Sepasang suami istri yang sedang berdebat tak melihat sekitar mereka, awalnya tak ada yang melerai sampai seorang laki-laki paruh baya datang, dengan menggendong cucu perempuan nya yang menggemaskan.
"Kalian itu, kalau mau cek-cok lihat sekitar dulu, jangan kayak anak kecil."
Suami dan istri itu menengok ke arah asal suara, "loh papa!"ucap mereka berbarengan.
"Apa?!"ucap Andre dengan menyentak "Nih anak kalian dari tadi hobby banget keluyuran mulu!, Sampai cape tau papa ngikutin nya."
"Ya kalau cape kan gampang, gak usah di ikutin!"jawab Dito yang kini sudah menjadi seorang suami sekaligus ayah dari anak perempuannya.
"Emang kamu mau kehilangan Naura?"tanya Anton dengan tatapan seperti orang yang sebal.
Wajah Dito tiba-tiba malu,"ya gak maulah papa!"
"Yaudah, jadi orang tua itu harus ngejaga anaknya secara baik-baik, apalagi Naura masih kecil, masih butuh perhatian extra dari kalian!"Anton memberi nasihat kepada mereka, lalu pergi entah kemana, yang terdengar hanya suara mobil yang keluar dari rumah, dan menandakan jika Anton memilih pulang dan sudah menyerah untuk mengasuh cucu pertama nya.
"Apa?"tanya Naina nyolot ke arah suaminya-Dito.
Wajah Dito masam, "Enggak!"
Naina mengambil Naura yang digendong Dito lalu, meninggalkan Dito sendirian.
Dito yang awalnya melamun, langsung mengejar Naura dan Naina yang sedang duduk di ayunan yang ada di taman rumahnya.
"Kok, kalian ninggalin Ayah?"tanya Dito, Naina terseyum jahil dan menirukan suara anak kecil dan seolah-olah yang berbicara itu Naura anak mereka.
"Soalnya ayah jahat, gak bawa camilan ke sini, kan Naura lagi lapar!"
"Emang Naura mau makan apa?"ucap Dito yang sama-sama menirukan suara bayi.
"Naura pengen ice cream, bakso yang pedas, plus jus strawberry nya!"ucap Naina menirukan suara bayi.
"Itu yang mau Naura atau Bundanya?"ledek Dito menatap ke arah Naina jail.
"Naura... Dong ayah!"jawab Naina semangat.
"Ngapain kamu tatap-tatap aku? Nanti jatuh cinta berabe loh!"ucap Naina menatap Dito yang terus-terusan menatapnya genit.
"Emang udah jatuh cinta!, jadi......?"
"Yaudah!"
"Kak Naina!, Kak Dito!"teriak seorang anak laki-laki dengan semangat.
"Kayaknya perang ke delapan puluh dua akan dimulai?"ucap Dito yang mukanya belum siap untuk menerima kenyataan yang ada.
"Emangnya perang apaan?"Dito menunjuk seseorang yang sedang berlari ke arah mereka, sambil merentangkan tangannya seperti orang yang akan memeluk.
"Hallo bocah!"Dito menyapa Gilang yang masih memeluk Naina Dan langsung membuang mukanya, setelah di beri sapaan oleh Dito.
Mata Naina melotot saat Dito menyebut adiknya bocah, karena setahu dirinya Gilang sangat benci di sebut sebagai seorang bocah.
"Kok sama ka Dito, kamu sombong banget!"tanya Dito menatap Gilang.
"Karena kak Dito jelek!"jawab Gilang seperti ledekan.
"What!, Aku jelek!"Dito yang berucap kaget seperti itu malah diangguki oleh Naina yang merasa setuju dengan pendapat yang diberikan oleh adiknya ini.
"Kamu kesini sama siapa?"tanya Naina lembut.
"Tadi aku ke sini sama pak supir, terus pas di jalan ketemu papa!, Yaudah deh aku jadi dianterin kesininya saya papa!"jelas Gilang yang kini sudah berumur delapan tahun.
Naina mengangguk dan tersenyum manis yang terlihat oleh Dito, Dito yang melihatnya malah tersenyum sambil menatap Naina dengan keadaan melamun.
Mulut Dito terbuka, "kak Dito, itu ada iler di mulut kak Dito!"
Dito yang mendengarnya langsung mencari keberadaan iler tersebut, wajah nya malu, ternyata kata-kata Gilang benar adanya.
"Ihh, Naura lihat ayah kamu jorok banget, masa lihat senyuman bunda kamu aja langsung ileran, jorok kan?"
Naura yang baru akan menginjak umur dua tahun, hanya bisa berceloteh dengan bahasanya sendiri dan kepalanya mengangguk-ngangguk seperti mengiyakan perkataan Gilang tadi.
"Tuh Naura aja setuju!, Hayoo gimana nih?"tanya Naina kepada Dito yang mukanya sudah merah padam merasakan malu.
"Ishh Naura mah jahat sama ayah!, Kok ayah di sebuat jorok!"rengek Dito yang memotongnya kan bibir merajuk.
"Karena kamu emang jorok!"sindir Naina yang menatap sebal Dito yang sok manja.
"Sebab kak Dito itu adalah orang yang paling jorok, yang ada di dunia ini!"ledek Gilang yang menatap Dito sebal.
"Kamu mah!, Masa sama kakak ipar sendiri si sebut jorok!"Rajuk Dito yang mukanya disedih-sedihkan.
"Karena itu fakta!"jawab Naina.
"Oh ya fakta?"ucap Dito.
"Kalau gitu ceritan semua yang kamu tahu, agar itu bisa di sebut fakta?"
"Aku gak perlu nyeritain, tinggal kamunya aja inget masa lalu kamu, sama apa aja yang udah pernah kamu perbuat, yang bisa membuktikan kalau ucapan itu fakta!"jelas Naina.
Gilang pun mengajak Naura untuk duduk di taman yang tak jauh dari keberadaan Naina dan Dito, dengan asik mereka bermain dengan mainan yang memang sengaja disimpan di tempat itu.
Naura yang tampak anteng bermain bersama Gilang tak mempedulikan Naina dan Dito yang masih beradu debat, yang sama sekali tak mereka pahami.
Mungkin hanya satu, Naina dan Dito terus-terusan berbicara sehingga menganggu mereka yang ingin bermain dengan tenang.
"Ishh kak Dito kak Naina Diem dong!, Kan Naura sama aku tuh pengen main dengan tenang, bukannya dengan ucapan-ucapan kalian yang membuat telinga aku sama Naura sakit!"marah Gilang, yang masih fokus dengan mainannya.
Naina dan Dito yang mendengarnya langsung berhenti berdebat, mereka saling bertatap-tatapan dengan muka kaget, lalu tergantikan dengan tertawaan.
Di hari itu, Dito dan Naina selalu memasang senyum saat melihat Naura yang asik bermain bersama Gilang, sesekali Naura mengalihkan pandangannya ke arah mereka, sepertinya untuk memastikan jika kedua orang tuanya tak meninggalkan dirinya.
***
Hai guys...Gimana buat extra chap nya pada suka gak?
Makasih ya yang udah mau baca cerita aku yang gak ada apa-apa ya ini.
Mampir juga ya di cerita aku yang lainnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/143951818-288-k309501.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From Fake Nerd ( End )
Fiksi Remaja'Seperti cinta yang datang tanpa di undang, dan seperti perasaan ini yang muncul tanpa ada undangan, melainkan sinyal dari dirimu yang seakan-akan menyuruh ku untuk mencintai dirimu.' Dito Angga Bawisana 'Entah apa yang membuat ku menyukai dirimu, t...