21. Penasaran

15.3K 2K 19
                                    

"Saya gak suka menunjukkan kekayaan, saya lebih suka menunjukkan perasaan saya ke kamu."

Mulut Tyas bungkam namun tidak dengan jantungnya yang berdentum tak karuan. Apa maksud dari perkataan Leo barusan? Apa itu artinya Leo punya perasaan terhadap Tyas? Ada banyak pertanyaan yang muncul dan menari-nari di kepala Tyas namun gadis itu juga terlalu takut untuk mengetahui jawabannya.

Tyas membuang pandangannya ke kaca di sampingnya. Ia tidak sanggup untuk menatap Leo lebih lama lagi.

"Kamu benci ya, Yas, sama saya? Kok kayaknya kamu sering banget sih buang muka kalau lagi ngomong sama saya?" tanya Leo.

"Nggak juga tuh," jawab Tyas namun masih enggan menatap Leo.

"Nggak apa? Nggak salah lagi?"

Tyas berdecak pelan. "Gak benci kamu!" geramnya.

"Kalau gak benci, berarti cinta?" tanya Leo lagi yang kembali membuat Tyas terdiam.

"Kamu tuh ya, jangan suka becandain soal perasaan mulu. Saya malas dengarnya," protes Tyas pada akhirnya.

Leo menarik sudut bibirnya membentuk senyum. "Jadi kamu maunya dengar keseriusan saya? Oke. Kamu siapnya kapan? Saya sih gak masalah sekalipun kamu masih kuliah juga."

Akhirnya Tyas kembali menatap Leo meskipun dengan lirikan sinis. "Kamu nih benar-benar deh ya. Saya turun di sini aja deh kalau kamu ngomong terus."

Leo menggelengkan kepalanya. "Gak boleh tahu minta turun tengah jalan sama pacar, katanya nanti hubungannya kandas di tengah jalan juga," terang Leo. Sebenarnya Leo juga gak tahu sih itu kata siapa. Sepertinya kata dirinya sendiri sih. Leo mengarang supaya Tyas gak minta turun di tengah jalan karena Leo tahu Tyas kalau lagi kesal bisa benar-benar pergi begitu saja. Buktinya lihat saja kejadian tempo hari waktu Tyas main pulang gitu aja dari bazar.

"Pacar apaan sih?!" protes Tyas.

"Kita kan pacaran," jawab Leo enteng.

"Kata siapa?"

"Saya."

Tyas menggigit bibir bawahnya dan menyapu kasar rambutnya ke belakang dengan jemarinya. "Ngajak ribut ya kamu?"

Leo hanya tertawa dan mengacak gemas rambut Tyas dengan satu tangannya. "Udah ah jangan berisik. Saya lagi nyetir."

Tyas mencibir dan merapikan helaian rambutnya yang berantakan. Dari tadi yang berisik juga mulut dia! umpatnya dalam hati.

***

"Yas, bangun. Udah sampai."

Tyas mengerjapkan matanya begitu merasakan ada tepukan di bahunya. Tadi karena bete, Tyas memilih untuk memejamkan saja matanya yang akhirnya berujung ketiduran.

Tyas memijat pelan bahunya yang sedikit pegal karena tertidur dengan posisi miring. Begitu matanya membuka sempurna, ia bingung karena dirinya berada di lokasi yang tidak ia kenali.

"Di mana ini?" tanyanya pada Leo.

"Parkiran mall. Ikut saya sebentar ya ada barang yang mau saya beli," jawab Leo seraya melepas seatbelt-nya.

Tyas tak menjawab, tetapi kemudian ikut turun dari mobil dan mengekor langkah Leo. Mau menolak pun kenyataannya Leo sudah membawanya ke sini. Jadi pada akhirnya Tyas tak punya pilihan selain mengiyakan ajakan Leo kan?

"Mau beli apa?" tanya Tyas saat mereka sudah berada di dalam mall.

Leo hanya mengangkat kedua bahunya bersamaan lalu membawa Tyas menuju store alat-alat dan perlengkapan masak.

To Make You Up [DaMay Friend's Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang