2 + 2 = 22 | uler

5.6K 652 75
                                    

"Guanlin! Kalau bicara itu dipikir dulu! Anjing lo ya?!" marah Jisung menggelegar, suasana sunyi, gak ada yang bisa menghadapi Jisung disaat dia sedang marah.

"Gak Seongwoo, gak lo! Bangsat semuanya! Chiyorie perempuan, dia anak gadis orang, kalau orang tua kita tau masalah ini lo mau gimana?!" lanjut Jisung.

Gak terima dimarahi oleh Jisung, Guanlin menatap Jisung nyalang. "Gue yang disalahin lagi?! Dianya aja yang childish! Setiap ada masalah pasti pergi kabur kaya gini!"

"Lo--

"Lagi pula gue benar kan? Dia bukan siapa-siapa, dia cuma orang asing yang kebetulan jadi saudara tiri kita," kata Guanlin memotong ucapan Jisung, wajahnya menampilkan senyuman sinis.

Senyuman Guanlin gak bertahan lama, karena dengan cepat Minhyun memberi tinjuan diwajah Guanlin hingga dia tersungkur kelantai. Keadaan disini semakin panas, tapi diantara mereka gak ada yang memprotes tindakan Minhyun.

"Dari kecil mama gak pernah ngajarin lo buat jadi bajingan kaya gini, Guanlin."

Guanlin mendengus, mengusap sudut bibirnya yang pecah akibat pukulan Minhyun yang lumayan keras. Tapi akhirnya Guanlin terdiam memikirkan ucapan Minhyun.

"Stop. mau gimana juga ini salah Chiyorie, kan? Dia yang main kasar sama Arin. Benar apa kata Guanlin, harusnya dia gak kekanakan pergi dari masalah gitu aja," Daniel membenarkan perkataan Guanlin, mendengar hal itu Jisung langsung menatap Daniel tajam.

"Kebetulan kita disini cuma melihat kejadian Chiyorie mendorong Arin, lo semua bahkan gue pun gak tau siapa yang memulai ini duluan," tegas jisung.

"Apasih? Jelas-jelas Chiyorie mendorong Arin sampai dia jatuh," ucap Daehwi.

Sungwoon ikut menimpali, "Benar apa kata Daehwi, lagi pula gak mungkin kan Arin memulai duluan."

Kepala Arin tertunduk, Guanlin menatapnya iba. Ini jelas bukan salah arin, mana mungkin dirinya yang baik dan manis ini mencari gara-gara terlebih dahulu dengan Gadis barbar itu.

Andai Guanlin melihat senyum kemenangan diwajah Arin, senyum itu semakin lebar saat banyak yang membelanya. Persetan dengan Jisung dan Minhyun, sejak awal Arin gak suka dengan mereka.

Arin punya alasan kenapa dia berlaku menyebalkan kepada Chiyorie, Arin merasa keberadaan Chiyorie akan membuat posisinya terancam. Sejak dulu dirinya selalu senang menjadi pusat perhatian, Arin selalu ingin semua orang terfokus pada dirinya. Bagi Arin seluruh kakak sepupunya itu miliknya, gak boleh ada yang mengusik mereka, karena hanya dengan mereka lah Arin bisa menjadi Ratu yang selalu disenangi dan dimanja.

"Arin. Angkat kepala lo dan jelasin apa yang terjadi," perintah Jisung tanpa mau ditolak.

Arin tersentak saat mendengar perintah Jisung, kepalanya terangkat dengan pelan-pelan, dia membuat wajah sedih. Kedua bahunya mulai bergetar menahan tangis yang dibuat-buat.

"Ja-jadi, tadi aku emang minjem konsol game milik Chiyorie, tapi dia tiba-tiba marah mengambil konsol game itu lalu melemparnya ke lantai, bahkan dia ngedorong aku juga kaya tadi," jelas Arin dengan mata berkaca-kaca. Guanlin yang berada disebelah Arin mengusap kepala gadis tersebut untuk menenangkannya.

Kepala Jisung mengangguk puas, kini matanya bergerak mengedar keseluruh sudut ruangan.

"Di setiap sudut ruangan ini dilengkapi CCTV berukuran mikro, totalnya ada 4. ayo kita ke keruang kontrol buat liat siapa yang berbohong disini," ucap Jisung serius.

Mendengar ucapan Jisung, sontak wajah Arin memucat.

"A-ada CCTV disini?" cicit Arin pelan.

"Kenapa gugup? Lo takut?" tanya Jisung menusuk.

"Bang, udah lah. Kenapa lo jadi mojokin Arin gini? Lo lebih berpihak sama Chiyorie?" ucap Jihoon gusar.

"Gue berpihak sama yang jujur disini."

"Jadi lo pikir Arin bohong?" ucap Jaehwan gak habis pikir.

"Entah, kita gatau siapa yang jujur dan berbohong disini. Jawabanya bisa lo dapat langsung kalau melihat kejadiannya yang direkam lewat CCTV."

Kini Arin semakin memucat, tubuhnya bergetar kecil. Bibirnya ia gigit kuat-kuat. Kalau ketahuan, habis semuanya.

"Lo lebih percaya sama gadis asing itu dari pada Arin yang jelas-jelas udah lama kita kenal?" tanya guanlin yang gak menyangka dengan kakak nomer satunya tersebut.

Bukan Jisung yang menjawab, kali ini Minhyun yang membalas ucapan Guanlin. "Lo tau apa tentang Arin?" tanya Minhyun datar tanpa emosi.

"Lagi pula adek kalian disini siapa? Chiyorie atau Arin?" tanya Jisung serius. Matanya menatap seluruh saudaranya satu persatu.

Gak ada satupun yang menjawab, Jisung mendengus kesal. "Kenapa diam? Brengsek lo semua. Untuk lo Arin, kalau lo gamau ngaku juga, jangan salahin gue kalau ayah lo tau semua kelakuan buruk lo."

Setelah mengancam Arin, Jisung berlalu pergi meninggalkan mereka semua, Minhyun juga ikut pergi.

Jihoon mulai mengerti, kini ia menatap Arin lekat-lekat. "Rin, bisa lo jelasin yang sebenarnya?"

"..." 

-

Jemari gue menekan bel apartemen milik seseorang dengan tempo cepat. sembari menekan bel, tangan gue yang lain mengusap air mata gue dengan kasar, Air mata sialan yang masih terus mengalir.

Pintu unit apartemen ini pun terbuka, Taehyung muncul dengan wajah paniknya saat melihat diri gue.

"Chiyorie? Hei, lo kenapa? Ada apa?"

Bukannya berhenti, tangis gue malah semakin mengeras, tangan gue meremas baju bagian dada sendiri dengan erat, rasanya sangat sesak sampai gue merasa susah untuk bernafas.

"Ada apa? Chiyorie, nafas! Jangan tahan nafas lo!" Taehyung mengguncang pundak gue panik. Gue mencoba bernafas pelan-pelan mengikuti perkataan Taehyung.

"Hi-hiks, bang yoongi..." gue terisak-isak memanggil nama bang Yoongi.

Mengerti dengan keinginan gue, Taehyung segera berteriak memanggil nama bang Yoongi, sampai akhirnya si pemilik apartemen datang. Gue merasakan tangan bang Yoongi yang sedang mengelus kepala gue dengan lembut.

"Gue ada disini, kemari," ucap bang Yoongi dengan nada suaranya yang datar, ia merentangkan kedua tangannya.

Gue langsung memeluk bang Yoongi, suara langkah kaki yang berjalan dengan terburu-buru terdengar, ah pasti mereka lagi kumpul di apartemen bang yoongi.

"Ada apa? Chiyorie kenapa nangis?" tanya bang Jin.

"Gue gatau, waktu buka pintu dia langsung nangis gitu aja," jelas Taehyung dengan nada khawatir.

"Yaudah itu nanti aja, sekarang bawa Chiyorie masuk," ucap bang Namjoon.

Bang Yoongi bergumam pelan kemudian dia mengalungkan tangan gue dipundaknya, setelah itu dia meletakan tangannya dipunggung dan dilekukan lutut gue, bang Yoongi mengangkat tubuh gue ala Bridal Style.

"Lo udah ngelakuin yang terbaik..." bisik bang Yoongi.

Perlahan-lahan gue mulai merasa tenang berada didalam dekapan bang Yoongi, mata gue terpejam, membiarkan kegelapan mengambil alih kesadaran gue.

Tbc

Brothers Conflict [Wanna One] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang