Won Woo bisa mendengar detak jantungnya sendiri. Entah itu karena jantungnya bekerja terlalu keras atau pendengarannya terlalu peka. Yang jelas pemacunya adalah Min Hee. Selama beberapa waktu ia menikmati sensasi itu, lalu berhenti dan kembali menaruh atensi pada objek rapuh di hadapannya. Kemudian ia mengajak objeknya untuk menjalin sebuah tautan menggunakan mata.
Sekali lagi kekhawatiran dipertemukan dengan kebencian. Mendatangkan atmosfer kelabu di antara keduanya. Mereka sama-sama dihujani rasa sakit dan berharap untuk segera diobati atau setidaknya dihentikan agar sakitnya tidak semakin menyebar luas.
Won Woo dengan tatapan sendunya masih belum lepas dari Min Hee, berbeda dengan wanita itu yang kini menundukkan kepala menghindarinya. Ia melihat Min Hee kembali meneteskan air mata. Dalam hitungan detik suara isakan mulai mengisi dan terdengar seperti musik ilustrasi bernada memilukan. Untuk yang sekian kali Min Hee berhasil membuatnya tenggelam dalam haru biru.
Saat itu juga ia membawa Min Hee ke dalam dekapan. Membenarkan kata-kata yang sempat dihujatkan terhadapnya. 'Tuli', biarkan saja begitu. Ia tidak peduli dan hanya mencoba mengikis kekhawatiran. Jujur saja ia masih belum siap dengan kemungkinan yang dipikirkannya.
Mendapat perlakuan itu Min Hee langsung meronta-ronta minta dilepaskan dari kuncian tangan yang mengikat tubuhnya. Wanita itu juga memohon menggunakan suaranya yang diiringi isakan. Tapi telinga si pemilik tangan yang merampas kebebasannya sedang tidak berfungsi dan memang sengaja ditulikan. Min Hee dibuat sesak saat ikatan pada tubuhnya malah semakin mengerat.
Jeritan melengking gara-gara ia tak kunjung dilepaskan. Pelukan itu bukan menenangkan dan malah membuatnya merasa tersiksa. Musik ilustrasi yang dimainkannya terus berlanjut. Begitupun upaya melepaskan diri masih gencar dilakukan. Tangannya mengepal kuat memukuli Won Woo. Sesekali ia juga berusaha menciptakan jarak dengan mendorong tubuh laki-laki itu. Namun usahanya dihambat sesuatu berujung runcing yang menancap di leher sebelah kanannya.
Min Hee meringis saat satu titik pada tubuhnya ditusuk jarum. Jarum itu kemudian mengantarkan cairan ke pembuluh darahnya.
Selanjutnya ia bisa merasakan ada yang bergerak mengikuti arus darah. Pergerakannya begitu cepat dan menyebabkan seluruh tubuhnya mati rasa. Telinganya tiba-tiba berdengung seiring mata mulai merabun. Lambat-laun dengungan itu menjauh dan meninggalkannya yang terjatuh dalam kegelapan.
Won Woo segera melepaskan pelukannya saat menyadari tangan yang menyerangnya tiba-tiba menjuntai lemas. Ia lalu menemukan Lucy berdiri di sisinya. Pandangannya kemudian tertuju pada benda yang dipegang Lucy lantas ia kembali menatap wanita itu.
"Apa yang kau lakukan?"
Suara Won Woo yang meninggalkan kesan horor sempat membuat Lucy gugup karena takut dimarahi lagi. "Mana bisa dia tenang saat kau memaksanya. Kau hanya membuatnya semakin panik."
Lucy tidak peduli tatapan Won Woo yang terus mengintimidasi dan beralih fokus menutup area penusukan di leher Min Hee menggunakan kassa steril yang telah diberi antiseptik. "Sekarang biarkan dia tidur!" Lucy hendak pergi dari sana, tapi niatnya diurungkan genggaman tangan yang menahannya. Wanita itu otomatis berbalik menghadap Won Woo lagi.
Lucy menelan air liurnya. Ia takut tapi tetap berusaha tenang. "Kenapa?" tanyanya karena laki-laki yang menahan kepergiannya itu hanya diam saja.
Won Woo tidak langsung menjawab. Raut wajah keraguaannya terlihat sedang mempertimbangkan sesuatu di tengah waktu yang sengaja diulur.
"Beri tahu Joshua untuk datang ke sini!" suruhnya kemudian. Ia baru saja menjilat ludahnya sendiri, mengabaikan larangan yang pernah dikatakan pada Joshua tempo hari.
"Nanti kuhubungi dia. Sekarang bisa kau lepaskan tanganku?"
Spontan, Won Woo membuka jari-jarinya yang melekat pada pergelangan tangan Lucy. Ia membiarkan Lucy pergi tapi matanya mengikuti punggung wanita itu dengan tatapan berarti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doppelganger 《Jeon Won Woo》
Fanfiction"...Sekarang kau pilih, dia atau kau yang mati?" ㅡdoppelganger: ghost of a living personㅡ ©deffcth, July 2018