Gadis yang terbaring lemah akibat koma menggerakkan tangan kirinya yang terpasang jarum infus. Saking lemah gerakannya tampak samar-samar namun dapat dilihat suster yang kebetulan tengah mengecek alat infusnya. Melihat kejadian itu si suster langsung pergi meninggalkan ruang rawat untuk mencari dokter yang bertanggung jawab menanganinya.
"Tadi aku melihat ada sedikit pergerakan." Suara si suster terdengar begitu kembali ke ruangan bersama seorang laki-laki berjas putih. Laki-laki itu langsung mendekat ke arah gadis yang masih terbaring lemah. Ia mengeluarkan senter kecil berbentuk pena, lalu ibu jari dan telunjuk kanannya membuka kelopak mata si gadis dengan perlahan. Selanjutnya ia menyorotkan cahaya ke mata gadis itu. Ia melihat ukuran pupil mata gadis itu masih besar dan tidak respons terhadap rangsangan cahaya.
"Apa gerakan yang tadi hanya respons tak sadar?" tebak suster yang berdiri di sampingnya.
"Aku rasa begitu." Laki-laki tadi menjawab dengan ekspresi datar, tapi raut wajahnya langsung berubah saat menatap lekat si gadis yang baru saja diperiksa. Laki-laki itu kemudian mengambil tempat duduk di sisi ranjang. Ia di sana untuk mengamati lebih dekat. Tangannya terulur untuk merapikan rambut panjang si gadis yang terurai. Sembari melakukannya ia juga mengusap kepala gadis itu lembut dan penuh pengertian.
"Dokter Jeon." Sebuah suara menghentikan pergerakannya. Ia lupa masih ada suster yang mendampinginya. Merasa terganggu ia meminta asistennya itu pergi. "Bisa kau tinggalkan ruangan?" Mau tidak mau suster itu harus menyanggupi permintaannya yang sebenarnya terdengar seperti perintah. Suster itu pun mematuhi dan pergi meninggalkan ruangan hingga yang tersisa di sana hanya dua orang saja.
Setelah suster tadi keluar tak ada hal lain yang dilakukan laki-laki itu selain terus menatap lekat si gadis. Sorotan matanya yang biasa tampak tajam kali ini terlihat sendu, tampak begitu mengkhawatirkan gadis yang tengah terjebak antara kehidupan dan kematian. Tangan dinginnya lalu meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya cukup erat sampai ia bisa merasakan tangan yang lebih dingin darinya.
Kemudian lelaki itu berbisik memperdengarkan suara rendahnya. "Aku mohon buka matamu!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Doppelganger 《Jeon Won Woo》
Fanfiction"...Sekarang kau pilih, dia atau kau yang mati?" ㅡdoppelganger: ghost of a living personㅡ ©deffcth, July 2018