33. Love Like Oxygen

1.1K 97 19
                                    

Mata kantuk Won Woo terbuka. Dengan sisa rasa kantuk ia tidak bisa langsung bangun dari posisinya. Sesaat ia membiarkan tubuhnya kembali terperangkap di atas ranjang yang ada di kamar Min Hee. Semalam ia memang pulang ke rumah setelah beberapa malam sebelumnya terus terjaga, dan hanya tempat itu yang bisa membantunya cepat tidur.

Won Woo menyampingkan tubuh hingga terpaksa harus menerima sisi sebelahnya kosong. Baru semalam tidak bersama ia sudah sangat merindukan Min Hee. Jika bukan karena kondisi tubuhnya yang hampir jatuh pingsan ia bersumpah tidak akan pernah melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Min Hee-nya sendirian.

Pagi ini juga ia ingin kembali menemui Min Hee. Itu artinya ia harus bersiap. Setelah membersihkan diri ia memilih pakaian yang menurutnya paling bagus. Setidaknya ia ingin tampil lebih layak di hadapan Min Hee nanti. Ia melihat pantulan di cermin sekali lagi untuk memastikan penampilannya. Saat itu ia menyadari ada satu masalah yang terletak pada raut wajahnya, terlihat sendu dan ia tidak bisa mengatasinya.

Mata tajam Won Woo teralihkan saat ponselnya bergetar cukup lama, menandakan ada panggilan masuk yang berusaha menghubunginya. Ia kemudian melihat nama Joshua muncul dari layar ponsel ukuran hampir enam inci miliknya.

"Won Woo?" Suara Joshua terdengar begitu ia mengangkat panggilannya. "Eoh, ini aku. Ada apa menghubungiku Hyung?"

"Bisa kau menemuiku?" pinta Joshua di seberang sana. "Sekarang aku dengan Jaksa Lee sedang di rumah tahanan untuk mendapatkan keterangan." Ia mendengarkan Joshua yang memberi tahu letak posisi dan apa yang dilakukannya.

"Jadi maksudku mungkin kau jugaㅡ"

"Aku akan ke sana," potong Won Woo tidak membiarkan Joshua menyelesaikan kalimatnya. Telepon yang tersambung juga diputuskan sepihak olehnya. Ia tidak menunggu waktu lagi dan segera menuju tempat yang disebutkan Joshua.

Hanya kisaran satu jam yang dibutuhkan Won Woo untuk sampai di tujuan. Ia segera mematikan mobilnya yang sudah terparkir sempurna dan bergegas turun. Pintu utama menyambut di depan mata. Bersama langkah kakinya, ia langsung menuju akses masuk rumah tahanan. Ia memberikan keterangan pada penjaga sebelum akhirnya diijinkan masuk. Penjaga yang lain kemudian mengantarkannya ke ruang kunjungan yang ia tebak ada Joshua di dalamnya. Lantas ia memasuki ruangan yang ditunjukkan si penjaga.

Di dalam ia melihat Joshua duduk menghadap lawan arah kedatangannya. Tapi begitu menyadari ia sudah tiba, sahabat satu-satunya itu langsung berdiri menghampiri lalu membisikkan sesuatu padanya. "Jangan bertindak ceroboh dan tahan emosimu!" Setelah memberi peringatan Joshua pergi meninggalkannya bersama seorang wanita yang tak asing lagi. Ia memandang wanita itu sinis, sempat menertawakan juga melihat penampilan barunya yang khas dengan baju tahanan.

"Bagaimana kabarmu?" Won Woo menatap sosok di hadapannya tidak percaya. "Kau masih bisa menanyakan bagaimana kabarku?"

"Karena aku mengkhawatirkanmu." Rahang Won Woo mengeras dibuatnya. Won Woo benar-benar tidak mengerti ada orang seperti Lucy. "Kau mengkhawatirkanku setelah apa yang kau lakukan padaku? Maksudmu apa?" Ia tidak terima dengan jawaban Lucy.

"Aku tidak melakukan apapun padamu, kecuali obat yang kuberikan padamu malam itu." Lucy menyangkal tuduhan yang dilayangkan Won Woo dengan mengakui kesalahannya yang lain. Gara-gara kesalahan itu ia bahkan harus menerima saat Won Woo menyiksanya habis-habisan.

"Aku bertanya atas tindakan yang kau lakukan pada Min Hee. Tidakkah kau menyesali tindakanmu? Apa salahnya? Selama ini dia baik padamu."

"Apa salahnya?" Lucy tersenyum miris karena pertanyaan Won Woo yang satu itu. "Coba tanyakan pada dirimu sendiri apa salahnya!" Lucy memancing emosi Won Woo.

"Kau balas dendam padaku?" tebak Won Woo. "Kau pasti melakukannya karena itu. Aku tahu kau tidak terima dan membalaskan dendammu pada Min Hee. Itu benar kan?"

Lucy menggeleng menyangkal tuduhan Won Woo yang sekian kalinya. "Bukan. Bukan karena itu. Yang sebelumnya juga aku melakukannya bukan karena itu."

"Tunggu, apa maksudmu? Sebelumnya? Sebenarnya apa yang kau bicarakan?" Won Woo mencoba mencari tahu. "Jangan bilang kecelakaan itu juga karena ulahmu!" Won Woo terkejut dan lemas pada saat yang bersamaan. Ia tidak menyangka dibodohi Lucy sejauh itu. Bahkan sesekali ia membiarkan Lucy yang merawat Min Hee selama koma. Mungkin saja selama Min Hee terbaring lemah Lucy memiliki niatan untuk membunuhnya lagi.

"Kau seharusnya tidak terkejut Won Woo. Terlalu mustahil Min Hee bisa kabur dari ruang rahasia yang kau ciptakan itu jika bukan karena seseorang sengaja membukakannya. Aku hanya membantunya bebas jadi aku merencanakan semuanya." Lucy menceritakan fakta terkubur yang tidak diketahui Won Woo. "Aku melakukan sesuatu pada mobilnya."

Lanjutan Lucy langsung membangkitkan amarah Won Woo. "Kenapa? Kenapa kau melakukannya?" Won Woo yang sudah tidak dapat menahan diri memukul-mukul kaca penghalang yang berhasil melindungi si tersangka. "Jawab aku Yoon Seon Young! Kenapa kau melakukannya?"

Lucy kehilangan rasa takutnya. Ia tidak lagi takut saat Won Woo membentaknya. "Yoon Seon Young?" Wanita itu juga memanggil namanya sendiri. Won Woo sampai berhenti dari aksi brutalnya dan menunggu Lucy yang terlihat akan mengatakan sesuatu.

"Won Woo-ya, kau tau? Aku suka saat kau memanggil namaku begitu. Namaku yang sebenarnya dan bukan nama adopsi. Terlepas kau memarahiku, aku tetap menyukainya."

Won Woo kehilangan kata-kata. "Kau sudah gila." Hanya kesimpulan itu yang terlintas di pikirannya untuk menjawab semua perbuatan Lucy.

"Kau salah. Aku menyukaimu Won Woo," aku Lucy tapi kemudian meralatnya. "Aku mencintaimu."

"Aku mencintaimu, Jeon Won Woo. Kubilang aku mencintaimu!" Lucy terus mengulang pengakuannya yang tulus namun memaksa.

"Kau pikir aku akan menerima pengakuan cintamu yang hina itu? Kau..." Tangan Won Woo mengepal. "Kau seharusnya mati saja." Won Woo melayangkan kepalan tangannya ke kaca penghalang dan berusaha merusaknya lagi. Tapi sebelum ia benar-benar merusak penghalangnya Joshua dan seorang penjaga masuk untuk menghentikannya dan menariknya keluar dari ruang kunjungan.

"Dia mencoba membunuh Min Hee, Hyung. Dia sengaja melakukannya dan itu dua kali." Emosi Won Woo meledak bahkan ia menangis sekarang.

"Biarkan dia mengakui semuanya di pengadilan!" Joshua kemudian meminta Won Woo tenang.

"Tidak, dia harus mati. Aku akan memastikan dia mati di tanganku sendiri."

"Dengar Won Woo! Sekarang hukuman terbaik untuknya adalah menyesali tindakannya. Kau tidak akan mendapatkan apa-apa jika Lucy mati begitu saja." Joshua berusaha menyadarkan Won Woo dan untungnya usaha yang dilakukannya berguna.

"Jadi biarkan semuanya diurus secara hukum. Aku yang akan mengurusnya jika kau tidak mau. Min Hee, dia juga seorang adik bagiku, dan sekarang aku sedang berusaha menebus dosaku karena sudah membohonginya."

Won Woo menurut dan tidak berontak lagi. Tapi ia menghempaskan tangan Joshua yang menahan tubuhnya. Ia lantas memilih pergi meninggalkan tempat itu dan membiarkan Joshua mengurusi masalah Lucy seperti janji yang diucapkan. Ia sudah tidak peduli sekarang. Kata-kata Joshua juga ada benarnya. Ia tetap tidak akan puas sekalipun berhasil mengakhiri hidup Lucy dengan tangannya. Mungkin lebih baik jika wanita itu dibiarkan mendekam di penjara sambil menikmati kegilaan. Ia jelas tahu bagaimana sebuah obsesi bisa menyakiti penderitanya.

Won Woo masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya agak keras. Ia sengaja melakukannya, berharap bisa memutus amarah yang dari tadi terus membuntuti sepanjang kakinya melangkah. Ia kemudian menjalankan mobilnya dan pergi menuju tujuan baru.

***

TBC

Doppelganger 《Jeon Won Woo》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang