- Pt. 5 : Can't Believe It -

325 54 0
                                    

- Your POV -

Situasi yang menenggangkan.
Bayangkan sekarang aku sedang duduk disofa yang notabene empuk dan besar tapi, membuat ku tidak nyaman.

Bukan karena sofanya. Tapi, pandangan lelaki brengsek yang ternyata bernama Kim Taehyung. Dia sedang duduk dihadapan ku dengan tatapan tajam. Dan ditemani beberapa pengawal dan sekretarisnya.

Mata mu mengelilingi ke arah para pengawal berbadan besar yang pasti sangat jago bela diri. Dengan susah payah kau menelan air liur mu.

Tiba-tiba Taehyung menyodorkan selembar kertas yang telah ternoda oleh tinta berwarna hitam dengan rapi.

"Apa ini?" Tanya mu.

"Itu surat perjanjian. Kau harus menandatangani nya terlebih dahulu." Ujarnya dengan penih kebijaksanaan. Padahal itu jauh dari sifatnya yang suka merendahkan orang.

Kau membaca bari demi baris.

1. Bayaran sesuai yang ditetapkan Tuan Kim.

2. Jika, tidak berhasil pada Plan A, maka anda harus mau berpindah ke Plan B.

3. Jika, tidak mau anda harus membayar kembali semua uang yang telah diberikan.

4. Atau mati.

5. Tidak boleh menolak.

Nomor empat sedikit menakutkan. Mati adalah hal yang menakutkan. Aku bahkan belum sepenuhnya membenahi diri di dunia. Mati dengan cara sia-sia semacam itu bukan type ku.

"Bagaimana? Setuju?"

"Rencana B? Apa maksudnya?"

Taehyung melirik sekretarisnya yang berdiri tegap disebelahnya. Ia menyuruh agar menjelaskan nya. Dasar pemalas. Apa susahnya menjelaskan pada ku.

"Jadi, jika tidak berhasil kita menuju ke rencana B yang telah ditetapkan oleh Tuan Kim. Dan itu masih harus dirahasiakan dari anda."

"Bagaimana aku bisa setuju jika, tidak tahu dari maksud ini!! Beri tahu aku sekarang atau aku tidak akan menandatangani nya!" Ancam ku seberani mungkin.

Taehyung berdehem dan mendekatkan dirinya dengan cara memajukan sedikit tubuhnya ke arah ku. Suasana mencekam melebihi kejadian supranatural.

Aku berusaha terlihat baik-baik saja dan berusaha menjadi sosok yang tegar. Dia tetap menatap ku dan akhirnya membuka mulut.

"Silahkan lakukan sesukamu. Tapi, jangan harap hidup mu setelah ini akan baik-baik saja." Katanya dengan nada tenang namun itu sama dengan pengancaman.

"Jadi, sekarang kau mengancamku?!" Kata ku dengan nada emosi.

"Bukan ancaman. Melainkan peringatan."

Kau mendecih dan angkat tangan dengan sifat menyebalkan yang sepertinya sudah mendarah daging ditubuhnya.

Gaji yang diberikan dalam kasus ini sungguh diluar otak. Aku tidak akan menyebutkan nilainya. Yang pasti itu cukup untuk membeli segalanya. Dan ini kesempatan emas dan tidak mungkin datang untuk kedua kalinya.

Tapi, aku masih saja bingung dengan apa yang direncanakan jikalau nanti semua usaha ku sia-sia. Karena kalian tahu sendiri aku menjadi cenayang bukan karena kekuatan atau semacamnya. Hanya dengan insting ku yang kuat yang kebetulan memenuhi target.

Dan mengobati seseorang yang kehilangan mental itu sedikit gila. Tapi, tidak ada salahnya dicoba.

"Rencana B tidak menyangkut pautkan hidup dan mati kan?" Tanya ku sedikit was-was.

What Is Love?   K.T.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang