25. Triangle

1.3K 122 24
                                    

Seperti yang diduga Min Hee selama ini, makhluk itu sengaja mendekati dengan tujuan tertentu. Alih-alih menyelamatkan sebaliknya menginginkan kehidupannya. Ia merasa bodoh sudah mau menyerahkan diri. Begitu ia pergi makhluk itu pasti mengisi perannya. Ia yang mati dan makluk itu yang menggantikan. Sekarang ia mengerti mengapa terus diminta menjauh dari Won Woo.

Si Min Hee yang palsu lebih dulu memutuskan kontak mata, membiarkan Min Hee melihat apa yang akan dilakukannya. Ia sudah memegang kunci kemenangan. Ada Won Woo di depannya. Lantas ia kembali memusatkan perhatian pada Won Woo dan membawa tangannya melingkari leher laki-laki itu. Rangkulannya yang posesif seakan memberi tahu, Won Woo akan menjadi miliknya. Tentu saja dengan cara merebut dari Min Hee.

"Won, kau mencintaiku kan?" tanya wanita itu manja sambil mengeratkan tangannya.

Min Hee tidak terima. Ia tidak akan pernah merelakan Won Woo pada wanita jelmaan itu. Tapi Won Woo-nya terlanjur ditaklukan. Ia tidak tahu harus berbuat apa saat suaminya telah jatuh ke dalam godaan wanita itu. Perasaannya hancur menjadi kepingan menyedihkan.

Won Woo hanya laki-laki. Terlalu sulit mengatakan ia berbeda dari yang lain setelah respons yang ditunjukkannya. Won Woo menautkan tangan di pinggang wanita itu. Perlahan tangannya naik dan membawa tubuh wanita itu mendekat. Semakin lama Min Hee semakin tidak sanggup melihatnya.

"Won Woo," lirih Min Hee. Hatinya terlalu lemah untuk menyaksikan semua itu. Tidak ada yang bisa ditahan lagi. Air mata saja sudah ada yang jatuh untuk mewakili perasaannya. Rasa dikhianati, dikecewakan, ia tenggelam di antaranya.

"Min Hee?" Won Woo menyadari keberadaannya yang sedang terisak. "Kau Min Hee?" Won Woo terkejut melihat ada dua Min Hee. Ia mengerti ekspresi yang menyertai Won Woo. Laki-laki itu pasti kebingungan.

"Tunggu dulu!" Won Woo butuh waktu untuk mencerna situasi. Secara bergantian ia memperhatikan Min Hee yang berada di depannya dan yang baru saja dilihatnya.

"Itu bukan aku." Min Hee berharap Won Woo mempercayainya. Tapi yang ada Won Woo menatapnya ragu. Ia hanya bisa menangis melihat itu. Sangat tidak bisa dipercaya Won Woo tidak dapat mengenalinya.

"Itu bukan aku, Won Woo. Bukan aku." Min Hee semakin terisak lantaran rasa sakit terus menghujaninya. Tak terbendung, meluap sampai air matanya banyak yang menetes.

"Min Hee."

"Min Hee-ya...."

Min Hee bisa merasakan wajahnya ditepuk-tepuk.

"Min Hee, bangunlah!" Suara yang memanggil itu terdengar semakin jelas seperti dekat dengan telinganya.

Min Hee mengerjap. Napasnya tersengal disertai debaran jantung.
Ia dibuat linglung setelah terbangun dua kali. Selama beberapa detik tatapannya kosong karena sebagian nyawanya belum berkumpul.

Ia kemudian melirik ke samping. Di sana sudah ada Won Woo yang menemani. Ia terpaku menatap laki-laki itu hingga mengingat kembali kejadian yang dialaminya. Tanpa permisi cairan hangat menetes di ujung mata. Rasa sedihnya masih setia mengikuti.

Won Woo tidak diam saja dan langsung mengusap wajah basah Min Hee. "Tidak apa-apa. Itu hanya mimpi buruk." Won Woo berusaha menenangkan.

"Tolong peluk aku!" pinta Min Hee sambil mencoba menggapai Won Woo dengan menaikkan kedua tangannya.

Won Woo segera mengabulkan permintaan itu. Ia menarik Min Hee ke dalam dekapannya. Sambil memeluk, telapak tangannya ia gunakan untuk mengusap-ngusap punggung Min Hee. Ia terus melakukan itu sampai istrinya merasa lebih baik.

"Apa kau sudah baikan?" tanya Won Woo. Ia memastikan Min Hee tidak sedih lagi. Setelahnya ia menyuruh Min Hee siap-siap. "Ayo sarapan! Aku sudah menyiapkannya. Sudah waktunya juga kau minum obat." Won Woo mengajak sekaligus mengingatkan.

Begitu sampai di ruang makan Min Hee melihat sekeliling. Ia takut ada yang muncul seperti yang terjadi dalam mimpinya.

"Kenapa?" Sikap waspada Min Hee disadari Won Woo.

Min Hee menggeleng, tidak berniat menceritakan mimpi buruknya pada Won Woo. Menurutnya Won Woo lebih baik tidak tahu. "Kau masak apa?" tanya Min Hee mengalihkan.

Won Woo menunjuk sandwich buatannya. "Aku tidak berani masak lagi. Terutama sup." Won Woo mengungkit hasil eksperimen yang pernah dilakukan dan... gagal. "Maaf mengecewakanmu. Aku hanya bisa membuat ini."

"Tidak apa-apa. Ini saja sudah membuatku senang. Terimakasih sudah menyiapkannya untukku." Min Hee tersenyum lebar tidak ingin mengecewakan Won Woo.

"Sekarang duduklah!" Won Woo menarik kursi untuk Min Hee. Keduanya kemudian memakan sandwich yang sudah menunggu di atas meja. Tidak buruk. Tapi Min Hee merasa ada yang kurang.

"Won."

"Heum?"

"Lucy kemana? Aku belum melihatnya dari semalam."

Won Woo diam.

"Sarapan juga sampai kau sendiri yang harus membuatnya."

Sadar dengan ucapannya yang sedikit menyinggung Min Hee cepat-cepat meralatnya. "Maaf. Bukan maksudku kecewa karena ini." Min Hee mengangkat sandwich yang sudah ada bekas gigitannya. "Aku hanya bertanya saja dan penasaran dia kemana."

"Dia bilang ada urusan. Tepatnya aku tidak tahu."

"Oh..." Min Hee memberi tanggapan. "Apa mungkin dia nanti akan tinggal lagi di sini?" tanyanya lagi.

"Mungkin." Jawaban Won Woo semakin pendek saja.

"Kira-kira Lucy kemana ya? Padahal aku ingin mengobrol banyak dengannya," gumam Min Hee berbicara sendiri dengan mulut penuh. Kebetulan lawan bicaranya juga berhenti menanggapi.

Won Woo menatap dalam Min Hee yang sudah kembali fokus menyantap sandwich buatannya. Pikiranya terbelah. Mendadak tubuhnya memanas saat ia mengingat malam itu.

***

TBC

Doppelganger 《Jeon Won Woo》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang