Seruan Tobat Sebelum Lulus

567 55 53
                                    

Dengan rasa takut dan gugup yang menghantui. Mau tak mau keempat remaja itu berjalan menuju ruang kepala sekolah. Kepala mereka tertunduk, bulu kuduk berdiri ketakutan, keringat bercucuran seperti hujan. Sepanjang perjalanan banyak yang menggosipi mereka.

"Psst, kuy, kenapa tuh dipanggil ke ruang kepala sekolah?" Terutama cewek yang emang udah bakat gosip. Salah satu cewek mengenakan seragam rapi dan lengkap berbisik kepada temannya.

"Yah, resiko orang tamvan." Jawab teman cewek yang satunya.

Tak hanya itu, bahkan anak-anak cowok juga mulai menggosip..

"Bener juga, gue tadi gak lihat mereka di barisan upacara. Telatkah?" Bisik salah satu cowok kepada temannya.

"Wah, mampus mereka ketemu kepala sekolah." Ternyata bukan hanya murid saja yang jago ngerumpi, tapi guru juga jago. Perkataan itu keluar dari mulut salah satu guru.

' Gue gak budek, nih telinga masih bolong, mereka gak bisa berhenti gosip apa?! Bikin suasana jadi tambah serem.' Batin Kory dalam hati seraya melirik beberapa murid.

' Tuhan, gue masih mau lulus!" Ucap Ryan dalam hati sambil memanjatkan puluhan do'a kepada sang Maha Kuasa.

' Pengen gue sumpel mulutnya.' Kata Dylan dalam hati sambil sesekali melihat murud lain dengan tatapan tajam.

' Kayaknya gue bakal jadi kandidat murid kesayangan guru selanjutnya.' Batin Nathan dalam hati.

Sekarang, tibalah mereka di depan pintu kepala sekolah.

Deg...

Deg....

Jantung mereka berdegup kencang ketakutan.

"Lo duluan deh yang masuk." Dylan mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruang kepala sekolah duluan. Dia malah menyuruh Nathan masuk duluan.

"Ryan aja deh yang lebih tua, biar sopan." Nathan malah menyuruh Ryan masuk duluan.

"Monggo, kalian aja yang masuk duluan." Ryan mengoper lagi suruhan mereka agar mereka masuk ruang kepala sekolah duluan. Namun, tak ada yang mau masuk, mereka masih diluar saling tatap-tatapan satu sama lain.

"Hah, gue duluan ya." Akhirnya, Kory mendahului mereka untuk masuk ke ruang kepala sekolah.

Yah, Kory bukanlah pengecut, kalau dia melakukan kesalahan dan mendapat hukuman, dia tak akan melawan. Tapi, kalau dia tidak bersalah, namun mendapat hukuman, barulah dia akan melawan.

Kriiet....

"Aku masuk ya pak." Ucapan Kory kepada pria tamvan yang merupakan kepala sekolah mereka.

"Masuklah." Pria itu mempersilahkan mereka untuk masuk. Setelah Kory masuk, baru yang lainnya menyusul.

Namun, pria yang merupakan kepala sekolah mereka itu malah tak menghiraukan keberadaan mereka. Dia masih sibuk dengan dokumen yang menumpuk seperti gunung. Akhirnya, si kesayangan guru memulai pembicaraan terlebih dahulu.

"Hai, guru kesayangan ku. Ada perihal apa hingga dirimu memanggil kami kesini?" Kory melontarkan pertanyaan dengan santai, namanya juga sudah berpengalaman.

Bukan Orang BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang