4 + 1 = 41 | Awal mula

4.5K 569 17
                                    

"Adek, kamu yakin gak mau Mas anterin ke lobby?" Tanya Mas Minhyun untuk ketiga kalinya.

Gue sedang duduk dipijakan lantai dekat pintu keluar unit apartemen Mas Minhyun, gue sedang mengikat tali sepatu gue, setelah selesaj gue bangkit lalu berbalik menghadap Mas Minhyun.

Sudut bibir gue tertarik, membentuk sebuah senyum simpul. "Gak usah Mas, aku tinggal naik lift terus turun kebawah sampai lobby, aku bisa sendiri kok."

Sesuai perkataan Papa, hari ini Om Yixing yang akan menceritakan semuanya. Dan Om Yixing yang akan menjemput gue sekarang, katanya gak enak kalau harus menceritakannya disini, jadi Om Yixing mau membawa gue ke sesuatu tempat.

Mas Minhyun menghela nafas lalu dia mendekat dan langsung menarik gue masuk kedalam pelukanya.

"Mungkin kamu belum tau, Dek. Sebenarnya Mas bukan anak kandung mama Irene."

"?!" Gue berjengit terkejut, pernyataan Mas Minhyun terlalu tiba-tiba. Gue mendorong dada Mas Minhyun agar gue terlepas dari dekapannya, namun sayang Mas Minhyun malah memeluk gur semakin erat.

"Biarin begini dulu, Mas janji cuma sebentar..."Bisik Mas Minhyun lirih.

Akhirnya gue diam, gue menunggu Mas Minhyun melanjutkan Ceritanya. Jujur aja, gue terkena serangan jantung ringan saat mendengar pernyataan mendadak Mas Minhyun.

"Waktu berumur 5 tahun Mama Irene membawa Mas dari panti ke rumahnya. Awalnya Mas juga sama kaya kamu, Mas pikir gak seharusnya Mas ada disini. Rasanya sangat asing berada di sekitar saudara yang lain," jelas Mas Minhyun.

Gue tetap diam, jemari gue meremas bagian belakang kaos milik Mas Minhyun. Gue bingung harus apa.

"Mas pikir mereka gak akan pernah mau menerima Mas, tapi ternyata salah. Sejak Mas datang ke rumah itu, Mama gak pernah sekalipun membeda-bedakan Mas sama yang lain, bahkan saudara yang lain juga gak pernah sekalipun bertanya Mas siapa, kenapa bisa ada di rumah mereka waktu itu. Mereka gak pernah mengungkit itu."

Gue terhenyak, tanpa sadar kini gue membalas pelukan Mas Minhyun erat-erat.

Mas Minhyun terkekeh pelan, jemarinya mengusap helain rambut gue lembut, dia kembali melanjutkannya, "Mas dulu pernah keceplosan nanya kenapa mereka gak pernah mempersalahkan diri Mas yang bukan bagian dari keluarga mereka. Lucunya mereka hanya tersenyum dan bilang kalau ikatan keluarga gak harus memilik satu darah yang sama, semuanya bisa jadi saudara kalau mereka saling sayang satu sama lain."

Mas Minhyun melepaskan dekapannya, kini di tersenyum kecil kepada gue. Jemarinya yang panjang mengusap sudut mata gue yang entah sejak kapan udah basah oleh air mata.

Ah gue cengeng banget.

"Jadi Dek, jangan pernah berpikir kalau kamu itu bukan bagian dari keluarga kita, ya?"

"Um..." gue menunduk, menatap ujung sepatu gue sendiri dengan penuh perasaan bersalah.

"Yang lain juga pasti sayang sama kamu. Jangan sedih lagi ya?"

"Iya..."

-

"Duh sayangnya Om kenapa? Mata kamu sembab banget."

Begitu gue bertemu dengan Om Yixing, dia langsung menangkup wajah gue lalu bertanya dengan nada khawatir.

"Hehe gapapa kok, tadi cuma kelilipan debu."

"Hm ok deh, mau pergi sekarang? Gak ada yang ketinggalan kan?"

"um-- ngga ada Om."

Brothers Conflict [Wanna One] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang