolah Arin suka datang ke Korea buat menginap atau sebaliknya mereka yang datang mengunjungi Arin ke NY. 

Brothers Conflict [Wanna One] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang