Sudah seminggu Adiba berada di rumah sakit dan belum menunjukkan tanda tanda untuk bangun.
Selama itu juga, Adham terus setia mendampingi Adiba.Jangan lupakan Zein yang belakangan ini semakin jarang menjenguk Adiba. Bukan karena ia tidak mau, tapi ia terlalu banyak urusan yang harus ia selesaikan.
"Hei, kelihatannya tidurmu sangat nyenyak. Apa kamu akan terus tertidur seperti ini??" Adham berbicara pada Adiba.
"Cepat lah bangun. Semua orang merindukan mu. Termasuk aku. Kamu tau, aku pernah bertemu dengan anak kita. Dia sangat tampan" Adham terus saja berbicara pada Adiba yang masih setia dengan mata tertutup nya.
"Mungkin dia sudah bahagia disana, aku melihatnya pergi dengan wajah yang begitu tenang dan senyum yang manis. Oh benar, senyumnya. Senyumnya sangat mirip dengan mu"
"Cepatlah bangun. Aku benar benar merindukan mu. Aku minta maaf atas semua kesalahanku. Ku mohon, bangun lah"
Adham menyerah, sudah seminggu ini ia terus berbicara pada Adiba. Tapi Adiba tidak sekalipun memberikan respon kalau ia mendengarkan Adham berbicara.
"Permisi pak. Kami akan membersihkan tubuh pasien" dua orang perawat perempuan memasuki ruangan.
"Biar saya saja sus" Adham mngambil alih tugas para suster itu.
Adham membersihkan tubuh Adiba dengan kain basah. Ia melakukannya dengan sangat hati hati dan penuh kelembutan seakan takut kalau Adiba merasa kesakitan dengan sentuhannya.
Selesai membersihkan tubuh Adiba, Adham kembali duduk di samping brankar dan memperhatikan wajah damai Adiba.
"Mata ini, mata yang sering mengeluarkan air mata karena kesalahan ku" Adham mengelus mata Adiba.
"Kaki ini, kaki yang sudah membawa mu meninggalkan aku karena kesalahan ku juga" Adham memijat pelan kaki Adiba.
"Tangan ini, tangan yang sering terangkat hanya untuk mendo'akan ku" Adham mengelus tangan Adiba.
Ternyata, tidak hanya sekali Adham mendengar Adiba berdo'a untuk dirinya. Tapi berkali kali dan selalu saja Adiba menangis dalam do'a.
"Dan yang bisa ku lakukan hanya lah membuat kesalahan. Kesalahan yang berujung dengan penyesalan. Aku menyesal. Sungguh"
"Penyeselan yang selalu mengganggu pikiran ku, penyeselan yang sudah membuat ku sehancur sekarang ini. Bangun Adiba. Jangan bikin aku menyesal lagi karena membiarkan mu tertidur selama ini"
Adham menangis.
Adham sungguh sungguh dengan ucapannya. Ia memang hancur, hatinya juga hancur. Kepergian Adiba menjadi kesalahan terbesar yang pernah ia lakukan semasa hidup nya.
"Bagaimana keadaan Adiba?? Apa sudah ada perkembangan??" tanya Zein yang baru saja datang.
Adham menggeleng lemah.
"Hey, apa putri tidur memang tidur selama ini??" kini Zein yang berbicara dengan tubuh tak berdaya itu.
"Apa kamu tidak ingin melihat ku lagi?? Ayo lah Adiba, jangan bikin aku menunggu lebih lama lagi. Setelah kamu bangun, aku akan membawa mu pergi. Aku janji, jadi cepat lah bangun"
"Apa maksud mu membawa Adiba pergi Zein??" tanya Adham.
"Kenapa mas?? Aku tidak salah jika membawa Adiba pergi. Mas sudah tidak ada hak atas Adiba" Adham bungkam.
"Apa mas menyesal melepas Adiba?? Jika ya, itu bagus. Aku harap mas tidak lupa kalau aku pernah bilang 'aku tidak akan melepaskan apapun yang sudah menjadi milikku" ucap Zein menekankan setiap kalimatnya.
Adham berdiri dan pergi meninggalkan ruangan meninggalkan Zein dengan senyum kemenangan.
Adham pergi ke taman rumah sakit. Disana Adham merenungkan segalanya.
"Hay mas Adham. Bagaimana keadaan 'istri' mu itu??" suara Tia terdengar mengejek.
"Tia.." wajah Adham merah padam melihat kedatangan Tia disana.
"Beraninya kau menunjukkan wajah mu di hadapan ku""Kenapa mas?? Apa aku salah mencelakakan wanita itu?? Bukannya seharusnya mas senang, dengan begitu mas bisa menikah dengan Loly. Oh, apa jangan jangan mas sudah tidak mencintai Loly dan cinta nya mas sudah berbalik pada wanita itu??"
Adham sudah mengepalkan tangan nya kuat. Hampir saja ia melayangkan kepalan tangan itu pada wajah Tia. Tapi ia ingat kalau Tia adalah perempuan yang bukan menjadi tandingannya.
"Mas, mas. Mas seharusnya tau. Tidak ada wanita yang pantas menjadi pendamping mu selain aku mas" Tia meraih tangan Adham yang masih terkepal kuat.
Dengan kasar, Adham menepiskan tangan Tia yang menyentuhnya.
"Jangan pernah menyentuhku dengan tangan kotor mu itu, Tia"
"Sebaiknya kau pergi dari sini, sebelum aku berubah pikiran dan melaporkan mu pada polisi saat ini juga" ancam Adham."Aku akan pergi mas, tapi aku akan kembali lagi" Tia pun meninggalkan Adham di taman itu.
Setelah merasa cukup menenangkan pikiran, Adham kembali menemui Adiba yang tentunya masih belum sadar.
Ternyata Zein sudah pergi dari sana. Dan disana ada seorang perawat yang sedang mengutak atik infusan Adiba.
Adham heran melihat keberadaan perawat tersebut disana. Bukan karena apa, tapi gerak gerik perawat itu terlihat mencurigakan, apa lagi perawat itu mengenakan masker wajah. Membuat Adham semakin mencurigainya.
"Apa ada perkembangan dengan kondisi Adiba sus??" tanya Adham.
"Tidak pak. Saya hanya memeriksa infus nya saja" jawab perawat itu.
"Karena sudah selesai, saya permisi dulu pak" ucap perawat itu tanpa menoleh ke arah Adham.
Tapi tunggu dulu, Adham mengenal pemilik suara itu.
Belum sempat perawat itu keluar, Adham dengan cepat mencekal lengan nya. Lalu melepas masker yang menutupi setengah wajah nya dengan kasar."Tia" mata Adham membulat sempurna.
"Apa yang kau lakukan disini?? Jangan jangan..." Adham menoleh ke arah Adiba tanpa melepas cekalan tangan nya.Tia hanya diam, namun tubuh nya bergetar karena takut. Adham pasti akan sangat marah.
"Katakan apa yang udah kau lakukan??" bentak Adham.
Tia terlonjak kaget karena bentakan Adham yang sangat keras."A..a..aku.. Aku tidak.." Tia terbata.
Tiba tiba Adiba mengejang.
Adham yang melihat itu sangat khawatir dan takut. Dengan cepat Adham menekan tombol yang terhubung dengan dokter.
Saat Adham sedang heboh, itu lah kesempatan Tia untuk kabur. Tapi sayang niat nya kabur tidak berjalan mulus. Zein menggagalkan rencana Tia untuk kabur. Dan menahan tangan Tia agar tidak bisa kemana mana.
Dengan amarah yang sudah memuncak, Adham menghampiri Tia dan langsung mencekik lehernya.
"Kau sudah mencari masalah dengan orang yang salah Tia. Aku akan membunuh mu" kali ini Adham tidak peduli Tia itu seorang wanita.
"Leph..lepas.." mohon Tia dengan nafas yang hampir habis.
"Kau sudah membuat ku marah Tia, dan rasakan akibat nya"
Sementara Adiba sedang di periksa oleh dokter, keributan terus terjadi di ruangan itu.
"Sudah mas, dia bisa mati kalau di cekik terus" lerai Zein melihat wajah Tia yang hampir kehabisan Nafas.
Adham sadar, kemudian melepas cekikannya dari leher Tia.
"Tolong urus dia Zein" pinta Adham.
Dengan senang hati Zein mengangguk mengiyakan.Adham menunggu dengan gelisah, takut sesuati yang tidak ia inginkan terjadi pada Adiba.
Hingga dokter menghampiri Adham dan membawa kabar yang mengejutkan.
Apa yang terjadi??
Yang bisa tebak, besok double up lagi😅Udah tiga part loh😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta SUAMI KU
ChickLit#6 in Chicklit 23 juni 2018 Aku tau mas Adham tidak mencintai ku. Tapi salah kah aku bila mengharapkan cinta nya?? cinta suami ku sendiri Adham Faiz Al Arkhan.. ~Adiba Ufairah~