"Min Hee."
"Min Hee-ya."
Sayup-sayup Min Hee mendengar suara seseorang memanggilnya. Sementara itu pandangannya dipenuhi kabut. Ia masih terjebak di alam bawah sadarnya. Kelopak matanya sulit dibuka, seperti ada untaian benang yang menyulamnya.
"Min Hee."
Sekali lagi suara itu menuntun Min Hee agar menemukan kesadarannya. Bukan hanya suara, orang itu kini mendaratkan telapak tangan di sisi wajah kirinya.
Min Hee merasakan sentuhan itu. Perlahan ia mulai membuka mata lalu mengedarkan pandangannya. Barulah ia menyadari dirinya sudah ada di kamar dalam keadaan terbaring lemas di tempat tidur. Kemudian ia menemukan wujud dari pemilik suara yang tadi memanggil namanya.
"Won Woo." Min Hee langsung menerjang tubuh Won Woo. Memeluk lelaki itu begitu erat sambil menangis.
Mengingat kejadian semalam yang mengerikan lagi-lagi membuat tubuhnya gemetaran. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya. Terlebih ingatan semalam begitu jelas. Ia melihat sosok misterius yang sangat identik dengannya. Dan sosok itu hampir membunuh Won Woo.
Tubuh Min Hee semakin bergetar. Ia benar-benar takut kehilangan Won Woo.
Tanpa diperintah Won Woo berusaha menenangkan melalui usapan yang dilakukan tangannya pada punggung Min Hee. Kemudian lama-kelamaan pelukan yang melingkar di tubuhnya melemah. Menyadari itu Won Woo membantu membaringkan Min Hee lagi.
"Aku menemukanmu di lorong. Apa yang terjadi?"
"Aku-haus..." Min Hee mencoba menjawab Won Woo. Tentunya dengan menyembunyikan fakta yang dilihatnya semalam. "Aku tidak sadar salah jalan. Lalu tiba-tiba aku pingsan."
"Kenapa tidak membangunkanku saja? Aku bisa mengambilkannya untukmu." Min Hee hanya menggeleng pelan untuk menggantikan jawabannya.
"Min Hee-ya." Won Woo melafalkan nama itu untuk yang sekian kalinya. Ia menatap Min Hee. Sengaja mempertemukan dua pasang mata-miliknya dan milik wanita itu.
"Aku pasti sudah menyakitimu." Mata Won Woo yang sendu menyiratkan kekhawatiran. "Apa masih sakit?"
Kening Min Hee berkerut. Untuk sementera itu adalah ekspresi yang ditunjukkannya saat pertama kali mendengar pertanyaan Won Woo, sampai akhirnya wajah Min Hee langsung memanas begitu ia menangkap maksud Won Woo. Sudah dapat dipastikan rona merah menampakkan diri di kedua pipinya.
"Maaf untuk yang semalam!"
"Jangan meminta maaf, Won Woo! Itu sudah jadi hakmu." Rasanya Min Hee hampir meledak saat mengatakan itu dan ia sudah tidak bisa meralatnya. "Jam berapa sekarang?" tanya Min Hee cepat mengalihkan pembicaraan.
Min Hee menoleh ke nakas di samping tempat tidurnya, dan tepat setelah menemukan jam digital yang dicarinya ia terkejut. Gara-garanya karena jam digital itu memperlihatkan angka sembilan dan lima.
"Won Woo, kau tidak jadi bekerja?" Min Hee bingung karena seharusnya Won Woo sudah berangkat setengah jam yang lalu.
"Bagaimana aku bisa bekerja melihat kondisimu saat ini?"
"Aku tidak apa-apa."
"Itu artinya kebalikannya, kan?" Won Woo menatap Min Hee dalam. "Aku tidak akan ke mana-mana." Kedua tangannya terulur mengusap anak rambut Min Hee yang dibasahi keringat dingin.
"Pergilah!" Di luar dugaan Min Hee malah menyuruh Won Woo pergi. "Kan ada Lucy, jadi kau tak perlu khawatir! Aku akan baik-baik saja."
"Kau yakin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Doppelganger 《Jeon Won Woo》
Fanfiction"...Sekarang kau pilih, dia atau kau yang mati?" ㅡdoppelganger: ghost of a living personㅡ ©deffcth, July 2018