Naina terus mengejar Dito yang jalannya sangat cepat seperti pesawat terbang yang sedang kejar-kejaran, karena lelah ia pun duduk terlebih dahulu di pinggir jalan.
Dalam hatinya ia terus menggerutu karena Dito tidak menengok ke belakang sekali pun, dalam hatinya ia berharap jika Dito akan berbelok ke arahnya dan meminta maaf padanya lalu mengajaknya pulang bersama.
Dito yang sangat ingin melihat bagaimana keadaan Naina yang ia tinggal di belakang, tapi egonya masih menguasai dirinya.
"Kok gue merasa jadi ke orang bego ya!"rintih Dito "seharusnya gue tuh jangan ninggalin Naina si belakang, apa gue harus minta maaf aja! Dari pada semuanya malah jadi ruyam! Kan kalau ruyam gue juga yang repot sendiri."
Dito pun akhirnya membalikan tubuhnya dan berjalan ke arah Naina yang sedang duduk di pinggir jalan.
"Nai!"panggil Dito, Naina mengangkat wajahnya malas, "apa!"jawabnya ketus.
"Gue minta maaf!"
Naina berjalan mendahului Dito,"Lo gak usah minta maaf, lagian Lo gak salah!, Gue disini yang salah"
Dito menundukkan kepalanya malu, ia melihat Naina yang sudah pergi jauh darinya, ia hanya menatapnya sampai akhirnya Naina tidak terlihat.
"Gue tau kalau yang sebenarnya salah itu gue! Bukan Lo! Sorry Nai gue udah ngebuat Lo kecewa!"
***
Naina sedang termenung, ia masih memikirkan kejadian tadi ia sungguh tidak menyangka jika Dito akan semarah itu saat dirinya mengacuhkan dito, kepalanya merasa bingung, driawal pertemuan dirinya dengan Dito saat ia menjadi nerd, Dito tidak pernah sampai marah saat ia abaikan.
Ia ingin menangis, tapi tak ada gunanya, tangis tak akan mengulang waktu, air mata mulai mengalir di mata hazel miliknya, dadanya merasa sesak, ia menutup mulutnya memaksanya agar tak mengeluarkan suara yang akan menghadirkan orang lain menghampiri dirinya.
Ia melihat sekeliling nya, sepi!, Suara itu mulai keluar dari mulut Naina, tangisan itu semakin kencang.
Dito yang sendari tadi melihat Naina, merasa kecewa dengan dirinya sendiri, hanya karena masalah ayahnya yang baru ia debatkan bersama bundanya akan berdampak pada hubungan dirinya dan kekasihnya.
Ia mendekati Naina dan memeluk Naina Dari belakang, ia hanya melihat wajah Naina yang sembab dan air mata masih keluar dari mata cantiknya dan tentunya suara isakan yang masih menemaninya.
Dapat ia rasakan jika tubuh Naina menegang dalam waktu beberapa detik dan ia deskripsi kan jika wajah Naina berekspresi kaget, jatuhan air mata Naina mengenai tangannya, tapi ia hanya mengabaikannya.
Hanya angin semilir yang sepintas lewat yang menemani keheningan mereka, suara burung yang melintas mulai mengeluarkan suara kicauan-kicauan yang merdu seakan menjadi sebuah musik yang indah.
Naina menatap Dito, hatinya merasa kecewa akan sikap Dito, dalam hatinya ia berharap Dito akan menyingkirkan air mata yang keluar dari matanya.
"Kok cowok ini gak peka banget, ceweknya lagi nangis kok malah dipeluk doangk, dasar pemalas!"curahan hati Naina.
"Kenapa?"Dito yang merasa heran dengan tatapan yang dilayangkan Naina memutuskan untuk menyudahi kesunyian yang sengaja ia ciptakan.
Naina yang tertangkap telah menatap Dito, merona malu pipinya mulai memanas, entah kenapa ia tidak mampu mengalihkan pandangannya.
Dito yang melihat semburat merah di pipi Naina terseyum, ia pun menyingkirkan air mata yang tersisa di pipi Naina dengan tangannya.
"Udah beres!"ucap Dito girang saat ia sudah menyingkirkan air mata Naina.
Naina tertawa dengan tingkah Dito yang sederhana tapi konyol, terkadang ia selalu berterima kasih saat tahu jika Dito lah yang menjabat sebagai pacarnya.
"Maaf ya Nai!"Naina hanya tersenyum dan memalingkan wajahnya dari Dito.
"Kenapa?"Naina menggeleng, sebenarnya ia masih belum bisa memaafkan Dito setelah apa yang dilakukan pria itu kepada dirinya.
"Lo gak mau maafin gue?!"ucap Dito yang jantungnya sudah berdebar tak karuan.
Lagi-lagi Naina malah tersenyum dan masih tak mau menjawab, membuat Dito merasa frustasi.
"Ya Allah ku mohon jangan pacarku juga yang kayak gini!"rintih Dito dalam hatinya.
"Ada saratnya?!"ucap Naina tiba-tiba, Dito langsung tersadar senyumannya mengembang, hatinya mulai berbunga-bunga lagi kayak iklan Daia.
"Apa?, Apapun yang Lo mau!, Selagi gue mampu gue bakal wujutin!"ujar Dito yang sudah tidak bisa menahan kesenanganya.
"Ehmm!, Gimana kalau permintaan gue harus ngorbanin nyawa Lo!"tubuh Dito mendadak tegang, pikiran nya anehnya mulai berkelana entah kemana.
"Ma...k...sud...lo?!"
"Tanpa gue jelasin Lo pasti tau!"Dito meneguk air liduhnya, tubuhnya mulai bergetar, kali ini jantungnya mulai berdetak tak karuan lagi.
Naina yang melihat ekspresi Dito merasa jika kata-katanya terlalu berlebih-lebihan, ia tersenyum hangat.
Tangannya ia ulurkan untuk mengusap wajah Dito agar tidak tegang.
"Ekspresi nya jangan sampai segitunya juga kali!"tingkah Dito gelagapan.
"Aku tuh mau diajak jalan-jalan sama kamu ke cafe yang kata kamu kita pertama kali bertemu!"
Saat mendengarnya, hati Dito merasa tenang, jantungnya mulai berdetak secara normal, pikirannya mulai kembali normal.
"Syukurlah, gue kira apaan sampai Lo bilang harus ngorbanin nyawa gue!''ucap Dito yang sudah merasa lega.
"Gue cuma bercanda doang kok Dit!"
"Yaudah ayo!"ajak Dito yang menarik tangan Naina untuk berdiri.
"Kesana!"tanah Naina yang merasa heran.
"Ya iyalah Naina ku yang ngegemesiiinnn!''ucap Dito yang menatapnya gemas.
"Alay ihh!"
"Kok orang-orang pada hobby banget ngyebut gue alay!"
Naina hanya tertawa, ia baru ingat jika Dito tidak membawa motor atau kendaraan lainnya.
"Kita ke sana naik apa?, Kan kamu gak bawa kendaraan!, Masa jalan kaki!"jawab Naina yang cemberut.
"Ya gak mungkin lah Nai, masa gue tega ngebiarin cewek gue jalan kaki jarak jauh, nanti kita kesana pake taksi!"Dito menjawab sombong.
"Lo yang bayar ya!"Tanya Naina yang sebenarnya tak masalah jika dirinya yang harus membayar tapi lumayan ia dapat mengirit uangnya dan menabung uangnya.
"Iya!"jawab Dito pasrah saja pada keadaannya.
***
Nah double update nih, moga suka ya Readers.
So jangan lupa buat vote and comentnya, pokoknya ditunggu.
Mohon dukungannya ya semua!
"
"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From Fake Nerd ( End )
Подростковая литература'Seperti cinta yang datang tanpa di undang, dan seperti perasaan ini yang muncul tanpa ada undangan, melainkan sinyal dari dirimu yang seakan-akan menyuruh ku untuk mencintai dirimu.' Dito Angga Bawisana 'Entah apa yang membuat ku menyukai dirimu, t...