18. You? Wae?

8.8K 855 119
                                    

Jika dipikir-pikir lagi, aku masih belum mengerti apa arti sikap Jungkook terhadap ku kemarin. Belum ketemukan alasan yang tepat dan masuk akal untuk hal itu.

Bila kukatakan ia marah, sepertinya tak mungkin sebab untuk alasan apa dia musti marah.

Tapi jika kukatakan ia tidak, lalu kenapa dia bersikap begitu dingin.

Biasanya dia cukup banyak bicara, meskipun kalimat yang keluar dari bibirnya seringkali menyebalkan dan menyudutkan ku toh nyatanya hal itu membuatku merasa lebih tenang dibandingkan saat ia mendiamiku.

Mungkin Jeon Jungkook itu memang sebuah misteri, meski sudah beberapa bulan aku bersamanya, aku seperti tak tahu apa-apa tentang dia.

Bagaimana sifat aslinya, apa yang ada di otaknya, apa yang ia sukai lalu yang ia benci. Tentang siapa dia di masa lalu, bahkan aku baru tahu kalau dia pernah mencintai seseorang dengan begitu dalam.

Pertanyaan itu bisa saja sedikit kuabaikan namun ada satu pertanyaan lain yang sebenarnya tak pernah sedikitpun hilang dari pikiranku, yaitu alasan kenapa dia menikahi ku.

Sampai saat ini ku masih penasaran, tapi aku berusaha untuk tidak terlalu mengungkitnya.

Meski kami tidak menjalani hidup senormal pasangan suami istri lainnya, tapi kami tidak pernah merasa terganggu satu sama lain. Tidak ada yang merasa terbebani. Kurasa itu sudah cukup menjadi alasan bagiku untuk tidak terus mengungkitnya.

Sarapan pagi tadi kami lewati dengan susana normal seperti sebelumnya. Jungkook memang belum banyak bicaraㅡsejujurnya aku pun sama. Rasanya otakku hampir terisi penuh dengan kejadian semalam di ruang televisi.

Terlebih ciuman itu, oh ya ampun rasanya pipiku menghangat hanya karena mengingatnya.

Ini sangat aneh.

Dan untuk mengusir kecanggungan aku berusaha bertanya basa-basi sambil membuang perasaan deg-degan ku sejauh mungkin. Ku merasa konyol saat terus memikirkannya padahal Jungkook sendiri sepertinya sudah lupa.

Rasa kecewa sempat merasupi ku untuk beberapa waktu, pasalnya aku berpikir kalau ciuman semalam memang tak ada artinya baginya. Semata-mata hanya untuk membuatku diam.

Namun lagi-lagi, haruskah begitu caranya? Justru membuat jantungku yang tidak bisa diam.

Sebelum berangkat kerja Jungkook sempat mengatakan kalau dia akan ada rapat hari ini setelah makan siang. Dia bukan sekedar bercerita random, melainkan karena aku bertanya tentang pekerjaannya sehingga ia menyinggung jadwal kerjanya.

Jika disana Jungkook tengah sibuk bekerja maka disini aku juga punya kesibukanku sendiri, membual dengan dua sahabat ku di sebuah cafe.

Meja bundar yang kami pilih sangat memudahkan kami bertiga untuk mengobrol dan saling bertatapan satu lain.

Aku, Chaeyoung dan Jisoo sengaja membuat janji.

Selain makan siang, pertemuan ini adalah ganti malam itu dimana aku tidak bisa datang memenuhi undangan Jisoo karena memilih merawat Jungkook yang tengah demam.

Aku tidak menyesali itu, karena sudah tahu kalau kedepannya kami bertiga akan sering berkumpul untuk sekedar menukar bualan seperti sekarang.

"Kau kenapa Lice?" Chaeng menatap heran padaku yang sejak tadi gelisah sambil rutin memeriksa ponsel.

Gadis yang duduk disebelah kiriku itu lebih leluasa menatap kegiatan ku dibanding Jisoo yang duduk berhadapan denganku.

"Oh tidak ," jawabku, tak lupa sebuah senyum kecil untuk menyokong kebohongan karena sejujurnya aku merasa gelisah sejak tadi.

Married [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang