- Pt.39: Revenge -

177 35 6
                                    

Sampailah aku dengan segala macam paksaan Taehyung beserta alasannya disebuah Galeri lukisan yang tak pernah ku kunjungi sebelumnya.

Taehyung menggandeng tanganku menyusuri tiap jalanan penuh seni yang tercipta dari tiap-tiap lukisan yang tertempel ditembok putih gading ini.

Hingga laju langkah kami terhenti. Disebuah lukisan abstrak yang aku sendiri tidak mengerti kenapa Taehyung mengantarkan ku disini.

"Bisa kau lihat lukisan ini?" Tanyanya dengan mata berbinar-binar memandangi tiap coretan di kanvas itu.

"Tentu. Walau aku tidak begitu tahu tentang seni. Tapi,..ini lukisan abstrak yang indah menurut ku." Pujiku sambil menatap lukisan itu juga.

Lalu telunjuk Taehyung menunjuk disisi kanan bawah dari lukisan itu. Terdapat sebuah foto yang sepertinya sudah lama tertempel disana.

Foto itu berisi dua orang bocah lelaki dengan senyum tulus sambil memamerkan hasil karya yang kini telah terpajang disini.

Tunggu, aku merasa akrab dengan wajah anak dua ini. Seperti bisa ku kenali. Lalu, tatapan ku beralih menengok ke Taehyung.

"Itu..kau?" Tanya ku.

Taehyung mengangguk dan mulai menyunggingkan senyum tulus nya. Sepertinya, kini memori otaknya bekerja untuk kembali mengulang masa dimana foto itu diambil.

"Iya. Dan disebelah ku itu adalah Hyung ku. Dulu kami sangat menyukai karya seni. Dan..kami ingin jika besar nanti menciptakan banyak karya untuk dinikmati saat kami sudah tua kelak." Jelas Taehyung tak lepas dari senyumannya.

"Tapi,..melihat kondisi Hyung yang seperti sekarang...aku harus bekerja dua kali lebih keras untuk mewujudkan impian itu." Katanya diakhiri senyum miris.

Hatiku tergejolak. Taehyung menunjukkan sisi lembut nya sekarang. Dan..ini sangat jarang ku saksikan. Melihatnya dengan senang hati berbagi cerita membuatku senantiasa ingin selalu disampingnya.

Dia akan menjadi lembut jika menceritakan tentang kakaknya. Lihat saja sekarang. Senyum tak hilang begitu saja dari raut wajahnya.

"Biarkan aku menjadi orang pertama yang melihat hasil karya kalian nanti." Kata ku sambil memandang dalam Taehyung yang masih memandangi lukisan itu.

Lalu, dia mengalihkan pandangannya padaku dan senyum lebar, lebar sekali. Lalu, menganggukkan kepalanya.

"Akan ku usahakan." Katanya.

"Lalu,..apa yang ingin kau sampaikan sampai jauh-jauh mengajakku kemari?" Tanya ku.

"Sekarang kau sudah mendengar cerita ku. Daehyun Hyung adalah segalanya bagiku. Ku harap sandiwara ini bisa kau maklumi. Aku hanya tidak mau ada pihak yang tersakiti nanti."

Ya, aku juga tidak mau menjadi pihak yang tersakiti itu, bodoh. Maka dari itu aku ingin jarak diantara kita. Tapi, kau tidak bisa mengindahkannya.

"Kau mau aku bagaimana?" Tanya ku mulai serius.

"Bisakah kita kembali menjalankan sandiwara ini dengan benar. Maksud ku..seperti awal." Pinta Taehyung.

Aku diam.

Otakku bekerja sekarang.

Dari awal...ini semua memang tidak akan membawa kebaikan. Yang ada hanya menyebabkan kehancuran. Tapi, aku mau saja masuk kedalamnya dan menerima segala kehancuran ini.

"Baiklah. Tapi, aku ada satu syarat." Kataku.

"Katakan!" Kata Taehyung dengan antusiasnya.

"Kita hanya bersikap layaknya suami-istri jika ada didepan banyak orang. Kalau hanya berdua..kuharap kita bisa menjaga jarak dan mengurus urusan kita masing-masing."

What Is Love?   K.T.HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang