3 + 9 = 39 | fact

4.7K 555 27
                                    

Setelah menetap selama beberapa bulan disini, akhirnya surat-surat kepindahan gue dari Jepang ke Korea pun udah selesai di urus. Gue menatap berkas yang baru aja sampai diantar sama tukang pos.

Buka tidak ya? Selama ini gue belum pernah lihat berkas penting apapun tentang diri gue. Papa selalu menyimpan berkas-berkas penting ditempat yang aman, baik akte kelahiran atau yang lain nya. Kalau gue lihat sekarang mungkin gue akan tau siapa ibu kandung gue. Bukan nya apa, gue cuma mau tau siapa Ibu gue, apa salah? Udah lama gue memendam rasa penasaran, tapi gue gak pernah berani nanya Papa tentang masalah ini. Gue takut.

Setelah berdebat dengan diri sendiri, akhirnya gue mencoba membuka map coklat berisi berkas-berkas penting itu. Gue mengambil salah satu kertas yang ternyata akte kelahiran.

"Eh? Park Chiyorie?"

Salah tulis kah? Atau gimana? Marga gue Kim, tapi gak mungkin salah tulis.
gue berlanjut membaca dari tanggal lahir sampai ke nama orang tua.

"19 maret, 2002. Tapi nama Papa gak ada...." monolog gue penuh rasa penasaran

Ini beneran akte kelahiran? Harusnya gini.
Gue mencari informasi lain dengan mengambil salah satu kertas. Dan saat itu juga pupil mata gue melebar saat  membaca bagian atas dari kertas itu.

Surat adopsi anak.

Hati gue terasa mencelos saat membaca kata demi kata yang berada diatas surat itu. Nama gue ada disana sebagai anak angkat papa. Bahkan tanda tangan papa tertoreh dibagian bawah surat itu.

Dengan pandangan kosong, gue menampar pipi gue sendiri keras-keras. Rasa panas menjalar di pipi yang baru aja gue tampar. Ini sakit, jadi ini bukan mimpi. Tanpa di pinta, seluruh tubuh gue mulai bergemetar.

Jadi gue bukan anak kandung papa?

Lalu gue anak siapa?

kenapa papa gak pernah cerita? Kenapa? Mata gue memanas. Tetes demi tetes air mata gue berjatuhan membasahi kertas itu. Dengan kasar gue menghapus air mata gue lalu memasukan kembali surat itu kedalam tas gue.

Dada gue terasa semakin sesak, sampai rasanya sulit untuk mengambil nafas. Kaki gue melangkah keluar dari kamar ini, gue membuka pintu lalu mulai berlari, saat ini gue cuma mau pergi.

"Loh dek?"

Gue mengabaikan Bang Jinyoung yang heran, gue tetap pada pendirian awal.
Harusnya gue sadar, dari awal gue emang benar-benar orang asing disini... Air mata gue mengalir semakin deras seiring kaki gue melangkah menjauh dari rumah ini.

Kenapa rasanya sesakit ini? Kenapa sesak banget.

Gue mau menghilang aja.

-

"Bang! Bang Jisung!" teriak Jinyoung didepan ruang kerja Jisung. Tak lama setelah itu, pintu dibuka dengan kasar, muncul jisung dengan wajahnya yang kusut.

"Apasih anying? Ganggu aja lo!"

Jinyoung menggeram panik. "Chi-chiyorie bang! Di-dia---

"Chiyorie kenapa?!" Jisung langsung  menguncang bahu jinyoung, dia yang merasa mengantuk langsung segar waktu melihat jinyoung yang panik saat menyebut nama chiyorie.

"D-dia pergi dari rumah! Dia lari sambil menangis tadi!" lapor Jinyoung lengkap dengan nada cemas.

"Hah emang ada apa?!" Jisung ikutan panik.

"Gatau! Waktu gue mau kekamarnya, tiba-tiba dia udah lari aja!" Jawab Jinyoung, tangannya gak henti meremas satu sama lain, dia takut ada apa-apa sama Chiyorie.

Brothers Conflict [Wanna One] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang