2 + 4 = 24 |nah nah

6.2K 685 165
                                    

Wah, harusnya dari awal gue tau kalau orang gak akan berubah secepat itu. Sekalinya bangsat ya tetap aja bangsat. Butuh banyak waktu untuk orang berubah.

Gue gak tau kalau ternyata Guanlin sebangsat ini.

"Lin, jangan buat gue memukul lo lagi, tutup mulut lo," geram mas Minhyun.

"Gue salah lagi?" tanya Guanlin denga nada menantang.

"Lo masih nanya? Kenapa lo masih aja belain Arin sih?! Lo udah liat kan video CCTV yang bang Jisung kasih? Arin duluan yang memulai!" sambar bang Jinyoung marah.

"Harusnya lo minta maaf, Bae Guanlin," ucap bang Jisung penuh penekanan.

"Arin! Lo juga, kenapa diam aja? Harusnya lo minta maaf sama Chiyorie!" kesal bang Jaehwan.

Ah perut gue bergejolak, terasa ada tangan yang menggelitiki perut gue. Mereka menggelikan, kemarin mereka habis-habisan menyalahkan gue. Kenapa sekarang bersikap seperti pahlawan kesiangan?

Tawa bang Yoongi mengalun, suara tawanya sangat jelas dibuat-buat. selesai tertawa sinis bang Yoongi berbicara. "Tenang, bocah tengik itu gak salah. Chiyorie akan tinggal dengan gue, gue ucapkan terima kasih, karena itu biar gue yang memberi tau kepindahannya ke ayahnya, kalian cukup diam dan jangan ganggu Chiyorie lagi."

Mas Minhyun kembali membuka Suaranya, "Coba jangan halangi Chiyorie, gue mau Chiyorie langsung yang bicara. Kalau itu emang mau dia, mau gak mau harus membiarkan dia tinggal dengan lo."

Memberanikan diri, gue mendorong pundak bang Yoongi pelan. Gue maju beberapa langkah, menatap setiap orang yang ada didepan gue satu persatu, salah satu sudut bibir gue terangkat membentuk senyuman miring saat melihat sosok Arin yang sedang bersembunyi dibalik tubuh Guanlin.

Gue berdiri ditengah-tengah bang Yoongi dan jungkook sembari melipat tangan didepan dada, tatapan gue mengarah kepada Arin.

"Hei Arin, lo bisa merasa senang saat ini. Tapi bagaimana kalau papa gue tau masalah ini? Gue dengar, papa mempunyai saham cukup besar perusahaan ayah lo."

Dari sini dapat gue lihat kedua tangan Arin mengepal, matanya menatap gue nyalang.

Wujud aslinya mulai terlihat.

"Lo mau ngadu? Kekanakan," cibir Guanlin yang jelas-jelas membela Arin.

Gue mendengus, mengabaikan cibiran Guanlin, "Loh? Arin kok diam? Padahal lo banyak bicara banget waktu itu."

"Lo---

"Urusai. Gue gak bicara sama orang kaya lo."

Kedua mata gue menatap Guanlin tajam. Dia terlihat marah, rahangnya mengeras, ah pasti harga dirinya yang tinggi itu terluka.

Kali ini gue menatap bang Jisung dan mas Minhyun dengan serius. gue ber-ojigi singkat dihadapan mereka sebelum bicara.

"Maaf bang, mas, kayanya lebih baik aku tinggal sama bang Yoongi. Aku mau ambil beberapa barang aku sebentar, setelah ini aku akan segera pergi kok. Jadi aku mohon bantuannya," gue kembali ber-ojigi, kali ini gue membungkuk agak lama dan lebih dalam.

"Dek..."

"Maafin kita, please... Jangan kaya gini, dek."

"Kita yang salah, jangan pergi, dek."

"Maaf, maaf karena udah buat lo sakit hati...  Gue mohon jangan pergi."

"Dek, gue akan lakukan apapun yang lo suruh. Jadi gue mohon, jangan pergi..."

"Maafin kita, dek. Maaf karena gak mendengarkan alasan kamu waktu itu, maaf."

Jemari besar milik jungkook mencengkeram lengan gue pelan, membuat gue kembali berdiri dengan tegak.

Brothers Conflict [Wanna One] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang