3. Kasih Ibu

24.8K 3K 28
                                    

"Kamu memangnya sudah libur, Nak?"

Livia menganggukan kepalanya menjawab pertanyaan ibunya. "Sudah, Bu. Kemarin ujian terakhir kok," ujarnya.

"Kenapa gak bilang sebelumnya? Kan Ibu bisa tunggu kamu di stasiun."

Livia tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Gak mau merepotkan Ibu ah. Lagipula Mas Leo juga bisa jemput."

"Oh iya, Le, kamu bukannya lagi sama Kayla ya? Terus dia sama siapa?" tanya Hani dengan raut cemas. Ia jadi merasa tak enak pada orang tua Kayla. Sebagai ibu, Hani juga pasti akan merasa cemas kalau Lia atau Livia berada di posisi Kayla saat ini.

"Ya pulang sendiri lah, Bu. Ojek online banyak. Lagian Ibu jangan terlalu manjain dia. Besar kepala nanti," jawab Leo.

"Jangan begitu ah, Le. Jangan kasar-kasar sama perempuan."

Leo hanya bisa mendesah pasrah mendengarnya. Seandainya ibunya tahu seiblis apa sifat Kayla, Leo jamin ibunya juga pasti akan sangat kesal. Tapi Leo tak ingin merusak persahabatan ibunya dengan mamanya Kayla. Biar saja lah, Kayla tak usah dipikirkan.

"Bu, Ayah mana? Gak jadi pulang?" tanya Livia mengalihkan pembicaraan.

Hani hanya bisa tersenyum miris dan menggelengkan kepalanya. "Ayah belum bisa pulang, tapi dia janji saat Lia menikah nanti ia pasti sudah ada di rumah."

Livia mengangguk mengerti. Pekerjaan ayahnya sebagai kelasi menjadikan mereka jarang bertemu. Seingat Livia, terakhir ayahnya ada di rumah itu saat Livia baru lulus SMA. Sekarang, ia sudah semester tujuh. Itu berarti sudah lebih dari tiga tahun mereka belum bertemu lagi. Livia yang pulang ke rumah tiap satu semester saja masih sering merasa rindu, apalagi ayahnya yang setahun sekali saja belum tentu.

Meski begitu, untungnya baik Livia, Lia, ataupun Leo mengerti posisi ayahnya. Toh, ayahnya bekerja juga demi memberikan kehidupan yang layak bagi keluarganya. Untuk itu sebagai anak, ketiganya ingin memberikan yang terbaik juga untuk ayahnya. Terutama Leo. Saat ini ia sudah merasa jika ia mampu menjadi tulang punggung keluarga menggantikan ayahnya. Maka dari itu Leo harap setelah ini ayahnya tidak berlayar lagi. Ia ingin ayahnya istirahat dan menikmati waktu bersama keluarga yang selama ini kerap terlewatkan.

"Terus ini Mbak Lia ke mana, Bu?" tanya Livia lagi.

"Lagi ambil kebaya. Paling pulangnya sore. Kita makan siang dulu, yuk!" Hani kemudian memboyong kedua anaknya menuju ruang makan untuk makan siang bersama.

***

Tyas tengah sibuk merapikan beberapa perlengkapan make up miliknya untuk dibawa besok. Tidak terlalu banyak produk make up yang Tyas miliki karena dia memang tidak segila Melisa atau Airin saat berbelanja. Yang menyenangkan dari berbisnis dengan Melisa dan Airin adalah Tyas bisa memakai berbagai produk make up milik mereka dengan sesuka hati. Jadi, Tyas bisa menyalurkan hobinya tanpa perlu menghabiskan uangnya untuk membeli beragam produk make up.

"Kamu lagi ngapain, Yas?" Tyas menoleh saat mendapati ada sosok yang berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Ini lagi siap-siap buat job besok, Tante," jawab Tyas sekenanya.

Jena, wanita yang Tyas panggil Tante itu lantas menghampirinya. "Oh lagi ada job ya. Di daerah mana, Yas?"

"Jakarta Pusat, Tante."

Jena menatap Tyas dengan sorot yang tak bisa diartikan. "Masih belum bisa juga ya, Yas?" tanyanya lirih.

Tyas bergeming. Tidak memberi respon apa pun untuk menjawab pertanyaan Jena. Sadar bahwa Tyas tidak akan menjawabnya, ia menghela napas pasrah dan beranjak keluar. "Kalau sudah selesai beres-beresnya, istirahat ya. Jangan tidur larut malam," pesannya sebelum menutup pintu kamar Tyas.

Air mata Tyas jatuh tepat saat terdengar suara knop pintu yang menutup. Perasaannya tak karuan. Sebenarnya, Tyas tidak membenci Jena, wanita yang merupakan ibu tirinya. Hanya saja, Tyas belum bisa menerima dan menganggap Jena sebagai pengganti mamanya. Terlebih ketika Tyas tahu bahwa di masa lalu sebenarnya papanya memang sudah menaruh hati pada Jena namun mereka tidak dapat menikah karena saat itu Jena sudah dijodohkan dengan pria lain.

Kemudian, papanya Tyas dan Jena dipertemukan kembali dengan status sama-sama single. Jena bercerai dengan suaminya karena suaminya itu melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga, sedangkan papanya Tyas merupakan seorang duda yang istrinya telah meninggal dunia. Tyas pikir rasa cinta yang belum selesai itu mungkin kembali muncul dan akhirnya membawa mereka bersatu ke dalam ikatan pernikahan yang sedari dulu mereka idam-idamkan. Mereka bahagia? Ya, tapi sayangnya tidak dengan Tyas.

Tyas merasa papanya terlalu cepat melupakan mamanya. Lebih parahnya, Tyas merasa bahwa papanya mungkin saja tidak pernah mencintai mamanya. Tyas pikir ikatan pernikahan di antara orang tuanya bisa saja terjadi karena keterpaksaan sebab papanya tidak bisa menikahi wanita yang ia cintai sebelumnya.

Berulang kali papanya menjelaskan pada Tyas bahwa dulu papanya menikahi mamanya karena mereka saling cinta, tetapi Tyas merasa sulit untuk mempercayainya. Sebab ketika Tyas bertanya apakah saat menikahi mamanya papanya itu sudah melupakan Jena, papanya tidak menjawab. Hal itu membuat hati Tyas hancur dan semakin membuatnya merasa yakin dengan asumsinya sendiri bahwa papanya memang tidak tulus mencintai mamanya yang padahal sudah memberinya keturunan dan melayaninya sebagai istri dengan baik sampai embusan napas terakhirnya. Namun ketika mamanya tidak ada, papanya malah dengan mudah mendapat pengganti. Padahal, Tyas setengah mati masih belum bisa melupakan kepergian mamanya. Ia masih berharap jika saja keajaiban itu ada, ia ingin mamanya kembali lagi. Tak apa jika papanya ingin tetap bersama Jena, asalkan Tyas bisa bersama dengan mamanya.

Itulah alasannya mengapa Tyas tak pernah mau memanggil Jena dengan sebutan 'Mama'. Karena bagi Tyas, mamanya hanya ada satu, mamanya telah meninggal dan takkan pernah ada orang lain yang dapat menggantikan posisinya sekalipun orang itu mampu bersikap dengan baik layaknya seorang ibu kandung.

Karena itu juga, Tyas merasa tak percaya diri bila berdekatan dengan lelaki. Sejauh ini, Tyas selalu saja menarik diri bila ada pria yang mencoba mendekati atau menjalin hubungan dengannya. Tyas pikir kasih lelaki takkan mungkin bisa sepanjang kasih ibu. Sebab ia merasa sudah melihat sendiri dari papanya.

***

To be continue

To Make You Up [DaMay Friend's Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang