2 + 5 = 25 | yahhh

6.7K 679 64
                                    

"Serius deh, demi apapun gue gak ikhlas Chiyorie tinggal sama si Agus itu!" Minhyun mengacak surai coklat gemas. Ini rapat entah yang keberapa kalinya, mereka semua minus Arin berkumpul ditaman belakang untuk membahas masalah Chiyorie lagi. Ya, lagi.

"Ck, ini biang masalahnya Seongwoo sama Guanlin!" celetuk Daehwi. mereka yang disebut namanya hanya terdiam, membiarkan yang lain ikut menyalahkan diri mereka.

Walaupun kesal, tapi Guanlin mengakui kalau kata-katanya keterlaluan. Melihat Chiyorie bergaul dan kelilingi banyak laki-laki seperti itu membuat nya muak, perasaan asing menyeruak begitu aja, membuat ia berbicara tanpa dikontrol.

Kata cemburu terus menari-nari dikepalanya, tapi dengan berbagai macam alasan, Guanlin menepis hal itu. Konyol, cemburu dengan gadis kecil merepotkan seperti Chiyorie? Hah.

Udah lewat seminggu semenjak Chiyorie pergi, mereka udah melakukan berbagai macam cara untuk menghubungi Chiyorie, baik langsung maupun melalui temannya, tujuannya tentu untuk memohon maaf dan meminta Chiyorie kembali pulang. Sayang hasilnya nihil, sepertinya gadis asal Jepang itu benar-benar gak mau berhubungan lagi dengan mereka.

Seluruh media sosial hingga nomor telepon mereka diblok oleh gadis itu.

"Gue benar-benar ngerasa bersalah sama Chiyorie..." ucap Seongwoo lirih, kepalanya tertunduk menatap ujung sepatunya. Dia gak berani menatap seluruh saudaranya, malu.

Jinyoung menghela nafas lelah, dia menyandarkan punggungnya disofa tempatnya duduk, lengannya terangkat menutupi matanya. "Mau gimana lagi? Ini salah kita juga yang asal menuduh dia..."

Sontak, Minhyun dan Jisung mendengus kasar saat mendengar ucapan Jinyoung.

"Sorry to say, lebih tepatnya kalian, dari awal gue gak ikut-ikutan," kata Minhyun seraya membuang tatapannya ke sekitar taman, memperhatikan barisan pohon sakura dihalaman belakang yang mulai gugur daunya daunnya.

"Gue juga," jawab Jisung.

Daehwi memutar kedua bola matanya malas, ia menatap Minhyun dan Jisung jangah. "Ok, lo berdua gak salah. lo suci kita yang berdosa disini."

Woojin berdecak, "ck, balik lagi ke awal, jadi kita mau gimana lagi buat bujuk Chiyorie?" tanya Woojin yang mulai merasa frustasi.

"Apalagi selain minta maaf? Kita datang langsung ke tempat dia," saran Jaehwan dengan nada pasrah, karena bagi dia ini satu-satunya cara. Bahkan mereka gak bisa menemui Gadis yang berstatus sebagai adik tirinya itu di sekolah. Seminggu lebih dia gak sekolah.

"Gue ragu dia akan maafin kita begitu aja, omongan Guanlin terlalu sulit untuk dia lupakan, orang asing? Oh god. Gue gak bisa membayangkan sesakit apa dirinya waktu mendengar itu," celetuk sungwoon frustasi, jemarinya mengacak rambutnya sendiri dengan kasar.

Daniel mengiyakan ucapan Sungwoon, "itu benar, wajahnya sangat shock waktu itu..." Lirih Daniel.

Guanlin yang sejak tadi diam kini bersuara, lagi-lagi dia merasa gak terima karena dipojokan seperti ini. "Gue tau gue salah, tapi rasanya memuakan kalau kalian terus-terusan mojokin gue!"

Jihoon terkesima, spontan dia bertepuk tangan setelah Guanlin selesai berbicara. "Wow, liat siapa yang bicara tadi... Bisa-bisanya lo bicara gitu?" tanya Jihoon dengan nada sarkas.

"Ah sial!" maki Jisung kesal, bukannya menyelesaikan masalah malah semakin menambah masalah. "Tutup mulut lo berdua!" kesal Jisung.

Jihoon dan Guanlin terdiam.

"Dari awal gue udah kasih tau ke kalian, jangan terlalu manjain anak orang. Arin itu sepupu kalian semua, mau perhatian boleh, tapi ingat ada batasnya. Dia mau apa lo semua turutin, dia minta ini minta itu, lo pada kasih! Liat sekarang jadinya gimana, dia jadi seenaknya!" omel Jisung.

Brothers Conflict [Wanna One] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang