32. Don't Leave

1K 100 11
                                    

Won Woo membatu di kursi tunggu, nyaris tidak bergerak membiarkan dirinya sekilas terlihat seperti  patung. Di dalam, hatinya juga ikut mengeras. Ia dibekukan amarah yang tidak bisa dilampiaskan. Beku tapi mendidih, ia tak ubahnya seperti es panas. Ada hal yang lebih penting daripada memikirkan bagaimana caranya ia bisa melampiaskan amarahnya. Ia juga menahannya karena alasan itu. Saat ini ia sedang menunggu, atau lebih tepatnya mengulang trauma takut ditinggalkan.

Udara hangat keluar dari celah bibirnya dan ia bisa merasakan kehangatan itu menyentuh tangannya yang mengepal di depan wajah. Sejak dua jam yang lalu ia setia di tempat dan tidak berhenti berdoa untuk Min Hee yang sedang berjuang di dalam ruang yang dijaganya. Sekali lagi, sekali lagi ia meminta pada tuhannya agar tidak mengambil Min Hee darinya. Karena ia tidak akan sanggup menyimpan rindu kalau pada akhirnya tidak lagi diberi kesempatan bertemu.

"Won Woo?" Joshua memanggil. Ia tahu Joshua mengkhawatirkan keadaannya. Ia memang sedang kacau. Ditambah Joshua melihat penampilannya yang berantakan dari terakhir kali mereka bertemu. Setelan jas sudah tidak lagi terpasang di tubuh. Dasi yang seharusnya melingkar di kerah kemeja juga hilang entah di mana.

Ia melirik ke arah Joshua yang menyandarkan sebelah tubuh ke dinding koridor. Ini pertama kali ia menganggap ada orang lain yang menemaninya di sana setelah sebelumnya ia tidak pernah memberi respons. Ia terlalu fokus dengan perasaannya sampai ia tenggelam di dalamnya.

Pandangan mereka bertemu tapi ia teralihkan pada kemeja putih yang melekat di tubuh Joshua. Ia baru sadar ada bercak darah mengotori kemeja yang dilihatnya, dan lagi-lagi ia teringat pada Min Hee.

Wajah Won Woo kabur menunduk. Rasa sedihnya berkumpul hingga di setiap pergerakan detik terasa menyesakkan baginya. "Aku seharusnya tidak meninggalkan Min Hee." Suara rendahnya kali ini terdengar.

Sekarang Won Woo menyesali kebodohannya. Semua berawal dari kesalahan yang dilakukannya. Ia sendiri yang meninggalkan Min Hee dengan wanita iblis yang dibawanya. Ya, iblis. Ia mengutuk wanita itu dan berjanji mengirimnya kembali ke neraka serta dosa yang mengikatnya. Tangan Won Woo semakin mengepal kuat. Ia berusaha menahan janji tadi untuk sementara.

"Min Hee..." Wajah yang tertunduk itu terangkat saat mendengar nama Min Hee juga keluar dari mulut yang lain. "Dia akan baik-baik saja."

"Aku takut Hyung. Bagaimana jika Min Hee koma lagi?" Won Woo benci dirinya yang tidak bisa berbuat apapun. "Dan bagaimana jika Min Hee..." Won Woo tidak sanggup melanjutkan kemungkinan buruk yang baru saja melintas. Ia takut yang satu itu menjadi hasil akhirnya.

"A-Aku...."

"Dia akan baik-baik saja Won Woo. Percaya padaku dia akan baik-baik saja. Min Hee kuat, dia pasti bisa melaluinya."

Won Woo kali ini hanya bisa diam menatap Joshua. Ia tahu itu hiburan untuknya. Joshua berbohong. Jelas ia tahu keadaan Min Hee. Ia pikir Min Hee tidak sekuat itu mengingat akhir-akhir ini sering sakit, belum lagi kondisi pasca-koma yang tidak kunjung menunjukkan perubahan yang signifikan. Tapi ia juga mengharapkan kata-kata Joshua nyata lebih dari sekadar penghiburan. Hanya saja di sisi lain rasa takut terus menghantui dan hampir mengubur harapannya.

Pintu yang terjaga akhirnya terbuka dan dua orang yang  menjaganya langsung bersiap dari posisi masing-masing. Mereka menanti kabar dari dalam sana, hingga seseorang dengan jubah hijau yang dikenal keduanya muncul untuk memberikan kabar yang sedari tadi ditunggu.

"Bagaimana keadaan Min Hee?" Won Woo menjadi orang pertama yang bertanya. Laki-laki itu juga yang paling berhak tahu mengenai kabar Min Hee karena ia adalah wali satu-satunya yang terdaftar dengan keterangan sebagai suami sah Min Hee. Jika dua tahun sebelumnya Min Hee adalah adiknya, maka sekarang statusnya telah berubah. Ia sendiri yang mengubahnya.

"Kenapa diam saja? Min Hee bagaimana keadaannya?" Won Woo tidak sabaran dan terlalu menutut. Joshua di sebelahnya sengaja menyenggol tangannya untuk memberi peringatan. Bagaimanapun sosok yang dihadapi Won Woo itu senior mereka, dan Won Woo dengan tidak sopan menghilangkan bahasa formalnya, belum lagi disertai intonasi yang agak meninggi.

"Jaga etikamu! Kau pikir sedang bicara pada siapa?" Benar saja, orang itu tersinggung karena ucapan Won Woo. Tapi kewarasan Won Woo sedang tidak berada di tempatnya. Ia sudah tidak ingat apa-apa lagi selain mengkhawatirkan keadaan Min Hee.

Ia melihat pintu ruang operasi di belakang dokter bedah senior itu. Jika ia tidak bisa mendapatkan jawaban, ia harus memastikannya sendiri. Tanpa pikir panjang ia masuk ke dalam sana.

"Won Woo!" Joshua memanggilnya tapi ia tidak peduli. Ia hanya ingin melihat Min Hee. Sengaja ia menerobos pintu yang kebetulan tidak lagi terkunci seperti dugaannya. Saat itulah ia menemukan Min Hee terbaring di meja operasi dengan tubuh yang masih ditempeli alat medis.

"Min Hee-ya." Lutut yang menyangga Won Woo tiba-tiba lemas tak bertenaga.

"Ya! Kenapa kau bisa masuk?" Sesorang perawat yang menyadari kemunculan Won Woo segera menghalangi dan mencegahnya mendekati meja operasi. Tapi ia tetap memaksa dan mendekat untuk memastikan Min Hee baik-baik saja dengan kedua matanya langsung.

"Kumohon, aku hanya ingin melihatnya!" Perawat itu masih menahannya dan tidak mengabulkan permohonan Won Woo. "Kau bisa melihatnya nanti. Kami sedang mengerjakan post prosedur dan ruangan ini harus tetap steril. Mohon tunggu di luar saja!"

Tidak bisa, Won Woo tidak mau mendengarkan. "Min Hee... Min Hee-ya!" Ia malah berontak membuat dua orang lain yang ada di sana terpaksa ikut turun tangan. Joshua yang mengikutinya juga segera memegangi tubuhnya dari belakang. Hanya satu orang yang ia lihat tidak bergerak dari posisinya dan tampak serius menyelesaikan jahitan di tubuh Min Hee.

"Tahan dia!" Won Woo tidak bisa bergerak bebas setelah intruksi itu dikeluarkan, dan semakin sulit bergerak begitu merasakan tusukan di pahanya. Ia tahu sebuah jarum menancap di sana dengan mudah karena celana bahannya bukan penghalang untuk sebuah benda tajam. Jarum itu terasa menembus lapisan kulit dan jaringan ototnya, hingga perlahan tubuhnya mati rasa. Sesuatu yang memaksa masuk berhasil melumpuhkannya secara total, termasuk kesadarannya yang tidak bisa ditenangkan.

***

TBC

"떠나지마 떠나가지마 나를...
가슴에 상처만 주고" ㅠㅠ 🤧

가슴에 상처만 주고" ㅠㅠ 🤧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Doppelganger 《Jeon Won Woo》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang