2 + 8 = 28 | what the

5.8K 637 43
                                    

Kejadian semalam membuat mood pagi gue rusak, kenapa sih mereka harus datang ke rumah bang Yoongi? Nyebelin.

Niatnya hari ini mau bolos lagi, tapi ternyata gak semudah itu, pagi-pagi banget Jungkook udah repot-repot jemput gue atas titah Paduka Raja Min Yoongi. Mau gak mau gue berangkat sekolah bareng Jeka, soalnya dia bilang kalau gue bolos lagi, nanti jeka yang di eksekusi bang Yoongi (:

Jadi disini lah gue, jalan dengan malas menuju kelas, gue datang terlalu pagi, koridor yang biasanya ramai sekarang sepi, hanya ada segelintir murid yang baru datang.

"Nah udah sampai, gue kekelas, ya?" Pamit Jungkook yang mengantar gue sampai depan pintu kelas. Tangan besarnya terangkat mengusak rambut gue dengan gemas.

"Ck, rambut gue berantakan. Sana lo ah," gue memukul tangan Jungkook pelan. Yang dipukul tertawa renyah, dia tersenyum dan melambaikan tangannya sebelum benar-benar pergi.

Ah Jungkook dan sifat manisnya, sejak dulu gak pernah berubah. Setelah punggung Jungkook menjauh, gue masuk kedalam kelas yang ternyata udah lumayan ramai.

Baru dua langkah gue menginjakan kaki di dalam kelas, suara heboh udah menyambut telinga gue.

"CHIYORIE! AMNJINK KEMARIN GUE GAK MASUK JADI BARU SEKARANG BISA NAGIH UANG KAS, SINI BAYAR KAS CEBAN!"

Gue mengelus dada sabar, menatap kearah Sanha dengan tatapan selembut mungkin, "Bukannya nanya kabar atau kasih salam, ini malah nagih kas, kamu bangsat ya, sanha."

"Eiy bacot kau saudara Naruto, cepet bayar sini, gila lo bisa-bisanya izin sekolah selama ini," Sanha mengulurkan tangannya seraya mengomel.

Emang cocok banget deh dia jadi bendaharam kelas.

"Murah banget kasnya, nyoh," gue menyerahkan satu lembar uang bernilai 100 ribu kepada Sanha yang kini menganga melihat nominal uang yang gue kasih.

"DUH NENG CANTIK, MASIH PAGI, ABANG GAK PUNYA KEMBALIANNYA, DUID KAS YANG LAIN UDAH AING MASUKIN BANK EUY!"

Sanha suka banget sih teriak, masih pagi tapi telinga gue udah mulai berdenyut karena suara badai Sanha.

"Emang uang ceban itu gimana sih bentuknya? Uang didompet gue sisa yang warna pink doang, nih," jawab gue dengan wajah polos. Sengaja sih, gue mau iseng aja.

"Lu mau gue jual ke Tokopedia, hah?" Balas Sanha.

"Woi, enak banget lu. Ini temen gue, biar otaknya rada miring, dia tetep kesayangan gue," ucap Hani tiba-tiba, dia baru aja datang.

Gue tertawa, merangkul Hani dengan gemas, "kembalianya buat anak sekelas beli permen aja, lumayan, kan?" saran gue.

"Ulululu, yaudah atuh, makasih neng cangtip," Sanha pergi kembali kebangkunya.

Hani menarik gue ke tempat duduk, gak lama dua teman gue masuk kedalam kelas, mereka Hana dan fira, karena kelas kita berbeda, kita suka bergantian datang ke kelas satu sama lain.

"Gue kira lo gak masuk lagi, Rie," kata Hana yang udah duduk didepan gue.

Fira menarik bangku yang masih kosong ke depan gue, "gue lupa nanya kemarin, lo kemana aja seminggu ini? Liburan?" Tanya Fira.

"Iya, kemarin gue lupa mau nanya, biasanya lo ngabarin gue kalau gak masuk sekolah, ini tumben gak bilang-bilang mau izin lama gitu," kata Hani menambahkan.

Gue meringis kecil, gue belum cerita masalah gue ke mereka.

Ragu-ragu gue menjawab, "Ngga kemana-mana sih, gue ada dirumah aja..."

"Jangan bilang lo lagi ada masalah?"

Ah Hana dengan kepekaannya, gue belum bisa cerita, gue hanya tersenyum getir lalu berdiri dan melirik jam dipergelangan tangan gue.

Brothers Conflict [Wanna One] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang