Prolog.
Kenyataannya sebuah persahabatan antara dua pria dengan satu wanita, hanyalah sebongkah batu bara yang mudah terbakar.
Persahabatan yang sudah berlangsung hampir dua puluh tahun lamanya, bisa saja hancur lebur hanya karena soal perasaan.
Ber...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tanpa berkata apapun, Sehun si pria tampan berkulit pucat menjabat tangan kedua sahabatnya sesaat setelah mereka benar-benar sudah menjadi sepasang suami istri. Usai itu dia pergi begitu saja, dan disaat itu pula senyum Kang Seulgi telah hilang bersamaan dengan Sehun yang mulai pergi dari kerumunan orang-orang ditengah pesta.
Aku baru menyadari jika perasaanku ternyata memihak padamu, Sehun. Jika saja aku menerima pernyataan cintamu waktu itu, mungkinkah dengan segala macam cara kau akan membawa ku pergi dari tempat ini?
Seulgi melamun untuk sesaat, entah objek apa yang dia lihat saat ini-- karena nampak jelas jika ada kekosongan di matanya.
Kyung Soo merangkul Seulgi, memperkenalkannya sebagai seorang istri kepada para koleganya. Entah kenapa dari setiap kalimat yang Seulgi dengar, menyadarkan Seulgi jika ini bukanlah kehidupannya. Seulgi merasa terasingkan, dia berpikir bahwa dunianya dengan Kyung Soo sangatlah jauh berbeda--bagai langit dan bumi.
Bisakah aku menemukan duniaku sendiri jika sudah seperti ini?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seulgi membiarkan hembusan angin menyentuh wajahnya, dengan demikian dia dapat merasa seperti masih ada yang memahaminya. Orang-orang disekitar Seulgi tidak ada yang peduli dengan apa yang ia rasakan, karena mereka hanya butuh keberadaan Seulgi saja.
Aku hanya sekedar tameng untuk posisi Kyung Soo. Ya benar, itulah sebab mengapa aku ada disini.
Hembusan angin yang menerpa wajah Seulgi, menyadarkannya bahwa dia merasa hanya menjadi pajangan dirumah ini. Sudah satu minggu Seulgi telah resmi menjadi istri seorang presdir pengusaha ternama hana group, Do Kyung Soo. Selama itu pula kondisi gadis yang kini dipanggil nona itu sangat memprihatinkan. Tubuhnya semakin terlihat ringkih dan tak ada lagi pipi chubby yang manis menghiasi wajah Seulgi.
"Bagaimana? apa dia sudah mau makan?" Suara dengan nada rendah itu terlayang pada seorang pelayan rumahnya. Jawaban masih tetap sama seperti biasa, jika orang yang dimaksud tetap tidak mau makan.
Si pemilik suara rendah itu yang tak lain adalah Kyung Soo, melonggarkan dasinya yang hanya semakin membuat dia sesak. Sungguh penat rasanya--baru saja pulang berkerja malam begini, sesampainya dirumah malaj mendapat kabar yang tidak menyenangkan.
Kyung Soo langsung memasuki ruangan yang sudah menjadi miliknya bersama Seulgi. Sebelum itu, dia mengambil nafasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan agar menemukan ketenangan dalam pikiran maupun hatinya.
Seulgi tidak menoleh sedikitpun ketika mengetahui jika ada yang masuk kedalam ruangan.
"Aku pulang.." ucap Kyung Soo dan mulai mendekati Seulgi yang sedang duduk dikursi teras kamar. Saat sudah berdiri tepat dihadapan Seulgi, Kyung Soo pun berdeku seraya menggapai jemari Seulgi untuk digenggam. Sampai kapanpun Kyung Soo tidak akan pernah menyerah membujuk sang istri agar mau makan "Ku mohon, kita makan yah?"
Kedua mata Seulgi mendapati Kyung Soo yang sedang memelas kepadanya. Sungguh Seulgi tidak menyukai ekspresi Kyung Soo yang satu itu, membuatnya merasa tak enak hati.
"Aku juga belum makan, aku tidak sempat makan karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.."
Kedua bola mata Seulgi menatap Kyung Soo sebal. Bagaimana bisa wajahnya melas sekali, seperti harus dikasihani.
"..ya? Kita makan ya?"
Seulgi pun menjawab secara singkat, padat, dan jelas dengan kata yasudah.
Bahagia itu sederhana. Sesederhana mendengar ucapan Seulgi yang mengiyakan untuk makan, itulah definisi bahagia bagi Kyung Soo saat ini.
Berkat gerakan kilat tangan para pelayan, hidangan pun sudah disediakan. Banyak lauk pauk, sayur, serta buah menghiasi meja makan. Tetapi Seulgi hanya tertarik untuk makan buah saja, dan hal itu membuat Kyung Soo mengelus dadanya agar lebih bersabar menghadapi gadis dihadapannya. Baru beberapa gigitan melahap buah apel, tiba-tiba perut Seulgi terasa tak enak "Aku sangat tidak berselera Soo, aku ingin muntah"
Dan mau tidak mau Seulgi meninggalkan Kyung Soo sendirian, dia berlari kecil sambil menahan bibirnya agar tidak mengeluarkan apapun dari dalam sana. Kyung Soo memicingkan matanya, membiarkan Seulgi pergi berlalu. Lalu dia menggelengkan kepalanya, merasa gagal karena ujung-ujungnya Seulgi tidak makan.
Akhirnya Kyung Soo memanggil salah seorang pelayan untuk membawakannya obat pereda rasa mual dan segera pelayan tersebut mengambilkannya.
"Sebelumnya mohon maaf tuan.." pelayan tersebut tiba-tiba mengeluarkan suara dan membuat Kyung Soo menyita perhatiannya sebentar.
"Iya, ada apa?"
"Alangkah baiknya jika nona Seulgi diperiksa oleh dokter.." ucap pelayan itu dengan hati-hati.
Sontak saja Kyung Soo mendelikan matanya heran, karena secara tidak langsung pelayan itu sedang memberi perintah pada Kyung Soo.
"..bagaimana kalau mual yang diderita nona, karena sudah ada janin didalam perutnya? Kalau begitu nona Seulgi tidak boleh minum obat sembarangan"
Pelayan tersebut mempraduga jika Seulgi tengah mengandung, karena dia akhir-akhir ini kesulitan makan dan juga merasakan mual.
Mendengar kalimat itu Kyung Soo hanya diam, dia tertegun untuk sesaat. Kyung Soo sedang mencerna inti dari setiap kata yang ia dengar barusan.