35 - Pelukan Sang Mantan

214 13 0
                                    

KECEWA.

Itulah perasaan Icha saat ini, ia sama sekali tidak menyangka bahwa Asbi begitu tega menyakitinya bahkan ini terasa menyakitkan melebihi orang tua nya yang menyakitinya.

Kenapa harus ada PERSELINGKUHAN?
kenapa harus ada KESAKITAN? Dan kenapa harus begini TAKDIR HIDUPNYA? Semuanya membuat Icha sakit bahkan rasanya ia menyerah karena semua seperti membuatnya hancur sehancur-hancurnya.

Saat pertengkaran didepan hotel tadi Icha memilih pergi dan sekarang duduk menyendiri di taman bermain, ia berusaha menata hatinya yang telah hancur berkeping-keping melihat apa yang tidak seharusnya ia lihat, mendengar apa yang tidak seharusnya ia dengar dan ini benar-benar menyakitkan bagi Icha.

Tangisan Icha terdengar pilu menyayat hati, ia pikir ia hanya sendiri jadi tidak akan ada mendengarnya kalau ia benar-benar menyedihkan sekarang ini.

Ternyata dugaan Icha salah.

Seorang laki-laki bertubuh tinggi jangkung mendengar tangisan pilunya dan menghampiri Icha yang tengah menangis sambil menutupi wajahnya dan duduk di sebelah Icha sambil mengusap pelan punggung Icha.

Icha menoleh melihat siapa disebelahnya yang menenangkannya dan ternyata laki-laki itu adalah ATHAYA FAHREZA WIRATAMA mantan pacar Nay sahabatnya dan mantan pacar dirinya juga. Mungkin terasa rancu menyebutkannya bila kejadiannya seperti ini.

"Kak Atha" panggil Icha masih menangis segugukan namun menghapus air matanya

"Kamu kenapa Cha?" tanya Athaya

"Bukannya kak Atha di Amerika?" tanya Icha heran

"Awalnya" sahut Athaya singkat dan tidak menjelaskan apa-apa lagi lalu mengambil sapu tangannya dan menghapus air mata Icha. "Aku gak suka dengar perempuan nangis apapun alasannya meskipun memang aku pernah menyakiti kamu.. Tapi itu close book" sambung Athaya datar

Icha kembali teringat memori mereka beberapa tahun lalu yang pernah berpacaran meskipun Athaya ini adalah mantan kekasih dari Nay sahabatnya sendiri dan Icha waktu itu tidak peduli namun, disaat ia benar-benar yakin pada Athaya ternyata dirinya hanya menjadi pelampiasan Athaya yang susah move on dari Nay. Itu sungguh miris menurut Icha.

"Aku mau sendiri" lirih Icha menggeleng

"Disini? Di tempat sepi begini dan selarut ini? Begitu maksudnya Cha?" tanya Athaya tak habis pikir. "Aku tetap disini.. Menemani kamu meskipun kamu gak mau bicara sama aku!" tegas Athaya ngotot

"Kenapa semuanya menyakiti aku hah? Salah aku apa sih? Apa?" bentak Icha berdiri menatap tajam Athaya

"Kamu gak salah apa-apa Icha.. Setiap orang pasti punya permasalahan tapi kamu harus tenang.. Bukan bertindak ceroboh.. Mana logika kamu" bentak Athaya memegang erat kedua bahu Icha

"Laki-laki BRENGSEK.. SEMUA LAKI-LAKI ITU BRENGSEK!!!! AKU BENCI AKU BENCI" teriak Icha kesal memukul-mukul dada Athaya dan Athaya langsung memeluk Icha. "BAJINGAN!!!" umpat Icha semakin keras memukul Athaya

"Silahkan pukul aku sepuas kamu Icha. Silahkan!!! Luapin semuanya sama aku" ucap Athaya pasrah

Icha semakin benci mendengar Athaya pasrah dan ia makin keras memukul Athaya sepuas hatinya karena Icha benar-benar muak semua laki-laki yang dikenalnya hanya menyakitinya saja. Termasuk Papanya sendiri.

Namun, lama-lama Icha juga lelah pukulannya semakin lemah dan hanya tangisannya saja yang semakin sakit Athaya mendengarnya.

"Ssstttsss... Kamu boleh pukul aku tapi kamu jangan nangis Cha.. Please" ucap Athaya melonggarkan pelukannya dan menghapus air mata Icha

The Wounded Heart <Selesai>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang