23. Moody Night

1.7K 139 21
                                    

Min Hee menghabiskan waktu dengan sebuah buku di kedua tangannya, seolah-olah tenggelam dalam tulisan namun faktanya sedang berpura-pura hanya untuk menghindari Won Woo. Entah sampai kapan ia akan mengambil peran ini. Tapi jika ditanya ia akan menjawab tidak tahan terjebak situasi sekarang.

Ia dibuat gemas dan mulutnya ingin menggerutu. Rupanya mengharapkan Won Woo peka sama saja seperti menguji kesabaran. Ia tidak mengerti mengapa sosok yang dihindarinya itu masih belum menyerah padahal jelas-jelas sedang diabaikan, sebaliknya malah lagi-lagi menargetkan pandangan ke arahnya.

Sementara leher Min Hee di bagian belakang terasa pegal, pugungnya juga sakit, ditambah matanya perih. Intinya ia mengantuk dan ingin merebahkan diri. Kalau sudah begini tidak mungkin mempertahankan gengsinya lagi, kecuali siap menanggung rasa sakit.

"Aku mau tidur." Akhirnya Min Hee menghentikan kegiatannya. Buku setebal 365 halaman yang didapatkan dari Joshua untuk mengisi rasa bosan kini ditutup dan diletakkan di atas meja kecil sebelah kanan ranjang tidurnya.

Won Woo lantas bergegas membantu Min Hee berbaring hingga membuat si penerima bantuan harus merasa tidak nyaman. Bukan karena Min Hee tidak suka, hanya saja rasanya sudah lama dari terakhir kali diperlakukan manis oleh Won Woo.

Saat itu Min Hee ingin protes mengenai detak jantungnya yang bekerja lebih cepat. Tapi mana bisa. Ia kemudian menarik selimut mencapai hidungnya, sengaja menyembunyikan wajahnya yang memanas tapi tetap menyisakan mata yang tengah menemui lawan bicaranya. "Kau akan terus di sini?" tanya Min Hee dengan suara yang sedikit teredam. Ia malu sekali.

"Kenapa? Kau ingin aku pergi?" Sayangnya Won Woo menafsirkannya berbeda, seperti tersinggung dengan pertanyaan Min Hee barusan.

"Bukan begitu. Kau kan harus bekerja."

"Aku sedang bekerja sekarang."

Benar. Won Woo sedang sibuk mengawasi pasien khususnya. Mungkin orang-orang di rumah sakit akan membicarakan mereka nanti, dan sepertinya hanya Min Hee satu-satunya pihak yang mengkhawatirkan itu.

"Pejamkan matamu!"

Min Hee menurut. Ia sudah kalah total dari Won Woo. Kelopak matanya dibiarkan menutup seperti yang diperintahkan Won Woo. Walaupun rasanya mustahil bisa tidur saat mata rubah Won Woo yang tajam terus mengawasinya.

***

Kunjungan Won Woo bukan hanya hari itu. Hari-hari berikutnya ia semakin sering mendatangi Min Hee di sela-sela kesibukan di rumah sakit. Terkadang Won Woo bahkan sengaja tidak pulang. Lagi pula untuk apa ia pulang jika sosok yang ingin ditemuinya justru berada di satu tempat yang sama.

Seperti malam ini, Won Woo memilih tidak pulang dan lembur kerja. Ia sibuk memeriksa berkas-berkas yang sengaja dibawa dari ruangan pribadinya ke ruang rawat Min Hee.

Berbanding terbalik dengan keadaan Won Woo, si pemilik kamar sedang merebahkan diri di ranjang pasien. Min Hee sudah siap tidur menyambut mimpinya, tapi rasa kantuk belum juga datang. Beberapa kali ia mengubah posisi tidur, mulai dari terlentang, menyamping, dan meringkuk, ia tetap merasa tidak nyaman.

"Won Woo." Min Hee akhirnya memanggil Won Woo. Tapi yang dipanggil hanya menyahut tanpa menghentikan kegiatan. Min Hee lupa kalau Won Woo itu gila kerja.

Min Hee kemudian menegakkan tubuh dan memilih duduk sambil melipat kedua kakinya di depan dada. Ia mengamati Won Woo dengan kaca mata bulatnya yang tampak serius membaca berkas. Menurutnya Won Woo mengagumkan dan menyebalkan pada saat yang bersamaan.

"Huft..." Lama-lama dagu Min Hee turun dan bertumpu di atas lututnya. Ia berpikir, rasanya baru kemarin semua perhatian Won Woo tertuju padanya. Tapi dalam waktu singkat justru kini Won Woo mengabaikannya.

Doppelganger 《Jeon Won Woo》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang