Gone with The Wind

877 126 2
                                    

Akhir pekan dengan cuaca cerah, menjadi dambaan beberapa orang termasuk Yerin. Namun, pagi ini, ia tidak seperti biasanya. Bangun ditempat yang sama sekali tidak biasanya. Menatap keluar jendela besar yang menghadap langsung hamparan hiruk pikuk kota Seoul.

Semalam, Yerin memilih untuk memesan kamar daripada kembali ke rumah. Dirinya tak bisa diganggu. Tak mau dan jangan mengganggunya. Pikirannya masih melayang mengingat peristiwa yang menimpanya.

Klik....

Pintu kamarnya terbuka. Seorang wanita paruh baya yang sangat mirip dengannya masuk. Baru saja ia mengirimkan pesan tentang keberadaannya kepada ibunya, Jung Hyerim.

"adeul...."sapanya saat melihat Yerin tengah berdiri didepan jendela.

"eommaga...."Yerin memeluk ibunya. Membuat Nyonya Jung melepaskan papebagnya.

"apa yang kau lakukan? Taehyung mencarimu kemana-mana!"

Yerin melepaskan pelukannya. Bibirnya mengerucut.

"eomma, aku kehilangan projek terbesarku"ujarnya berusaha menangis.

"geumanhae... Hidupmu tidak selalu untuk pekerjaan. Kau harus hidup lebih baik bukan dari bawah pekerjaan. Aracchi?"

Yerin mengangguk. Ia membawa ibunya duduk di sofa.

"kau tahu, Taehyung sangat khawatir. Malam itu, ia mencarimu hingga entah kemana... Ia tidak pulang pagi ini...dia sangat mengkhawatirkanmu, Yerin-i"

"eomma, jangan membawa Taehyung kedalam masalahku. Ia sudah sangat lelah membantuku... Dan aku mohon, jangan lakukan apa yang kalian rencanakan. Aku tidak ingin kehilangan temanku, hanya karena perjodohanmu dan abeoji. Ia tidak benar-benar menganggapku sebagai seorang wanita"

Nyonya Jung mengangguk.

"baiklah, aku tidak akan mencampuri urusanmu dan dia. Carilah pria yang baik sepertinya"

"apa abeoji akan marah kalau aku pulang nanti sore? Aku akan langsung berangkat kerja"tanya Yerin

"entahlah, kau tidak pulang tadi malam saja ia emosi..."

Yerin mendengus. Ia harus siap menerima ceramah ayahnya nanti sore.

"baiklah, aku akan bersiap dan berangkat kerja..."angguknya.

Nyonya Jung tersenyum dan mencium kening putrinya.

*****

"lihatlah... Kalau aku jadi dia, aku akan sangat malu jika masih berani menginjakkan kaki ditempat ini"

"ia terlalu bahagia dengan pria yang silih berganti datang kesini.... Tanggungjawabnya benar-benar hilang saat berkencan"

"sudah ditinggal pergi tanpa alasan, ia masih saja bertahan. Wanita bodoh!"

Seiring perjalanan Yerin menuju ruangannya, pembicaraan tak sedap didengar merangsek masuk ketelinganya. Ia berusaha menutup telinga. Biarkan saja!!!

Krieett...
Pintu ruanganya ia buka. Yerin langsung terduduk dikursi kerjanya dengan kepala dimeja.

"sekali lagi aku mendengarnya, akan aku robek mulut Kim Jennie dan kawanannya"gumamnya dengan tangan mengepal dibawah meja.

Tok...tok..

Yerin kembali duduk tegak saat staff magang Kang Daniel masuk keruangannya. Membawa 2 cup minuman hangat.

Say My Name [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang