Min Hee bangun lebih awal dari biasanya, sebelum matahari menampakkan diri sepenuhnya. Ia lalu menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan keluar dari tempat yang nyaman itu. Di kepalanya sudah tersusun rencana. Pagi ini ia akan menyiapkan sarapan untuk Won Woo, mengingat kemarin ia tidak sempat memasak seperti yang sudah dijanjikannya.
Min Hee menghentikan langkah saat melihat pintu kamar Won Woo. Tiba-tiba ia tergoda ingin mengintip ruangan di sebelahnya. Ia terus menatap lekat pintu kamar itu lalu mendekatinya. Tangan nakal Min Hee membuka pintu hingga sebuah celah tercipta dan membuatnya bisa melihat si penghuni kamar yang masih tidur.
Ini adalah pertama kalinya Min Hee melihat isi kamar Won Woo. Ruangannya rapi. Melihat itu Min Hee sudah bisa menebak sifat Won Woo. Merasa sudah cukup mengeksplorasi ruangan itu ia pun menutup pintunya lagi.
Min Hee kembali melangkahkan kaki ke arah dapur. Ia berharap, semoga ia tidak menghancurkan tempat itu. Langkah awal yang dilakukan ia langsung memeriksa bahan makanan di pantri. Sayangnya hanya ada sedikit yang tersisa di sana. Mau tidak mau ia hanya bisa memanfaatkan bahan seadanya. Setelah semua bahan makanan terkumpul ia mulai memasak.
Semuanya serba pertama kali. Ia mengandalkan ingatan tubuhnya bukan ingatan di kepalanya. Won Woo bilang ia pintar memasak jadi karena itu ia mencoba membuktikannya. Tanpa menghabiskan banyak waktu akhirnya ia berhasil menyajikan sarapan di meja makan. Sederhana, ia hanya membuat omelet telur yang disajikan bersama nasi putih yang dicampur kacang merah dan hitam.
Min Hee tersenyum senang setelah menyelesaikan pekerjaannya. Ia jadi penasaran komentar seperti apa yang akan didengarnya nanti. Jantungnya tiba-tiba berdebar membuatnya refleks memegangi dada.
Beginikah rasanya menjadi seorang istri? Wajahnya langsung memerah karena pertanyaannya sendiri.
Min Hee kemudian bergegas untuk membangunkan Won Woo hingga ia kembali berhadapan dengan pintu yang sudah menggodanya beberapa menit yang lalu. Baru saja ia memegang knop pintunya, orang di dalam sana sudah lebih dulu memutarnya. Lalu, pintu itu pun terbuka hingga mempertemukan Min Hee dan Won Woo.
"Kau sudah bangun?" Suara rendah Won Woo menyapa Min Hee lebih dulu.
"Aku membuatkan sarapan untukmu." Min Hee menarik kedua ujung bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman. Tetapi selanjutnya senyuman itu luntur saat melihat Won Woo meneteng tas hitam. Ia juga baru menyadari suaminya itu memakai kemeja rapi dan celana bahan berwarna biru gelap yang sama dengan setelan jas.
"Kau mau kemana?" tanya Min Hee setelah mengamati penampilan Won Woo.
"Aku harus ke rumah sakit. Ada yang harus kukerjakan. Tidak apa-apa kan aku meninggalkanmu?" Won Woo berbicara sambil menutup pintu kamar dan menguncinya.
Hati Min Hee mencelos. Bukan karena pertanyaan yang diajukan Won Woo, tapi karena melihat Won Woo yang mengunci pintu kamarnya. Secara tidak langsung Won Woo melarang Min Hee masuk ke dalam kamarnya. Won Woo melarangnya, melarang istrinya sendiri.
"Hmm," gumam Min Hee lemah. Meskipun tidak mau ditinggal sepertinya Won Woo akan tetap pergi. Ia sadar pekerjaan suaminya itu mendesak dan menyita waktu.
"Sebelum makan malam akan kupastikan sudah sampai di rumah," janji Won Woo. "Aku berangkat dulu," pamitnya kemudian yang kelihatan sedang terburu-buru.
"Won Woo-ya, sarapanmu?"
"Nanti saja di sana," jawab Won Woo tanpa menghentikan langkahnya.
Min Hee hanya bisa mematung sambil menatap punggungnya. Dilihatnya lelaki itu menuruni tangga hingga menghilang dari pandangannya.
Min Hee tiba-tiba ingin menangis, tetapi ditahannya. Ia sedih sekali dengan berbagai pikiran negatif yang mendatanginya. Kemudian ia mengikuti jejak Won Woo dan berharap masih bisa melihat laki-laki itu sebelum ditinggal pergi. Namun saat membuka pintu depan ia mendapati mobil Won Woo sudah tidak ada di sekitar pekarangan rumah. Won Woo sudah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doppelganger 《Jeon Won Woo》
Fanfiction"...Sekarang kau pilih, dia atau kau yang mati?" ㅡdoppelganger: ghost of a living personㅡ ©deffcth, July 2018