25

218 46 4
                                    

Sampai saat ini, seperti biasanya..
Sehun selalu menjadi penetralisir.
Dengan caranya, dia membuat ku lupa akan rasa sakit yang ada pada tangan, kaki, dan juga hati ini. Mengapa bisa diamnya Sehun membuat aku menjadi tenang? Coba adakah seseorang disini yang bisa menjelaskan?

Seulgi meracau sendiri didalam hatinya, lalu dia menggigit bibirnya tanpa sadar. Hal demikian ia lakukan hanya untuk memastikan apakah ini mimpi atau bukan? Nyatanya dia merasa sakit, dan tentu saja ini bukan lah mimpi.
Disumpahi mati oleh Seulgi bukan suatu penghalang bagi Sehun untuk menolongnya.
Sehun membopong Seulgi dibalik punggungnya yang kokoh, lalu gadis yang terluka itu mengalungi pundak Sehun dengan tangannya begitu erat.
Sehun tidak bicara sepatah katapun selama perjalanan arah pulang.
Dia merasa ada ketenangan tersendiri disaat bersama Seulgi seperti ini.
Ya begitulah adanya, dia merasa sangat nyaman jika berada didekat Seulgi.

Setelah akhirnya menempuh perjalanan yang lumayan jauh, Sehun yang masih membopong Seulgi diatas punggungnya pun hampir sampai dikediaman Seulgi.

By the way siapa bilang Sehun masih terlihat cool seperti biasanya, setelah dirinya membawa beban seberat 46kg sejauh empat ratus meter?
Hmm kini wajahnya nampak lebih memerah dari biasanya, bahkan ekspresinya terlihat sangat aneh-- seperti sedang menahan buang air besar.

"Tunggu!--"

Pinta Seulgi dengan menyeru, sehingga memecah keheningannya bersama Sehun. Lalu Sehun pun menghentikan langkahnya untuk sejenak, mereka berhenti tepat didepan pagar rumah Seulgi.

"-- aku ingin bicara denganmu"

"Baiklah kita akan bicara dirumahmu" kata Sehun dengan cepat tanpa jeda, efek nafas yang terengah-engah.

"Tidak tidak! Jangan di rumah ku, dirumah mu saja" ucap Seulgi dengan respon kilat, karena dia tidak ingin Nyonya Kang terlibat ke dalam pembicaraannya.
Lantas Seulgi langsung menurunkan badannya dari tubuh Sehun, dan dia berjalan menuju rumah Sehun dengan berjalan terseok-seok.

Lantas Seulgi langsung menurunkan badannya dari tubuh Sehun, dan dia berjalan menuju rumah Sehun dengan berjalan terseok-seok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seulgi memutar kedua bola matanya ke segala arah, pandangannya menelusuri rumah Sehun yang sama sekali tidak ada perubahan.
"Mengapa kau menjual rumah ini?" Tanya Seulgi penasaran, sembari mendaratkan bokongnya diatas sofa ruang tamu.

Mendengar pertanyaan itu rasanya seperti ada yang mengetuk pintu hati Sehun, yang mana didalamnya terdapat luka yang cukup menyakitkan.
Sehun tertegun untuk sesaat, tapi tak lama setelahnya-- dia pun menjawab pertanyaan Seulgi. "Entahlah.. kau tidak akan percaya jika aku mengatakannya" jawab Sehun dan dia memberi sorotan mata yang tajam pada Seulgi seakan ingin menguliti.

Seulgi hanya merespon dengan sebuah anggukan, rasa-rasanya dia tidak ingin berkata apapun lagi karena takut akan sosok Sehun yang sekarang. Bahkan Seulgi membuang pandangannya secara cuma-cuma, hal demikian semakin mencirikan bahwa dia mulai merasa canggung dengan Sehun.
Sehun menyeringai tipis kala melihat ekspresi gugup Seulgi saat ini, dia nampak senang karena bisa kembali melihat wajah menggemaskan itu. Ya, memang benar-- tidak bisa dipungkiri, Sehun sangat merindukannya.

For over Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang