21. Sound of Silence

1.8K 158 9
                                    

Suara denting mengisi celah pagi Won Woo, Min Hee, dan Lucy, lantaran alat makan yang digenggam tangan mereka terus beradu sekalipun mereka berusaha menggunakannya dengan hati-hati. Mulut ketiganya terbuka hanya untuk menerima suapan dari tangan masing-masing, bukan untuk mengeluarkan suara atau membicarakan sesuatu. Tampaknya apa yang terjadi pagi ini adalah hasil dari hari kemarin.

Seandainya suara hati bisa terdengar, mungkin ada perasaan bersalah yang ingin diucapkan di antara mereka. Seharusnya mereka tidak membiarkan perasaan canggung ini. Tahu itu harus, tapi mereka terus membiarkannya. Mungkin karena takut perasaan bersalahnya tidak tersampaikan dengan baik dan tidak ingin mengambil kesalahan yang fatal, jadi untuk sementara mereka menyimpan dan menahannya dulu.

"Aku selesai." Suara Min Hee pertama kali terdengar tapi hanya untuk mengatakan kalimat pendek itu saja. Lantas ia langsung membereskan peralatan makannya.

Apa yang dilakukan Min Hee ternyata telah menarik atensi Won Woo. Buktinya laki-laki itu berhenti menggerakkan mulutnya yang sedang mengunyah, sedangkan kedua mata miliknya tertuju pada piring yang sedang dibereskan Min Hee. Masih bersisa. Min Hee tidak menghabiskan makanan itu.

"Tidak dihabiskan?" tanya Won Woo menyela.

Min Hee hanya menggelengkan kepala. Sepertinya wanita itu malas menanggapi, bahkan ia tidak ingin menjawab Won Woo menggunakan suaranya sampai-sampai isyarat sederhana menjadi pilihan. Situasi sudah sangat jelas bahwa hubungan mereka sedang tidak baik.

Won Woo membiarkan Min Hee membawa piring yang sempat dijadikan objek penglihatannya ke tempat cucian. Wanita yang tidak mau berbicara dengannya itu membuang sisa makanan yang belum sempat dihabiskan tanpa berpikir dua kali. Ia tahu Min Hee tidak akan seperti itu jika bukan karena dirinya. Dari arah meja makan ia hanya mengekori semua pergerakan Min Hee sampai akhirnya menghilang dari pandangan elangnya. Ia menghela napas berat. Kekacauannya sudah dimulai lagi pagi ini rupanya.

"Aku juga selesai." Kali ini giliran Lucy yang mengatakan itu. "Nanti piring kotornya simpan saja di tempat cucian. Aku akan membersihkannya." Lucy berdiri lalu membereskan piring kotor miliknya. Semuanya hampir selesai dilakukan jika saja ia tidak diganggu Won Woo.

"Duduklah!"

Lucy menghentikan kegiatannya seketika. Ini bukan pertama kali untuknya. Telinganya sudah biasa mendengar kalimat perintah yang keluar dari mulut Won Woo, dan lagi-lagi ia langsung mematuhi perintah yang didengarnya saat itu juga.

Ia pun diam di tempatnya semula lalu menjadikan dirinya patung di sana. Mungkin terlalu takut untuk mengeluarkan suara, apalagi menanyakan maksud Won Woo yang memintanya tetap tinggal. Tentu saja ingatannya masih baik, terutama untuk mengingat kejadian semalam. Jadi kali ini ia tidak mau macam-macam termasuk basa-basi. Ditambah setelah ia membaca kemungkinan suasana hati Won Woo pagi ini. Laki-laki dingin itu terlampau jarang mengekspresikan diri. Itu tandanya jika ada yang berubah sesuatu yang serius telah terjadi.

Won Woo membuat suara bergumam lalu memanggil wanita itu, "Lucy-ya! Bisakah aku meminta bantuanmu? Tidak sulit, kau hanya perlu berbicara dengan Min Hee."

"Kalian sedang bertengkar?" Demi apapun Lucy refleks melontarkan pertanyaan yang seharusnya tidak ditanyakan. Tenggorokannya tiba-tiba terasa kering. Spontan ia menelan saliva sendiri untuk mengatasinya.

"Kupikir kau sudah tahu itu." Tidak ada yang salah dengan ucapan Won Woo barusan karena Lucy memang sudah menyadarinya.

"Baiklah, aku akan berbicara dengannya." Lucy kemudian mengiyakan permintaan Won Woo. "Memang apa yang harus dibicarakan? Maksudku, apa yang ingin kau katakan? Kau pasti memintaku berbicara dengannya untuk menyampaikan sesuatu kan?"

"Tidak juga. Bukan ingin mengatakan sesuatu, tapi ingin mengetahui sesuatu," terang Won Woo. "Aku ingin kau mencari tahu apa mungkin Min Hee mengingat sesuatu."

"Bukannya kau sudah meminta Joshua untuk melakukan itu?"

Won Woo diam, dalam artian tidak menjawab seakan-akan Lucy mengajukan pertanyaan yang sulit. Barulah ia kembali berbicara setelah membuat lawan bicaranya sedikit menunggu. "Jujur saja, terkadang aku meragukan hasil pemeriksaannya."

"Maksudmu Joshua membohongimu?" Raut wajah penuh tanya langsung ditunjukkan Lucy. Ia tidak percaya mengenai pernyataan Won Woo. "Tapi untuk apa?" tanyanya lagi.

"Itu tidak mungkin, kan? Di sisi lain aku juga berpikir begitu." Won Woo tersenyum tapi terlihat tidak nyaman. Bisa dibilang itu seperti senyum yang dipaksakan.

Setiap orang tidak bisa memberikan kepercayaan sepenuhnya untuk orang lain, karena ada sedikit bagian yang ia sisakan untuk dirinya sendiri. Hanya untuk berjaga-jaga, dan itu yang sedang dilakukan Won Woo.

***

Won Woo tidak mengerti. Ia benar-benar tidak dapat mengerti saat menyaksikan Min Hee tengah mengepak pakaian. Entah apa yang sebenarnya dipikirkan Min Hee sampai harus melakukan itu. Won Woo tidak akan pernah mengerti jika Min Hee tidak memberi tahu alasannya. Lama-lama ia mulai kehilangan kendali dan menarik tubuh Min Hee menjauh dari lemari.

"Kau yakin ingin pergi?" Suara Won Woo diikuti embusan napas berat. Ia berusaha menahan emosi dan hampir saja meninggikan suara.

"Min Hee-ya, apa kau akan terus seperti ini? Tidak mau bicara denganku?" Ini pertanyaan kesekian kali yang keluar dari mulut Won Woo. Tapi nasibnya terus diabaikan, termasuk yang satu ini.

"Sakit." Mata Won Woo melebar mendengar kata pertama yang diucapkan Min Hee. "Won Woo, tanganmu!" Won Woo tidak sadar tangannya mengerat kuat di atas pundak Min Hee, tapi maksudnya agar wanita itu berhenti dan memperhatikannya. Perlahan Won Woo menarik tangannya turun.

"Kau yakin ingin pergi?" Won Woo mencoba menanyakan hal yang sama. Ia memastikan keputusan Min Hee dan wanita itu mengiyakan.

"Ya sudah." Won Woo melanjutkan pekerjaan Min Hee yang sempat tertunda dan setelah menyelesaikannya ia meraih tangan Min Hee lalu mengajaknya pergi. "Ayo!"

"Tapi aku tidak pergi denganmu." Min Hee tidak beranjak saat Won Woo menariknya. Kakinya enggan melangkah menyebabkan langkah Won Woo juga berhenti. "Joshua akan datang menjemputku."

Won Woo menarik sudut bibirnya dengan tujuan mengejek dirinya sendiri. "Min Hee-ya, kau benar-benar membenciku ternyata."

"Kenapa kau berpikir begitu?"

"Lalu mengapa tiba-tiba kau ingin pergi?"

"Aku melakukannya untukmu. Kau yang bilang aku butuh perawatan."

"Kau melakukannya untukku?" tanya Won Woo tidak percaya.

"Ingat perkataanmu dua hari yang lalu?" Min Hee mengungkit pembicaraan mereka tempo hari. Pembicaraan yang disertai pertengkaran lebih tepatnya.

Won Woo ingat, ia memang pernah mengatakan itu pada Min Hee. "Tapi kenapa? Kenapa melakukannya untukku? Sedangkan kau menolak. Kau tidak mau aku yang mengantarkanmu ke rumah sakit." Pikiran Won Woo masih belum bisa mencerna keputusan yang dibuat Min Hee. Sayangnya Min Hee tidak mau memberikan penjelasan.

"Kupikir Joshua sudah datang. Tolong bantu aku membawa koper ini!"

Won Woo pasrah mengikuti keinginan Min Hee. Keinginan yang tidak ia mengerti karena terlalu mendadak dan tanpa penjelasan. Jawaban mendapatkan perawatan hanya karena ucapannya tidak membuatnya puas. Ia masih ingat, Min Hee bahkan menangis saat ia mengajak wanita itu pergi ke rumah sakit sebelumnya.

Sekarang ia memperhatikan Min Hee yang sedang berinteraksi dengan Lucy. Setelah satu sama lain memberikan sebuah pelukan, Min Hee langsung masuk ke dalam mobil Joshua. Sementara itu si pemilik mobil tepat berada di sampingnya.

"Won, aku harap kau tidak berpikir macam-macam dulu. Nanti aku akan menjelaskanㅡ"

"Tutup mulutmu jika kau keberatan menerima kepalan tanganku." Won Woo sudah muak begitu mendengar suara Joshua. Jadi bagaimana mungkin ia bisa mendengarkan penjelasan yang dijanjikan Joshua. Ia benci saat tidak bisa mengendalikan dirinya. Apalagi jika Min Hee sampai melihatnya.

"Pergilah! Dia sudah menunggu."

***

TBC

Aku yang pengen liburan, tapi cuma Min Hee yang dijemput 🤧 Tidak adil

Doppelganger 《Jeon Won Woo》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang