Pada hari rabu Dito harus berangkat sekolah diantarkan oleh sang ayah karena hukuman yang menimpanya tak diijinkan untuk membawa kendaraan ke sekolah, lantaran kemarin ia ikut tawuran selain itu uang jajanya menjadi korban, 50 % uang jajan dikurangi membuat kesal dan berjanji untuk tidak ikut tawuran lagi jika bukan kepepet, bisa-bisa uang jajanya dikurangi lagi, bisa saja jatah uangnya habis akibat kebandelan yang ia lakukan.
Sebab selama perjalanan ia melamun ia tak sadar jika ia sudah sampai di sekolahnya, dengan malas ia keluar mobil dan melangkahkan kakinya lemas ke arah kelas, hari masih pagi sehingga belum banyak orang hanya mereka para orang-orang rajin yang sudah sampai jam segini,btermasuk salah satu sisiwi yang dapat membuat hatinya tak karuan dengan senyum tengilnya ia menghampiri gadis yang sesang menjelaskan sesuatu kepaada temannya.
"Ehh ada si nerd, udah sampai nih"sapa Dito yang di acuhkan Naina yang terus saja menjelaskan yang ternyata pelajaran matematika yang sangat ia benci, hanya dengan melihatnya saja dapat membuatnya pusing melebihi pusing yang dialami ibu-ibu hamil. karena malas mendengar Matematika saat hari masih pagi dan diacuhkan oleh orang yang tadi ia sapa Dito pergi ke kantin menunggu teman-teman se tongkronganya sekalian cs saat berada di sekolah juga di luar sekolah.
Sedangkan Naina hanya menatap bingung kepergian Dito ia hanya menggedikan bahunya acuh dan terus menjelaskan pelajaran Matematika yang sangat ia sukai kepada temanya yang selalu baik kepadanya.
"Nai kenapa lo gak jawab sapaan si Dito?"
"Males"jawab Naina acuh
"Gila!, lo harusnya bangga dong bisa disapa sama tu orang"
"Di sapa sama dia!, harus bangga ogah banget dah Er"
"Dasar dingin"Naina hanya berdehem ia pergi meninggalkan Erina yang masih tak mengerti dengan sikap sahabatnya, setelah ia sadar.
"NAINA TUNGGUIN GUE"teriak Erina sambil menyusul Naina yang sudah masuk ke kelas mereka
"Hey"
"Apa?"tanya Naina yang di acuhkan Erina
"Aneh""Woy ada Pa Ogi"teriak Toto salah satu anak bandel yang ada di kelas Naina.
Dito yang baru saja ingin menenggelamkan kepalanya di tas langsung mengangkat kepalanya ke atas dan menatap ke depan dan ia pun melihat pa Ogi yang membawa alat yang dapat membuat semua siswa takut termasuk Dito.
"Selamat pagi semuanya"sapa pa Ogi
"Pagi pa"dan dibalas oleh semua penghuni kelas ips 1
"Oke hari ini bapak punya hadiah spesial buat kalian para siswa yang mempunyai rambut panjang dan tak lupa untuk kalian semua, bapak mau yang merasa rambutnya panjang ke depan"ucap pa Ogi santai dengan pandangan yang menantang, lantas saja perkataan itu membuat para siswa yang mempunyai rambut panjang tegang dan yang lainya dibuat bingung oleh perkataan yang dilontarkan oleh pa Ogi.
Satu persatu para siswa maju kedepan dengan muka yang tegang, biasa saja, takut, cemas dan yang lainnya tercampur sempurna. tak sampai 5 menit sudah ada 12 siswa didepan dengan keahlian mencukur yang dipunyai oleh pa Ogi ia mencukur satu persatu rambut para siswa di cukur asal dan menyuruh mereka untuk merapikanya sendiri.
"Baiklah semuanya satu lagi bapak ingin menyampaikan sesuatu ke kalian kalau hari senin depan libur dikarenakan kakak kelas kalian akan ujian nasional, bagaimana apa semuanya sudah mengerti?"
"Mengerti pak"jawab serempak para murid
Eric bersorak bahagia setelah pa Ogi pergi keluar dia heboh sendiri seperti orang gila, tanpa ia sadari semua penghuni kelas sudah menatapnya dengan berbagai ekspresi.
Eric menyadarinya ia terdiam dan membeku tidak bergerak sama sekali bahkan untuk sekedar berkedip mukanya mulai berwarna merah, dengan tergesa-gesa ia berlari meninggalkan kelasnya dengan perasaan malu, tentu siapa sih yang tak malu saat ia bersorak bahagia sendiri apalagi Eric adalah salah satu siswa yang pendiam bahkan cenderung di biarkan oleh teman-temanya tiba-tiba saja bersorak bahagia sendiri seperti orang gila.
Langsung saja para penghuni kelas tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Eric dan muka Eric yang menahan malu.
"Kesian banget Eric pasti dia malu banget"
"Ya mau gimana lagi ka udah terlanjur"
"Iya sih"Naina hanya menatap malas ke manapun arah matanya sampai akhirnya Rika salah satu sahabatnya mengajaknya pulang.
Rika memang bukan salah seorang anak kolongmerat namun Naina merasa yaman berteman dengan Rika, karena begitu ia akan mempunyai teman saat pulang sekolah entah itu naik angkutan umum ataupun jalan kaki apalagi arah jalan pulang mereka sama hanya saja naina berbelok ke arah kanan dan Rika lurus.
Naina baru ingat jika hari ini dia harus kerja kelompok yang lebih membuatnya parah, dia sekelompok dengan Dito yang membuat moodnya hancur seketika dan menampilkan muka kusut yang terlihat oleh Rika dan Erina.
"Rik?"Rika hanya berdehem dan mukanya menatap si pe nanya seolah-olah dia berkata apa.
"Naina ko mukanya jadi kusut, perasaan tadi ekspresinya biasa deh"ucap Erina sambil terus menatap muka temannya serius dan Rika juga mengikuti arah pandang Erina.
"Nai, hello!!"
"Eh ya kenapa?"Naina kaget
Erina hanya memutar mata malas dan menatap Naina intens membuat yang ditatap sedikit gugup."Yang ada lo itu yang kenapa?"
"Ehmm kita pulang sekarang aja ya"ucap Rika menengahi perkelahian kedua temannya yang saling melemparkan tatapan menusuk yang mampu membuat Rika sedikit takut.
Dengan perasaan yang entahlah Naina dan Erina pergi pulang dan meninggalkan Rika yang cemberut sendirian, yang masih setia berdiri di koridor sekolah dengan perasaan setengah jengkel ia memutuskan untuk pulang dengan sedikit berlari supaya dapat menyusul teman-temannya.
Dengan nafas yang terengah-engah mereka bertiga sudah ada di warung bakso langganan ketiganya, selain baksonya enak dan porsinya banyak harganya juga tak terlalu mahal.
Sehingga mereka sangat suka dengan bakso yang kedainya mempunyai nama CE MIMIN mungkin karena pemilik pertama kedai ini sering disebut ce Mimin dan sekarang kedai ini sudah di kelola oleh anaknya ce Mimin mang yogi yang ramah.
"Mang baksonya ke biasa ya 3, sama es tehnya 3"teriak Erina yang di balas acungan jempol oleh mang Yogi.
Tak butuh waktu lama akhirnya makanan mereka sampai dengan lahap mereka bertiga memakannya, tiba-tiba...
Ting satu ide ada di kepala Rika ia menatap Erina sekilas yang sepertinya sedang menikmati makananya dengan lahap dengan sebisa ia menghabiskan minumannya dan makanannya.
"Er"
"Ya kenapa Rik?"
"Boleh beliin gue minuman lagi gak soalnya minuman gue habis"Erina melihat ke arah gelas Rika betul saja minumannya sudah habis.
"Ya udah gue kesana dulu ya"balas Erina lalu ingin pergi memesan minuman namun tangannya di cekal oleh naina, ia pun membalikan tubuhnya menatap Naina heran.
"Ehh Eri biar gue aja, sekalian gue juga mau beli minum lagi"
"Yaudah deh kalau gitu"balas Erina dan duduk kembali di kursinya.
Dalam hati Rika, ia mendengus kesal rencananya gagal jika ia meluncurkan kejailanya ke Naina ia takut Naina malah sakit perut karena setau dia Naina kurang suka dengan pedas, dulu saja Naina pernah masuk ke rumah sakit lantaran ia dibully oleh temannya saat mereka masih awal masuk SMA dan mereka menyuruh Naina memakan mie yang sangat pedas dan hal itu membuat Naina yang langsung di bawa kerumah sakit karena ia langsung pingsan dan koma 3 hari. sungguh itu adalah salah satu hal yang jika diingat-ingat akan membuatnya ngilu dan khawatir setengah mati.
Naina sudah kembali dengan membawa dua minuman dan diberikannya satu ke Rika dan melanjutkan kembali makan baksonya, tanpa butuh waktu lama mereka menyelesaikan makan dan setelah membayar mereka langsung pulang menggunakan mobil yang menjemput Erina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love From Fake Nerd ( End )
Ficção Adolescente'Seperti cinta yang datang tanpa di undang, dan seperti perasaan ini yang muncul tanpa ada undangan, melainkan sinyal dari dirimu yang seakan-akan menyuruh ku untuk mencintai dirimu.' Dito Angga Bawisana 'Entah apa yang membuat ku menyukai dirimu, t...