Jemuran

496 54 26
                                    

Kringg........kringggg.....kringgg...

Kory pov

"Yey! Pulanggg!" Ya ampun, gue senengnga gak ketulungan banget. Habis masukin buku secepat kilat, gue langsung pamit ke guru lalu pergi. Padahal, gue belum selesai nulis soal pr di papan tulis. Tenang, itulah gunanya punya temen 👍.

Warning: Adegan berbahaya jangan ditiru. Nanti gak lulus

Dengan riang gembira gue jalan di lorong mau langsung pulang dengan menggemakan yel-yel:

Mari pulang~
Marilah pulang~
Marilah pulang~
Bersama-sama~

Nah, tapi sepanjang perjalanan gue gak sengaja lihat Ryan kayak takut gitu keluar kelas. Si Dylan, dia keluar sekolah aja ngendap-ngendap kayak melewati daerah rawan bahaya. Nathan pula, dia malah malah sembunyi di balik pintu kelas kayak maling yang takut ketahuan.

'Mereka kenapa sih? Pada fobia pulang?!'

Brukk....

Dan seketika, pertanyaan gue langsung terjawab. Di ujung lorong, pas gue mau belok kanan ke tempat parkir, gue gak sengaja nabrak......

"Wah, murid kesayanganku kelihatan seneng banget mau pulang. Gak mau pamitan dulu sama gurumu?" Rupanya, sudah ada bapak-bapak mengenakan pakaian jas sederhana dan rapi.

'Gue pikir cewek, ternyata bapak-bapak, dan naasnya lagi....'

"Eh, pak Tom. Iya, ini gue mau pamit, pulang duluan ya pak." Dan seketika, pak Tom megang tangan gue. Baper. Dia gak rela gue pergi.

"Eits, sudah saatnya untukmu tobat Kory. Kau tak bisa menghindar!" Gue menghentikan langkah dan menatapnya dengan ekspresi penuh tanya. Ada juga kekecewaan di hati...

'Yah, gagal baper dong pak.'

"RYAN, DYLAN, NATHAN!! KALIAN JANGAN MENGHINDAR!!!" Seperti yang gue duga, mereka melakukan hal aneh itu karena takut ketahuan pak Tom. Presiden di sekolah ini😎.

"Disini gak ada Ryan pak. Yang ada orang tamvan."  Abang gue masih di kelas ketakutan.

"Haelah, gpp, sini aja, kur kur." Gue membujuk abang buat keluar. Dan, dia gak segan-segan buat kelua, terus...

"Lo kira gue ayam apa?!" Nah, tuh berhasil keluar kan abang gue. Sekarang, gue sama Ryan udah ada di depan pak Tom. Giliran Dylan dan Nathan.

"Dylan! Ada Milea sama komodo nih!" Dylan yang dari tadi mengendap-endap ke gerbang belakang. Jadi berbalik arah dan jalan ke arah gue. Tuh, berhasil juga kan?"

"Mana Milea sama komodonya?" Tanya Dylan dengan antusias, penasaran, dan semangat.

"Ada, dalam mimpi." Gue hanya menjawab dengan jujur dan apa adanya, meskipun menyakitkan.

"Dasar!" Dylan yang mengetahui kehadiran presiden sekolah mematung disebelah Ryan.

'Ayolah, ini bukan akhir dunia.' Gue hanya bisa berucap dalam hati. Jujur, respon mereka sangat mengganggu gue. Rasa takut mereka mengalir tanpa ada kemacetan. Nah, sekarang formasi kita tidak akan lengkap tanpa Nathan. Pak Tom hanya diam dengan masih memegang tangan gue. Membiarkan gue mengatasi mereka.

"Dear Nathan, dimanapun lo sekarang, gue harap lo mau keluar. Karena tanpa lo, formasi kita gak lengkap. I know you can listen me." Udah ah, gue kapok buat orang lain marah. Gue yakin, dia pasti keluar. Susah-senang, kita lewati bersama. Inilah saatnya untuk melihat dia teman atau lawan.

"Ok, gue keluar. Tapi jangan dihajar ya. Kasihan, Timmy nanti gak ada yang ngasih makan." Dan ternyata dia adalah kawan, kawan yang terlampau baik. Nathan dengan menunduk mendekati kami.

"Gak bapak hajar. Ikut bapak aja." Pak Tom narik tangan gue, membuat gue dengan terpaksa mengikutinya. Dan gue narik tangan Ryan. Ryan narik tangan Dylan. Trus, Dylan narik tangan Nathan. Kita jalan kayak kereta yang lagi lewat.

Sebuah ide menyambar seperti petir dan sekilas di otak gue.

"Pak, jemuran belum diangkat pak!"

"Mau angkat jemuran atau angkat kaki dari sekolah selamanya?"

"Up to you."

Kita berjalan seperti kereta yang masih membuat kita penasaran akan dibawa kemana kita. Akhirnya....

"Permisi pak, Bapak hari ini ada meeting, makan siang bersama, pertemuan, menghadiri event, sidang, rapat, dan tadi di mintai tolong sama istri bapak buat angkat jemuran."

Zonk....

Seketika, pak Tom langsung ngelepas tangan gue. Gue ngelepas tangan Ryan. Ryan ngelepas tangan Dylan. Dylan ngelepas tangan Nathan. Dan Nathan, gak megang tangan siapa-siapa😂.

Dalam hati, gue seneng banget. Yang lain mungkin juga seneng.

"Aish, apa kau tak bisa menggantikanku." Pak Tom terlihat kesal melihat padat sekali jadwalnya.

"Maaf pak, saya tak kuat untuk jadi pengganti." Ucap staff sekolah curhat. Jujur, gue juga prihatin.

"Baiklah, jaga kesehatanmu. Dan untuk kalian, ingat, lain hari bapak akan seret kalian lagi. Kory, jangan lupa chat bapak. Assalamualaikum." Dengan terburu-buru pak Tom keluar sekolah menuju tempat parkir. Sementara staff tadi kembali ke kantornya. Dan gue?

"Cie, udah pacaran aja, kapan pdktnya? Gak minta restu kakak?" Gue jadi bahan bullyan gegara kedeketan gue sama pak Tom itu.

"Hehe, udah pacaran kemaren tanggal 32 Juni." Jawab gue asal-asalan. Hey, palingan juga nanti pak Tom yang ngechat gue duluan. Biasanya, isi chatnya...

"Udah angkat jemuran belum?"

"Pr udah dikerjain belum?"

"Udah shalat belum?"

"Masih bernapas kan muridku ini?"

Bla...bla...bla....

Gue heran, dia sibuk tapi masih sempet aja ngechat. Istrinya gak cemburu apa?! Berasa punya ayah tiri gue.

"Gue duluan ya, mau ngasih makan Timmy." Nathan pergi ke tempat parkir.

"Gue juga, mau war sama komodo." Tak lama kemudian, Dylan nyusul.

"Gue duluan kak, mau angkat jemuran." Gue juga nyusul mereka ke tempat parkiran.

"Emang ada jemuran?" Tanya kakak gue yang lagi ngikutin dari belakang.

"Ya, angkat jemuran dalam imajinasi."
"Hadeh, adik gue ini."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
. Author pov
Sesampainya di tempat pakir

"MOBIL GUE MANA NIH?!"

Mereka lupa markir mobil dimana😂.





Bersambung.......

Lawakannya garing gak?

Kalau ibu gue sih kadang suka garing. Apalagi kalau jemurannya garing, aduhhh setrika lagi, setrika lagi😂.

Salam,

Si penulis

Bukan Orang BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang