Part 03

135K 7.1K 253
                                    


Adham tersentak dari tidur nya di tengah malam. Di lihatnya Diba yang masih terlelap. Wajah polos Diba terlihat begitu cantik. Rambut panjang yang selalu tertupi oleh hijab itu begitu indah.

"Seandainya kamu gak datang sebagai perusak kebahagian ku, mungkin aku sudah menyukai mu" gumam Adham di depan wajah Diba.

Adham melirik jam yang tergantung di salah satu sisi dinding di dalam kamar, karena malam masih panjang, Adham memutuskan untuk kembali tidur.

Diba membuka matanya setelah yakin Adham sudah kembali tertidur. Saat Adham bergerak dalam tidur nya, Adiba sudah bangun ternyata dan ia juga mendengar apa yang di ucapkan oleh Adham.

Tubuh Diba bergetar menahan tangis.
Suatu hal yang sangat menyakitkan mendengar kenyataan bahwa suami yang ia cintai ternyata menganggap dirinya sebagai perusak kebahagiaannya. Apalagi mendengar langsung dari mulut suami nya itu.

"Apa selama ini mas Adham menganggap kalau aku ini adalah perusak kebahagiannya?? Apa karena itu mas Adham selalu bersikap acuh pada ku??" batin Adiba menangis.

Adiba bangun dari tidur nya untuk melaksanakan ibadah malam nya.
Selesai berwudhu, Adiba memakai mukenah lalu memulai sholat nya.

Setelah selesai, Diba yang sudah tidak mengantuk lagi memilih untuk keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur untuk mengambil segelass air minum.

Diba meneguk air itu dengan rakus. Seperti orang yang berpuasa saja. Tanpa terasa, air mata Diba menetes begitu saja. Apa Diba menangis?? Tentu saja!! Tapi apa yang membuat nya menangis??

Kalimat Adham yang mengatakan kalau Diba adalah perusak kebahagiannya masih terdengar begitu jelas di telinga nya.

Diba merasa sesak mengetahui kenyataan bahwa ia adalah penyebab hancurnya kebahagian Adham, suami nya sendiri.

"Apa dengan aku pergi, mas Adham akan bahagia??" lirih Diba menangis.

"Ya Allah, apa aku harus benar benar meninggalkan mas Adham??"

Adiba menangis dalam diam, dalam gelap dan dalam kesendirian. Apa ia akan bertahan atau malah sebaliknya, pergi meninggalkan Adham agar Adham dapat menemukan kembali kebahagiannya.

Lalu bagaimana dengan Diba?? Hidup dengan Adham adalah kebahagiannya, meskipun Adham tidak pernah menganggap Diba dalam hidup nya.

Air mata Diba tidak berhenti mengalir, ia menangisi takdir hidup rumah tangganya yang menyedihkan.

Adham kembali terbangun dan tidak melihat Diba tidur di samping nya. Ia melirik kembali jam dinding, masih terlalu cepat kalau Diba sudah bangun. Adham merasa tenggorokannya kering dan berniat untuk mengambil air minum di dapur.

Langkah nya terhenti saat melihat Diba duduk di dapur, tanpa menghidupkan lampu. Hanya pantulan lampu dari ruang tengah lah yang membantu menerangi dapur saat ini. Dan di tempat ia berdiri saat ini, ia mendengar begitu jelas apa yang Diba ucapkan.

"Jangan tinggalkan aku" Diba terlonjak kaget mendengar suara yang selalu ia harapkan berbicara dengannya.

Adham benar benar merasa bersalah pada Diba, dan ia ingin memperbaiki kesalahannya selama ini. Meskipun belum ada tanda tanda cinta berkembang di hati nya. Adham yakin, cinta Diba cukup untuk mereka berdua.

"Ma-ma-maksud mas Adham??" tanya Diba gelagapan.

"Jangan pernah berniat meninggalkan aku" Adham berjalan semakin dekat sampai tiba di hadapan Diba.
Adham bersimpuh dengan lutut nya sebagai penopang tubuh nya saat ini.

"Maaf, selama ini aku sudah membuat mu menderita" Adiba menggeleng

"Maaf, selama ini aku sudah membuat hidup mu tidak bahagia" Adiba kembali menggeleng.

"Maaf juga, karena selama ini aku belum bisa menjadi suami yang baik untuk mu, aku tidak pernah menganggap mu sebagai istri, dan sudah menyalahkan mu sebagai perusak kebahagian ku" Adiba menangis.

Adham menggenggam kedua tangan Adiba.

"Aku berjanji, mulai saat ini aku akan berusaha menjadi suami yang baik dan akan membuat mu bahagia. Tapi aku belum bisa mencintai mu. Beri aku waktu untuk berusaha mencintai mu, dan berusahalah untuk membuat ku jatuh cinta padamu. Aku mohon bertahan lah. Apa kamu mau memulai semua nya dari awal lagi bersamaku?? Dan menjadi pasangan suami istri yang sesungguh nya"

"Boleh Diba memeluk mas Adham??" tanpa menjawab, Adham langsung memeluk Diba.

Diba menangis sejadi jadinya. Diba senang, akhirnya Adham mau menerimanya setelah hampir setahun selalu di abaikan.

Lelah menangis, Adiba ternyata sudah tertidur di pelukan Adham. Adham pun sudah tau kalau Diba tertidur, terdengar dari deru nafas Diba yang sudah teratur.

Dengan mudah nya, Adham mengangkat tubuh Diba dan membawanya ke kamar. Setelah tiba di kamar, Adham meletakkan tubuh Diba secara perlahan ke atas tempat tidur agar Diba tidak terbangun.

"Maafkan aku, kamu wanita yang baik. Dengan bodoh nya aku tidak bisa melihat kebaikan mu itu. Aku harap kamu tidak akan menyerah dengan ku" gumam Adham lalu memberi kecupan pada kening Diba.

Adiba mengerjab, menyesuaikan silatan sinar matahari yang mengganggu penglihatannya.

"Astagfirullahal adzim" pekik Adiba setelah melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 07 pagi.

Diba langsung ngacir ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya. Selang lima belas menit Diba keluar dan memakai baju nya.

Diba melirik ke tempat tidur yang ternyata masih ada Adham yang masih setia dengan mata terpejam nya.

Kejadian tengah malam tadi masih begitu jelas di ingatan Diba. Tak henti hentinya Diba mengucapkan syukur atas apa yang telah ia capai. Memulai kisah rumah tangganya dari awal, meskipun hati suaminya belum sepenuhnya ia miliki, tapi Diba tetap merasa bersyukur. Akhirnya, titik terang dari usahanya hampir setahun ini sudah terlihat.

"Kenapa melamun??" tanya Adham tiba tiba sudah ada di hadapan Diba.

"Astagfirullahal adzim. Mas ngagetin" Diba terlonjak karena kaget.

"Aku gak ngagetin, kamu nya aja yang melamun" ujar Adham.

"Maaf, mas" Diba menundukkan keplanya.

"Sudah lah, tidak perlu minta maaf. Aku mau mandi dulu"

"Iya mas, Diba ke bawah dulu buatin sarapan. Mas mau sarapan apa??" tanya Diba.

"Apa saja" jawab Adham singkat.

"Baik lah, Diba siapin dulu" Diba beranjak keluar kamar begitupun dengan Adham yang beranjak ke kamar mandi.

Meskipun Adham masih terlihat dingin, tapi mau berbicara pada Diba adalah suatu kemajuan yang pesat. Lagian, bukannya Adham juga sudah berjanji akan menjadi suami yang baik?? Meskipun tidak langsung berubah 100%, yang penting niat nya sudah ada.

Setelah selesai mandi, Adham menyusul ke ruang makan dimana Diba sudah menunggu nya.

Dengan semangat, Diba langsung menuangkan nasi goreng yang ia buat itu ke piring Adham. Adham tersenyum.

Bahagia yang di rasakan oleh Diba tidak bisa di gambarkan lagi. Meskipun hanya sarapan biasa, Diba merasa ini adalah sarapan terindah yang pernah ia rasakan setelah menikah.

Berhubung hari ini adalah hari libur, baik Adham ataupun Diba memilih untuk berdiam diri di rumah.
Hitung hitung untuk masa pendekatan di antara mereka.

Saat ini, Adiba dan Adham sedang berada di ruang keluarga. Mereka sama sama memyaksikan siaran tv yang menampilkan sebuah acara musik.

Meskipun mata tertuju pada benda menyala itu, tapi pikiran mereka sama sama melayang.

"Adiba.." Diba merasa dirinya terbang saat Adham memanggil namanya dengan lembut.

"Ke-kenapa mas??" tanya Diba gugup.

"Apa aku.. Eumm, boleh tidak, me-meminta hakku??" Adiba menunduk malu, lalu mengangguk mengiyakan.

Mengejar Cinta SUAMI KU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang