Happy reading. . .
Jangan lupa kasih bintang ya!
😙Thank You My BestFriend
Waktu sudah pagi dan Sehun ingin segera mengembalikan handphone milik Seulgi, karena entah mengapa nafas Sehun terasa sesak setiap dia melihat benda persegi panjang tersebut. Ya.. itu salah satu sebab bahwa Sehun tidak dapat terlelap malam ini, karena terdapat suatu benda milik gadis itu disisinya.
Setelah memencet tombol hitam dihadapannya, Sehun pun menunggu didepan pintu.
Bunyi bel yang cukup nyaring membuat sang pemilik rumah meninggalkan pekerjaannya untuk sesaat, dan beliau segera membukakan pintu rumahnya.
Lantas senyum lebar lebih dulu terukir diwajah Nyonya Kang, sebelum akhirnya dia menyapa tamunya.Yup yup yup!
Sehun memutuskan untuk mengembalikan handphone sialan- maksudnya handphone pink itu pada Nyonya Kang.
Karena jika Sehun memberikannya langsung pada gadis itu, dia tidak ingin Seulgi menggandrunginya dengan beribu-ribu pertanyaan.Mengapa kau datang kesini?
Mengapa bisa ponsel ku ada padamu?
Mengapa kau ini mengapa kau itu mengapa kau bla bla bla and bla.
Sehun sudah tahu pertanyaan macam itu pasti akan keluar dari bibir mungil Seulgi.
Dan lebih tepatnya, Sehun merasa canggung apabila harus bertemu dengan gadis itu dikediaman Kyung Soo.Nyonya Kang sangat bahagia akan kedatangan Sehun, yang tak lain adalah tetangganya, sahabat putrinya, dan point-nya seorang Oh Sehun sudah dianggap layaknya seperti anak sendiri.
Waktu berkunjung Sehun sangatlah singkat, karena niatnya memang hanya untuk mengembalikan handphone Seulgi.Meskipun ragu, aku pasti bisa..
Aku pasti bisa menyentuhnya!
Tidak perduli seberapa sulitnya kau untuk ku sentuh, aku akan tetap pada pendirianku!
Ya, aku pasti bisa!
Aku pasti bisaaaa!Seulgi membuka matanya lebar-lebar ketika mencoba untuk mengoles obat krim yang diresepkan oleh dokter tadi malam.
Pada akhirnya dia berhasil mengobati lukanya sendiri, walau sekarang air matanya mulai mengembang karena dia tidak tahan dengan rasa perih yang muncul pada lukanya.Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, seseorang masuk dan memberi sesuatu padanya sampai ia terkejut dan lupa akan rasa perih yang ia alami.
Bukan karena sebuah buket bunga maupun kotak pandora yang berisikan berlian, tetapi kedua mata Seulgi berkaca-kaca ketika melihat handphone nya telah kembali."Eomma, bagaimana bisa kau mendapatkan ponsel ku?!" Tanya Seulgi meletup-letup penasaran.
"Dari Sehun" jawab Nyonya Kang singkat dan pergi berlalu bgitu saja, karena ia sedang masak sesuatu dan beliau tidak ingin masakannya hangus.
Tentu saja Seulgi tidak percaya dan juga tidak habis pikir bagaimana bisa bocah menyebalkan itu mendapati handphone nya.
Sehun?
Otak Seulgi langsung dipenuhi oleh subjek tampan bernama Sehun.
Dia sangat penasaran, juga tidak percaya.
Tapi Seulgi segera beranjak dari kursinya dan mengejar Nyonya Kang untuk mengulik jawaban yang lebih jelas.
Tanpa berpikir panjang, Seulgi segera berlari keluar rumah setelah mendengar jawaban yang keluar dari bibir ibunya. Bahkan ia sampai lupa mengenakan sandal saking ingin cepatnya mengejar Sehun yang baru meninggalkan rumahnya sekitar sepuluh menit yang lalu.Sampai dimana kedua kaki Seulgi berhenti berlari kala baru saja menginjakan kaki di sekitar taman bermain. Nafasnya terperangah, dia kehabisan oksigen karena larinya yang membabi buta.
Seulgi menggigit bibirnya kesal karena dia tidak dapat mengejar Sehun, pun dia merasa dirinya adalah wanita yang paling bodoh sedunia karena mencoba berlari sekencang mungkin untuk melampaui kecepatan sebuah motor.
Tentu saja Seulgi tidak akan bisa mengejarnya sampai kapanpun, bahkan sampai bumi terbelah menjadi dua dia tidak akan bisa.Alhasil karena kecerobohannya dia malah mendapati luka yang lain dibagian tubuhnya.
Di ujung jemari kaki Seulgi mengalir darah segar, entah terkena apa yang jelas akibat dia tidak mengenakan alas kaki.Demi Tuhan Seulgi tidak sanggup melihat kakinya yang berdarah. Perlu kalian tahu, gadis itu memiliki phobia akan darah. Seulgi selalu ketakutan jika melihat sebuah darah, terlebih-- tubuhnya pasti akan terasa lemas.
"Hyaa!!!" Seulgi berteriak sekencang-kencangnya. Dia merasa dirinya amat sangat sial hari ini.
"Aiishhh Jinja Jinja Jinja!--"
Seulgi pun menjatuhkan tubuhnya begitu saja kedasar. Dia duduk dihamparan batu aspal sembari menutup kedua matanya rapat-rapat.
"--Sehunaaa! Jugeosseooo!!"
Tidak perduli pada siapapun yang mendengar, Seulgi berteriak sekencang mungkin melampiaskan kekesalannya yang sudah berada diujung kepalanya.
"Hya"
Suara serak itu tiba-tiba muncul dari belakang Seulgi.
Pria bertubuh jangkung tersebut merasa terpanggil karena ulah Seulgi yang berteriak mengataskan namanya, Oh Sehun.
Dan nyatanya pria itu memang lah Sehun, usut punya usut ternyata dia belum pergi.
Sehun baru saja membeli beberapa es batang berwarna disebuah mini mart langganannya.Seulgi merasa martabatnya hancur seketika. Mana bisa dia terlihat biasa saja usai berteriak menyumpahi Sehun mati. Dan kini Seulgi sedang memikirkan sebuah cara untuk melenyapkan dirinya sekarang juga, namun pertanyaannya-- apa bisa?
Pun sebisa mungkin Seulgi menutupi wajahnya agar tidak terlihat oleh Sehun.
Sungguh, dia tidak tahu menau jika pria itu ternyata masih berkeliaran disekitar sini. Pikirnya.. Sehun sudah pergi jauh dengan motornya.Kalau begini caranya, biar aku saja yang mati!
Hanya kalimat itu yang terlintas dibenak Seulgi. Akhirnya gadis itu merunduk sedalam mungkin untuk membenamkan rasa malunya.
"Untuk apa kau duduk disitu? Cepat bangun" Kata Sehun dan kini pria itu berjalan mendekat ke hadapan gadis yang bertelanjang kaki itu.
Seulgi menggeleng, dia tidak mau berdiri karena malu pada Sehun.Tak sengaja kedua mata Sehun mendapati adanya darah diujung jemari kaki Seulgi.
Sehun pun teringat jika gadis yang telah ia kenal selama dua puluh empat tahun tersebut takut akan darah.
Secara tiba-tiba pria tinggi itu membelakangi Seulgi, lalu dia berdeku sebelum akhirnya berbicara."Cepat naik kepunggung ku"
KAMU SEDANG MEMBACA
For over
FanfictionProlog. Kenyataannya sebuah persahabatan antara dua pria dengan satu wanita, hanyalah sebongkah batu bara yang mudah terbakar. Persahabatan yang sudah berlangsung hampir dua puluh tahun lamanya, bisa saja hancur lebur hanya karena soal perasaan. Ber...