"Kau sedang apa di sini?" Won Woo sudah ada di belakang Min Hee. Tangan Won Woo kemudian melingkari Min Hee seperti berusaha menyembunyikan tubuhnya. "Tidak kedinginan?" tanya Won Woo.
"Aku tahu dia sangat mencintaimu..."
Min Hee mendengar kata-kata itu lagi di pikirannya. Benarkah Won Woo mencintaiku?Sadar apa yang sedang dilakukannya Min Hee cepat-cepat menarik diri sebelum ia tenggelam dalam pikirannya. Jangan sampai Won Woo bertanya. Ia tidak mau repot-repot berbohong, tapi tidak mau juga membahas ucapan si kembaran hantu yang ada di pikirannya itu.
"Wah! Aku baru tahu wajahku setampan ini," canda Won Woo saat menemukan fotonya di tangan Min Hee.
"Kau harus selalu membawa cermin agar kau bisa melihatnya." Min Hee merespons candaan Won Woo.
Tiba-tiba Won Woo melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh Min Hee menghadap ke arahnya. "Tidak perlu. Aku sudah bisa melihatnya." Ia menatap mata Min Hee.
Min Hee mengerti maksudnya. Kata-katanya bisa menerbangkan tapi raut wajahnya terlalu serius. Orang yang mendengarnya jadi bingung harus bereaksi bagaimana.
Min Hee baru dibuat salah tingkah saat wajah Won Woo yang katanya tampan itu semakin mendekat hingga membuatnya refleks memejamkan mata. Wanita itu tidak ingin menebak-nebak, tapi ia sudah tahu kemungkinan besar yang akan dilakukan Won Woo.
Menyentuh bibirnya, memberi sebuah lumatan lembut, dan sekaligus menyalurkan kehangatan. Ia tahu Won Woo sedang berusaha menyampaikan perasaan. Won Woo mencintainya, hanya mencintainya. Ia tidak perlu ragu lagi sekarang.
Lama bertautan Min Hee minta dilepaskan. Ia kemudian menunduk setelah bertemu pandang dengan Won Woo. Canggung sekali. Ditambah di antara keduanya terdengar suara napas yang terengah-engah.
"Lihat aku!" Won Woo tidak membiarkan Min Hee menyembunyikan wajahnya. Ia menarik dagu Min Hee dan memaksa agar bisa melihatnya lagi. Mau tidak mau pandangan Min Hee kembali bertemu dengan Won Woo.
"Dan dia sudah berjanji untuk menjagamu. Walaupun aku tidak yakin dia bisa melakukannya." Min Hee mendengar lagi suara lain di pikirannya.
Tapi aku percaya padanya.
Min Hee mencium Won Woo. Ia sadar kali ini melakukannya lebih dulu. Tanpa aba-aba memberi sebuah kejutan bagi si penerima.
Foto yang sedari tadi dipegangnya dijatuhkan. Ia mengulurkan kedua tangannya untuk memeluk tengkuk Won Woo lalu berjinjit untuk mengejar tinggi laki-laki itu. Ia kemudian memejamkan mata saat mendapat balasan, dan tangannya beralih meremas rambut Won Woo.
Selanjutnya ia dibawa masuk ke dalam oleh Won Woo dengan tautan yang masih terjalin. Adapun tautan itu baru terlepas setelah Won Woo membaringkannya di atas tempat tidur. Terakhir Won Woo mendaratkan kecupan di dahinya.
"Aku akan berhenti jika kau tidak menginginkannya malam ini. Kau tinggal bilang. Aku tidak akan memaksa." Won Woo memberi Min Hee kesempatan jika mau melepaskan diri. Tapi Min Hee tidak mengatakan apapun dan membiarkan Won Woo menyibak rambut yang menutupi lehernya. Ia tahu target Won Woo selanjutnya.
***
Tengah malam Won Woo terbangun. Di sampingnya ada Min Hee yang sedang tidur. Atau mungkin Min Hee kelelahan karena ulahnya.
Ia jadi merasa bersalah karena sudah melampiaskan hasratnya pada Min Hee. Ia lupa kalau istrinya itu sedang sakit. Sekalipun ia memperlakukan Min Hee dengan lembut, ada saat di mana ia tidak dapat menahan diri.
Tiba-tiba ia melambaikan tangannya di depan wajah Min Hee untuk memastikan Min Hee benar-benar sedang tidur. Yakin Min Hee tidur lelap ia lalu menyibak selimut dan turun dari tempat tidur.
Ia kemudian memungut pakaian yang tadi dilepasnya dan kembali memakainya. Saat memakai kaus tak sengaja ia melihat bahu Min Hee yang terekspos. Ia tidak membiarkan itu dan langsung membenarkan selimut sampai benar-benar menutupi tubuh Min Hee. Setelahnya ia meninggalkan Min Hee dan pergi ke luar.
Ternyata Won Woo pergi ke dapur dan mengambil sepotong roti yang disimpannya di lemari, tapi ia tidak memakannya. Ia membawa roti itu dan kembali naik ke atas. Ia juga sempat membawa sebotol air di tangan satunya lagi.
Karena kedua tangannya sudah penuh ia membuka pintu kamar dengan sikunya, lalu masuk ke dalam begitu pintu berhasil terbuka. Tapi ia masuk ke kamarnya, bukan kamar Min Hee.
Kaki Won Woo melangkah santai. Ia berjalan menghampiri rak yang berisi koleksi bukunya. Mungkin ia mau membaca. Ia memang tipe yang menghabiskan banyak waktu dengan buku. Wajar saja saat ia terbangun di tengah malam dan tidak bisa tidur lagi kegiatan yang dipilihnya adalah membaca buku. Anehnya ia malah menggeser rak bukunya.
Won Woo mengeluarkan banyak tenaga untuk menggeser rak buku itu dan berhenti setelah melihat ada pintu dibaliknya. Siapa sangka, ternyata ia menyembunyikan ruang rahasia. Lantas ia masuk ke dalam sana.
Ia menutup kembali pintu rapat-rapat. Jaga-jaga jika Min Hee bangun dan mencarinya. Ia mencegah siapapun masuk ke dalam, kecuali seorang wanita mengenaskan dengan kondisi terikat dan meringkuk di sudut ruangan itu.
Roti yang dibawanya sengaja dilempar ke arah wanita itu. "Maaf. Aku lupa makan malammu." Ucapan dan tindakkannya sangat tidak sesuai. Meminta maaf tapi memperlakukan wanita itu seperti binatang.
Won Woo berjalan mendekati wanita itu yang langsung menyerbu roti di atas lantai. Ia kemudian berjongkok dan menaruh botol air tepat di hadapan wanita itu. "Kau tidak butuh ini?" Ia berbicara dengan lembut. Tapi justru di situlah titik menakutkannya.
Tangan Won Woo tiba-tiba menarik rambut pendek wanita itu hingga menampilkan sisa luka lebam di beberapa bagian hasil dari pekerjaan tangannya. "Sudah lebih baik." Setelah puas ia lalu melepasnya.
"Aku akan membebaskanmu. Tapi jangan harap aku sudi menyentuh tubuhmu! Itu tidak akan pernah terjadi." Won Woo memperingatkan.
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Doppelganger 《Jeon Won Woo》
Fanfiction"...Sekarang kau pilih, dia atau kau yang mati?" ㅡdoppelganger: ghost of a living personㅡ ©deffcth, July 2018