Adiba berjalan memasuki kamar nya. Betapa kaget nya Adiba melihat Adham sudah berada di kamar dan sedang duduk bersender pada kepala tempat tidur sambil membaca sebuah buku."Mas, kapan mas sampainya??" tanya Adiba pura pura tidak tau.
Adiba bukan ingin membohongi Adham dengan pura pura tidak tau, tapi menurut Adiba, cara itu lah yang tepat saat ini.
"Sudah dari tadi" jawab Adham singkat.
Adiba menghela nafas setelah mendengar jawaban Adham. Apa tidak ada sedikit pun peduli Adham untuk sekedar bertanya Adiba dari mana??
Adiba berjalan dengan malas menuju kamar mandi. Harapan Adham untuk menghawatirkannya musnah seketika.
Di dalam kamar mandi Adiba tengah memikirkan sesuatu. Yaitu kehamilan nya. Bukan ia tidak senang dengan kehamilannya, justru ia sangat sangat senang. Tidak ada kata yang bisa menggambarkan betapa bahagianya ia sekarang.
Adiba sedang memikirkan bagaimana cara untuk memberitahukan kehamilannya pada Adham.
Tapi tunggu dulu, Adiba harus memastikan sendiri kehamilannya bukan?? Ya, Adiba akan memeriksakan nya besok. Agar semua nya lebih jelas.
Dan ia bisa memikirkan bagaimana cara untuk memberi tahukan pada Adham.
Setelah selesai dari kamar mandi, Adiba keluar dan menghampiri Adham di tempat tidur.
"Bagaimana kerjaan di Semarang mas?? Semua baik dan lancar kan??" tanya Adiba membuka obrolan.
"Ya, semua baik" jawab Adham singkat.
Adham menutup buku yang sedari tadi ia baca dan meletakkannya di atas nakas. Ia memperbaiki posisi nya yang tadi duduk menjadi tidur.
Adham menarik selimut dan mulai memejamkan matanya.
Semua gerak gerik Adham tidak lepas dari mata Adiba. Sekarang, Adham kembali ke masa dimana ia tidak memperdulikan Adiba.
Semua itu di sebabkan oleh masa lalu yang tiba tiba muncul dan kini mengganggu rumah tangga mereka.
Tak lama, Adiba pun menyusul Adham yang sudah lebih dulu tertidur.
Hari ini, Adiba akan mendatangi dokter kandungan. Setelah menyiapkan segala sesuatu kebutuan Adham, Adiba pun pergi tanpa berpamitan pada Adham. Selama perjalanan menuju rumah sakit, Adiba gelisah. ia takut kalau ternyata kehamilannya hanyalah kesalahan dalam pemeriksaan saja. Dan selama perjalan, Adiba tidak hentinya memanjatkan doa.
Taksi yang membawa Adiba berhenti di salah satu rumah sakit. Setelah membayar argo taksi tersebut, Adiba memasuki rumah sakit tersebut.
"Permisi mbak" sapa Adiba pada salah satu receptionist.
"Ada yang bisa saya bantu, bu??" tanya receptionist tersebut.
"Ruangan dokter kandungan di sebelah mana ya mbak??" tanya Adiba.
"Mbak lurus aja, trus belok kiri. Tiga ruangan dari sebelah kanan itu adalah ruangan dokter kandungan yang sedang prakter hari ini" jawab sang receptionist menjelaskan.
"Terima kasih" ucap Adiba lalu pergi meninggalkan meja receptionist tersebut.
Setelah tiba di depan ruangan yang bertuliskan 'spesialis kandungan', Adiba mengetuk pintu itu terlebih dahulu. Setelah mendengar instruksi dari dalam yang menyuruh nya untuk masuk, Adiba membuka pintu itu perlahan.
Di dalam nampak seseorang yang duduk membelakangi pintu, itu artinya ia membelakangi Adiba saat ini.
"Selamat pagi dok" sapa Adiba.
Dokter tersebut membalikkan kursinya. Adiba terkejut bukan main, dokter yang ia datangi ternyata seorang yang sangat ia kenal.
"Zein??" pekik Adiba kaget.
Ya, dokter tersebut adalah Zein Fahreza. Nama Zein sebenarnya tertera di depan pintu, hanya saja Adiba tidak terlalu memperhatikannya.
"Aku yakin kamu bakalan datang" Zein menyunggingkan senyumnya.
"Kamu, jadi dokter spesialis kandungan??" tanya Adiba tidak percaya.
Bukan tanpa sebab, Zein memilih profesi menjadi seorang dokter kandungan. Ia bahkan menentang ayah nya untuk tetap pada pendiriannya menjadi seorang dokter.
Untuk mendapatkan restu dari sang ayah, Zein rela menjadi apa yang ayahnya harapkan. Yaitu memegang dan memimpin perusahaan keluarga mereka.
Jadi lah sekarang Zein memiliki dua profesi yaitu menjadi dokter kandungan dan juga CEO di perusahaan mereka.
Alasan Zein menjadi seorang dokter tidak lain karena seorang wanita, yaitu Adiba.
Keinginannya itu ia dapatkan saat Zein berada di rumah sakit beberapa tahun lalu.
Saat itu Zein sedang di rawat di rumah sakit karena kecelakaan kecil.
Karena merasa bosan berada di ruang rawat, Zein memutuskan untuk keluar dan menghirup udara segar.
Saat sedang melintasi ruang dokter kandungan, saat itu juga sepasang suami istri muda keluar dari ruangan tersebut.
"Besok kita chek up ke dokter kandungan yang lain" ucap sang suami.
"Kenapa??" tanya sang istri.
"Aku gak mau ada tangan laki laki lain menyentuh mu bahkan mengelus perut buncit mu" protes sang suami.
"Sayang, dia kan dokter kandungan. Jadi wajar saja kalau dia melakukan itu" bujuk sang istri.
"Iya, tapi kan masih ada dokter kandungan yang berjenis kelamin perempuan, kenapa harus yang laki laki??" sang suami masih tidak terima.
"Di rumah sakit ini, tidak ada dokter kandungan perempuan sayang" sang istri terus meyakinkan.
"Kalau begitu kita pindah rumah sakit saja" putus sang suami.
Zein yang mendengar pembicaraan antara suami dan istri itu terkekeh sendiri. Namu beberapa saat, sesuatu muncul di benak nya.
"Bagaimana jika Adiba yang mengalaminya?? Jika aku menjadi suaminya, aku juga pasti tidak akan rela kalau istri ku di sentuh laki laki lain. Astaga!! Bisa ku penggal tangan nya kalau sampai itu terjadi" batin Zein.
"Seperti nya aku harus menjadi dokter kandungan untuk istri ku sendiri" Zein tersenyum penuh arti.
Bahkan saat itu Zein melupakan akan keberadaan dokter kandungan perempuan.
Dan sejak saat itu, Zein terus berusaha untuk mewujudkannya. Tapi sayang, sekarang Adiba tidak bisa ia miliki.
Meskipun begitu, Zein tetap menjalani profesinya. Tapi sepertinya Zein harus memikirkan itu kembali.
Makin gaje ya??
Haha, aku juga merasa gitu. Habisnya aku bingung mau bikin karakter Zein itu seperti apa.Tapi insya Allah kedepannya akan lebih jelas lagi.
Jangan bosan nungguin ya😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta SUAMI KU
ChickLit#6 in Chicklit 23 juni 2018 Aku tau mas Adham tidak mencintai ku. Tapi salah kah aku bila mengharapkan cinta nya?? cinta suami ku sendiri Adham Faiz Al Arkhan.. ~Adiba Ufairah~