Sebuah Ekspetasi

260 34 8
                                    

Ji-Sung Pov...

"Kak, kita ngapain lewat sini?" Rahma melihat rumah di komplek satu persatu dengan tatapan heran, dan ngeri. Dia heran karena baru kali ini dia tahu ada komplek di wilayah ini. Dan ngeri, karena rumah yang ada di komplek kelihatan tua, kusam, tidak berpenghuni.

'Ah, gue lupa gak boleh bawa orang asing ke komplek.'

"Lewat rumah gue, siapa tahu kapan-kapan bisa mampir." Yah, mau gimana lagi sudah terlanjur. Yey, gue sampai di depan rumah gue dan kawan-kawan.

"TADA!! Ini rumah gue!🎉" Gue menghentikan laju motor tepat di depan rumah dan dengan antusias banget bisa nunjukin rumah jerih payah dari keringat gue sendiri. Apalagi kalau lagi ngedance sama nyanyi bareng, bau badan gue tuh jadi beraroma banget. Aromanya tercium dan semerbak ke seluruh komplek, membuat semua penghuni pingsan, mengalami sesak napas, hingga fobia dengan bau badan gue.

Itulah alasannya, kenapa setiap gue ulang tahun selalu diberi kado parfum, deodorant T-Rex, hingga kembang tujuh rupa. Meskipun bau kecut begini, tapi gue ini cogan. Dan cogantuh biasanya bebas, tapi gue enggak. Gak mandi semenit aja, gue bisa dikeroyok orang sekomplek.

"Jadi, rumah lo di selokan?" Wanjir, selokan? Gue terkejut dengan perkataan Rahma. Tapi, gue juga gak bisa nyalahin dia, karena yang gue lihat juga sama seperti yang dia lihat, SELOKAN!

Ini nih, yang membuat gue kesel sama pendiri komplek ini. Masak rumah yang lainnya kalau keadaan darurat jadi rumah tua, giliran rumah Stray Kids masuk kedalam tanah hingga tak terlihat.

"Lo aja yang gak bisa lihat." Jawab gue dengan nada kesal dan muka cemberut, lalu melajukan motor lagi menuju ke rumahnya.

"Btw, kakak tahu rumah gue dimana?" Ups, bener juga, ini pertama kalinya gue nganterin dia pulang.

"Emang dulu Lo disuruh ngisi formulir OSIS pake nomer hp sama alamat rumah buat apa?"  Sesungguhnya, dari sekian banyak formulir yang dikumpulin, gue cuman baca formulir dari Rahma. Habis, formulirnya menarik, yang lainnya menggunakan foto 3x4 background merah. Sedangkan Rahma malah menggunakan fotonya waktu bayi, bener sih backgroundnya merah.

"Formulir gue dibaca?" Tanya Rahma ke gue.

"Iya."

"Wah, ternyata kakak bisa membaca!!" Hahaha, dikira gue gak bisa baca. Gue tersenyum sinis dan berpikir...

'Bener juga ya, ternyata gue bisa membaca, horeee!!'

Setelah perjalan panjang dan cukup lama, kami akhirnya tiba di rumah Rahma. Rahma turun dan tersenyum ke gue.

"Makasih kak." Dia tersenyum manis banget ke gue. Ah gemes.

Ekspetasi...

Gue senggol, lalu jatuh, terus gue tangkap, tatap matanya dan bilang.........

"Bensin gue habis nih, nginap di rumah lo sehari gpp ya?"

Realita....










Bersambung...

Don't forget to coment, read, and vote. Thanks

Salam,

Si penulis

Bukan Orang BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang