13. Travel In Time

2.3K 344 51
                                    

Tubuh Min Hee bergetar diselimuti ketakutan. Beberapa detik yang lalu kedua telinganya yang masih berfungsi normal mendengar pernyataan mengejutkan dari sosok misterius di hadapannya.

Kenapa?

Kenapa Won Woo harus mati?

Pertanyaan itu kini mendominasi pikirannya. Sementara ia juga sibuk memikirkan bagaimana bisa sosok itu tiba-tiba muncul. Belum lagi ia terkejut saat melihat rupanya sendiri di wajah sosok itu.

Ia semakin merapatkan diri ke pintu. Ketakutannya sudah memuncak, bahkan ia hampir menangis. Ia tidak sanggup lagi menghadapi sosok misterius itu. Wajah pucat yang dilihatnya benar-benar tampak menyeramkan. Rambut panjang dan gaun putih yang melekat di tubuh sosok itu juga membuat rambut tengkuknya berdiri.

Tiba-tiba sosok yang menyeramkan itu mendekat dan menyebabkan suara lengkingan keluar dari mulut Min Hee.

"Jangan takut, Min Hee!" Sosok itu berhenti sebelum berhasil mendekat.

Sekali lagi pandangan Min Hee bertemu dengan sosok yang membuatnya ketakutan. Ia kembali mengamati rupa yang tampak seperti cerminannya.

"Apa maumu?" Suara Min Hee diiringi isakan.

"Aku hanya ingin menolongmu."

"Menolong tapi memiliki niatan membunuh." Min Hee menatap sosok yang memiliki rupa seperti wajahnya dengan penuh kewaspadaan. Nalurinya memberitahu agar ia berhati-hati pada kembarannya yang misterius itu.

"Aku melakukannya hanya untuk melindungimu."

Min Hee tertawa getir. "Apa yang kau bicarakan sebenarnya?" Ia tidak terima saat sosok itu menggunakan dirinya sebagai alasan untuk membunuh Won Woo.

"Tunggu sampai aku menunjukkannya padamu!" Sosok itu kembali melangkah menghampiri Min Hee. Pergerakannya begitu cepat seperti melayang.

Entah apa yang sudah dilakukan sosok itu, tiba-tiba saja Min Hee mendapati dirinya di sebuah ruangan misterius. Menariknya, di sekeliling ruangan itu dipenuhi pintu.

"Kemarilah!" Tanpa sepengetahuan, sosok yang membawanya ke tempat asing itu sudah berdiri di ambang pintu yang terbuka.

Min Hee bergeming. Jelas saja karena ia masih kebingungan. Ia juga takut pada sosok itu.

"Ayo! Kau ingin tahu alasanya, kan?"

Ya, Min Hee pasti menjawab itu, tapi ia ragu. Namun detik berikutnya kakinya melangkah tanpa mendengarkan keraguan hatinya. Ia benci pengkhianatan yang dilakukan tubuhnya, padahal di sisi lain rasa ingin tahunya juga memang sudah tidak terkendali.

Setelah masuk melewati pintu yang tadi terbuka, ia menemukan dua anak kecilㅡlaki-laki dan perempuanㅡdi dalam ruangan itu. Mereka duduk dan tidak bergerak seperti patung. Melihat keanehan itu tanda tanya pun kembali menjejali isi kepalanya.

"Siapa mereka?" Min Hee menuntut jawaban tapi sosok bergaun putih yang berdiri di sampingnya malah menyuruhnya diam dengan isyarat gerakan telunjuk yang ditempelkan ke bibir.

Saat itu juga dua anak kecil tadi bergerak normal. Mereka bermain seperti anak kecil pada umumnya. Mereka bersenda gurau dan saling menyentuh hidung.

Tidak ada hal yang aneh selama Min Hee memperhatikan mereka, sampai akhirnya Min Hee dikejutkan oleh tindakan anak kecil perempuan yang tiba-tiba mencium pipi si anak laki-laki.

Tidak ada hal yang aneh selama Min Hee memperhatikan mereka, sampai akhirnya Min Hee dikejutkan oleh tindakan anak kecil perempuan yang tiba-tiba mencium pipi si anak laki-laki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Min Hee tersenyum melihat momen manis itu. Sungguh mereka hanya anak kecil, dan ia tidak mengerti mengapa perasaannya begitu mudah diterbangkan.

"Anak-anak waktunya tidur." Seorang wanita tiba-tiba datang dan langsung disambut antusias oleh anak perempuan. Melihat dari wajah, Min Hee menebak usia wanita itu sekitar tiga puluhan. Kemudian dilihatnya wanita itu menuntun anak perempuan tadi.

"Eomma, aku belum ngantuk. Aku masih ingin bermain."

"Tidak boleh, Sayang. Ini sudah malam." Tangan wanita itu terulur mengusap puncak kepala anaknya.

"Ayo!" Tidak lupa wanita itu mengajak anak laki-laki yang masih mematung di tempatnya.

Wanita itu mengantar anak perempuannya dulu ke kamar. Kemudian setelah anaknya berbaring di tempat tidur barulah ia menutupi tubuh anaknya itu dengan selimut.

"Selamat malam, Sayang." Wanita itu memberi sebuah kecupan pengantar tidur.

Berikutnya giliran mengantar anak laki-lakinya. Wanita itu juga memberikan perlakuan yang sama pada anak laki-lakinya.

"Terima kasih sudah menerima kami sebagai keluargamu." Wanita keibuan itu mengecup dahi si anak laki-laki. "Semoga kau bisa menjaga adikmu."

Tiba-tiba Min Hee merasa ada yang ganjil. Semakin lama mengamati wanita itu akhirnya ia menyadari sesuatu. Ia ingat pernah melihat wanita itu di album foto beberapa waktu yang lalu.

Lama-lama Min Hee dibuat kesal karena kehilangan ingatan masa lalunya. Terlalu banyak yang tidak ia ketahui, dan saat ia mencoba untuk mencari tahu kepalanya harus rela menanggung rasa sakit.

"Kau masih belum menyadarinya? Dia ibumu, Min Hee."

"Ibuku?" Min Hee memastikan ia tidak salah dengar. "Kalau begitu anak perempuan tadi...."

"Itu kau."

"Tunggu! Aku masih tidak mengerti. Bagaimana mungkin anak perempuan tadi itu aku?" Min Hee memijit pelipisnya yang mulai berdenyut.

"Aku sedang menunjukkan masa lalumu. Dan satu hal lagi yang harus kau tahu. Anak itu... kakakmu."

Min Hee memusatkan perhatiannya pada anak laki-laki yang sudah memejamkan mata. Ia mengamati dengan seksama dan berusaha mengingat tentang kakaknya itu. Tapi terlalu jauh. Ingatannya pasti tidak akan sampai pada masa kecilnya.

Saat Min Hee dihanyutkan oleh pikirannya dan bahkan hampir tenggelam, tangannya ditarik keluar dari ruangan itu. Ia kembali dibawa ke ruangan yang dipenuhi pintu kemudian ia ditarik memasuki ruangan lain.

Min Hee menatap sekelilingnya. Kali ini ruangan itu tampak tidak asing. Dindingnya berlatar putih dan tidak memiliki jendela. Ruangan pengap ini Min Hee pernah melihat dalam mimpinya.

"Tebak siapa yang datang!"

Min Hee beralih menatap satu-satunya pintu di ruangan itu. Dilihatnya pegangan pintu itu bergerak ke bawah karena di balik sana seseorang berusaha membukanya. Lalu pintu itu pun terbuka menampilkan sosok jangkung yang sangat dikenalinya.

"Inilah yang ingin kutunjukan. Lihat apa yang akan dilakukannya padamu, Min Hee!"

TBC

Doppelganger 《Jeon Won Woo》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang