Jika tangannya diminta untuk melepaskan genggaman, jika hatinya juga diminta untuk merelakan kepergian, Won Woo bersumpah tidak mau melakukannya. Ia hanya terlalu mencintai dan menjadi serakah karena menginginkan ciptaan Tuhan dimilikinya. Perasaan ini memberinya alasan, tapi ia jauh tidak berkuasa karena permintaan telah berubah menjadi sebuah paksaan.
Dalam benaknya, tak pernah terpikirkan sebelumnya bagaimana sebuah tangkai harus kehilangan bunga yang terus menjatuhkan kelopak demi kelopak hingga yang terakhir. Mungkin sedih juga. Bagaimanapun mereka sama-sama mengalami kehilangan. Hanya tidak akan semenyedihkan dirinya karena bunga itu mati untuk hidup kembali.
Mata Won Woo yang terpejam meneteskan cairan. Ia menangis dalam tidurnya. Saat terjebak bunga tidur yang tidak indah itu ia bisa merasakan aliran hangat membasahi sisi wajahnya. Ia dibuat kacau hanya karena bayangan yang muncul di balik matanya yang sedang terpejam. Bahkan ia mulai mengigau berusaha mengatakan sesuatu dari mulutnya yang kebas. Dalam mimpi bisa saja ia berteriak, nyatanya yang keluar hanya suara berat tertahan dan hampir tidak ada kata utuh yang jelas terdengar.
"Min Hee," kecuali satu nama itu. Setelahnya ada beberapa kali ia mencoba memanggil lagi nama yang sama, kadang berhasil kadang kembali teredam. Ia hanya berharap ada jawaban dari sosok yang sedang dicarinya.
Semakin jatuh ke dalam mimpi tidurnya semakin menjauhi kata damai. Ia masih belum sadar untuk membuka mata agar lepas dari jebakan visualisasi yang tak sengaja muncul dalam benaknya. Benar-benar hilang kendali dan pasrah saja mengikuti alur yang mengekang itu. Ia juga mengerang tidak jelas. Gara-gara mimpi buruk yang dialaminya ia sampai membangunkan teman tidur di sampingnya.
"Won Woo?" Rangsangan verbal masuk ke dalam mimpi. Dari nada suara terdengar sangat mengkhawatirkannya.
"Won Woo, kau mimpi buruk?" Sekali lagi Won Woo berhasil menangkap suara itu. "Won Woo, bangun!" Ini adalah suara Min Hee yang dari tadi dicarinya.
Bola mata Won Woo bergerak cepat sibuk mencari, tapi ia tetap tidak bisa menemukan Min Hee di sudut mana pun. Bagaimana mungkin Min Hee tidak ada padahal pendengarannya menangkap suara Min Hee sangat jelas seperti berada di dekatnya. Ia merasakan guncangan pada tubuhnya. Sadar ada yang aneh pikirannya beralih dan mulai bekerja untuk mencerna kejanggalan itu hingga akhirnya ia menyadari benar apa yang sedang dialaminya.
Won Woo mengambil napas panjang saat wajah Min Hee menyapa pandangan matanya yang baru saja terbuka. Ada perasaan lega terbebaskan begitu menemukan Min Hee masih bersamanya. Ia lantas bangun menegakkan tubuh lalu menarik Min Hee untuk dipeluknya. Dagunya dibiarkan jatuh di pundak Min Hee dengan sengaja. Ia lemas kembali mengingat mimpi tadi dan tak terbayang jika Min Hee benar-benar pergi meninggalkannya.
"Kenapa? Kau mimpi buruk?" Suara Min Hee di sisi kirinya yang kali ini terdengar nyata mengikis rasa takutnya akan kehilangan. "Tidak apa-apa itu hanya mimpi. Ingat apa yang selalu kau katakan padaku saat mengalami mimpi buruk?" Tangan Min Hee mengusap sekilas punggungnya berusaha untuk menenangkan, lalu saat tangan itu berniat melepaskan pelukannya ia segera menghentikan.
"Sebentar! Biarkan seperti ini!" pintanya menahan tangan Min Hee. Ia masih belum tenang. Setengah porsi mimpi buruk tadi masih menyangkut di kepalanya. Jadi ia membutuhkan waktu sampai bayangan mimpinya kabur.
Bersyukur Min Hee tidak menolaknya. Ia diijinkan tetap mempertahankan pelukan itu. Punggungnya bahkan kembali mendapat usapan dan sesekali terasa seperti tepukan halus. "Tunggu!" Sayangnya baru beberapa detik menikmati hiburan Min Hee tiba-tiba saja gerakan tangan di belakang tubuhnya itu malah berhenti.
"Won Woo badanmu hangat." Pada akhirnya Min Hee menjauhkan tubuh darinya. Ia tidak sempat mencegah. Sekarang wajah Min Hee sudah ada di depannya diikuti raut kekhawatiran yang meningkat dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doppelganger 《Jeon Won Woo》
Fanfiction"...Sekarang kau pilih, dia atau kau yang mati?" ㅡdoppelganger: ghost of a living personㅡ ©deffcth, July 2018