Min Hee duduk di balkon kamarnya sambil menatap foto Won Woo yang sempat ia abadikan. Lagi-lagi wanita itu dibuat jatuh cinta dengan senyuman manis yang dilihatnya. Ia sangat senang. Bunga di dalam hatinya kembali mekar setelah senyum Won Woo menyiraminya.
Hari apa ini? Min Hee merasa ada yang berbeda. Dari kemarin malam Won Woo memang bertingkah sangat sangat manis, rasanya seperti bukan Won Woo yang ia kenal. Ia dibuat gemas saat mengingat apa saja yang sudah dilakukan Won Woo untuknya. Sekadar hal-hal kecil tapi efek kebahagiannya masih bertahan sampai detik itu. Sepanjang hari semua kenangan bersama Won Woo terasa berharga. Ia akan menyimpannya dan pasti merindukannya.
Kemudian Min Hee membuat kedua tangannya saling bertautan. "Aku harap hari esok seperti hari ini. Aku ingin bahagia. Kuharap kau juga Won Woo." Sebuah doa terucap dari mulutnya. "Maaf selalu menyusahkanmu. Aku akan berusaha agar sembuh secepatnya." Sudah cukup dengan tidur panjang yang mengancam nyawanya selama dua tahun, ia tidak mau membuat Won Woo khawatir lagi.
Lama duduk di sana udara malam semakin terasa dingin. Terlebih gaun tidur tipis yang melekat di tubuhnya tidak cukup untuk melindungi dari tiupan angin nakal di sekitarnya. Refleks ia mengusap-ngusap bagian lengannya untuk menghangatkan diri.
"Dingin sekali." Min Hee mulai menggigil. "Sebaiknya aku masuk ke dalam." Ia memutuskan masuk lagi ke kamar karena usahanya tidak banyak membantu. Tapi, tidak bisa. Langkahnya terhenti. Ia tidak bisa masuk karena jalannya dihalangi.
Sosok yang dibenci menghancurkan kebahagiaannya hari ini. Perasaannya seperti sedang menaiki wahana permainan, lalu terjun bebas dari ketinggian. "Kenapa kau harus muncul sekarang?"
"Aku datang karena sudah waktunya," jawab sosok itu membuka ingatan akan janji yang dibuat Min Hee. Kejam sekali. Min Hee tidak tahu waktu yang dimaksud saat itu juga.
"Kau benar-benar akan mengambil nyawaku?"
Min Hee melihat kembaran hantunya malah tersenyum. "Kau takut ya?" Makhluk itu menantangnya.
Ia ingin menjawab tidak, tapi nyatanya ia benar-benar ketakutan. Siapa juga yang tidak takut saat nyawanya akan diambil. Ia masih ingin hidup dan menemui masa depannya.
"Kau tidak perlu mengatakannya. Aku sudah bisa melihatnya." Benar, sebagai bukti reaksi tubuh Min Hee sudah mulai gemetaran lagi.
"Dengar Min Hee! Apa aku pernah meminta untuk menyerahkan nyawamu?" tanya sosok itu.
Sebenarnya tidak pernah. Tapi pikiran Min Hee terus diracuni hal-hal buruk tentang Won Woo. "Lalu kau ingin apa dariku?" Lama-lama emosi Min Hee terpancing. Ia tidak tahan menghadapi sosok itu. Hidupnya seolah-olah sedang dipermainkan.
"Aku ingin kau tetap hidup. Itu saja."
Min Hee tertegun. Omong kosong apa lagi. Awalnya ia berpikir begitu, tapi di sisi lain ia merasakan ketulusan dan kepedulian yang seharusnya mustahil berasal dari makhluk itu. "Aku tidak mengerti." Ia mempertanyakan perasaannya.
"Aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi karena aku tahu kau tidak akan mempercayai ucapanku." Kembarannya tidak mau memberi penjelasan. "Aku sudah memberi peringatan. Apapun yang terjadi itu keputusanmu. Sekarang aku ingin mengucapkan selamat tinggal. Aku tidak akan datang lagi. Ini yang terakhir kali aku muncul dalam kehidupanmu."
Tidak akan datang lagi
Tidak akan datang lagi
Ini yang terakhir?
Isi kepala Min Hee mengulang kata-kata yang didengarnya.
"Ada apa dengan ekspresi wajahmu? Bukankah seharusnya kau bahagia?" Min Hee bingung. Terlalu tiba-tiba sampai ia tidak tahu harus menanggapi apa.
"Min Hee!" Suara Won Woo memanggil. "Kau dimana?" Wajah Min Hee berubah tegang karena Won Woo mencarinya di saat yang tidak tepat.
"Aku tahu dia sangat mencintaimu. Dan dia sudah berjanji untuk menjagamu. Walaupun aku tidak yakin dia bisa melakukannya."
Min Hee mengabaikan ucapan kembaran hantunya. Ia terlalu panik, takut Won Woo menemukan keberadaannya. "Aku tidak mau Won Woo melihat kita berdua."
"Min Hee-ya..." Won Woo masih mencari. "Min Hee? Kau di luar?"
Kecemasan semakin mendominasi. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Won Woo jika melihatnya bersama kembaran hantunya.
Dejavu. Ia pernah melihatnya dalam mimpi. Tapi ia tidak ingin mimpi itu benar-benar menjadi nyata.
Ia menatap sosok yang mematung di depannya dengan tatapan memelas. "Kumohon!" Pasti ada yang bisa dilakukan makluk itu untuk menahan Won Woo. Atau membawanya ke tempat lain agar Won Woo tidak menemukannya.
Di luar dugaan ia ditarik hingga mendapat sebuah pelukan. "Min Hee-ya, berjanjilah padaku apapun yang terjadi nanti kau tidak akan menyesalinya!" Sosok itu menyampaikan pesan terakhir untuknya. "Selamat tinggal!" Dalam waktu singkat kembarannya menghilang begitu saja seperti melebur dengan udara.
Min Hee membeku di tempatnya. Bukan karena kedinginan. Ada hal aneh yang menyertai perasaannya. Tiba-tiba ia mendeteksi rasa sedih. Ia tahu kembarannya itu hanya hantu, tapi seperti benar-benar ditinggalkan oleh saudarinya. Saudari yang ia benci, yang datang sesuka hati, pergi pun seenaknya.
Ia mencari sosok itu di sekelilingnya. Bagaimana pun ia masih membutuhkan penjelasan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul di pikirannya. Sayang ia tidak menemukannya, bahkan mungkin tidak akan pernah lagi menemukannya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Doppelganger 《Jeon Won Woo》
Fanfiction"...Sekarang kau pilih, dia atau kau yang mati?" ㅡdoppelganger: ghost of a living personㅡ ©deffcth, July 2018