Leo betul-betul menyesal kenapa dia mau-maunya diajak ke mall oleh Kayla. Kalau bukan karena Kayla minta ditemani di hadapan ibunya, Leo pasti sudah menolak permintaan tetangganya ini. Jangan dipikir sebagai lelaki Leo tidak peka kalau ada wanita yang tertarik padanya. Namun, berhubung Leo tidak memiliki ketertarikan yang serupa terhadap Kayla, Leo lebih memilih untuk pura-pura tidak peka. Biarkan saja Kayla usaha sendiri. Sejauh apa sih seseorang bisa bertahan dengan cinta sepihak?
"Mas Leo, nanti kita ke store make up dulu ya yang di bawah?"
"Kamu aja lah, Kay. Saya tunggu di parkiran," tolak Leo langsung. Malas banget Leo kalau harus menunggu cewek belanja kosmetik. Menemani Kayla beli baju saja sudah membuat Leo sakit kepala. Bukan apa-apa, kebanyakan nanya!
"Mas, aku kalau pakai baju warna putih kelihatan gemuk, gak?"
"Mas, motif ini udah banyak yang pakai belum ya? Soalnya aku gak mau kalau di jalan ketemu orang yang samaan pakai baju ini."
"Mas, mending warna baby pink atau dusty pink ya?"
Rasanya ingin sekali Leo meneriakkan suara hatinya kalau ia sama sekali tak peduli dengan apapun yang dikenakan Kayla. Leo kesal sekali ditanya ini dan itu tapi ujung-ujungnya yang dibeli malah barang lain. Pertanyaannya warna putih, tapi yang dibeli warna hitam. Lalu yang ditanya motif floral, yang dibeli motif garis-garis. Selanjutnya juga menanyakan pilihan antara warna baby or dusty pink, yang dibeli warna navy. Kalau gitu caranya buat apa repot-repot menanyakan pendapat orang? Pilih saja langsung sendiri. Maka dari itu, Leo gak mau menambah sakit kepalanya dengan menemani Kayla ke store make up.
"Yah, Mas, masa aku jalan sendirian? Kalau Tante Hani tahu kamu perlakukan perempuan kayak gitu nanti─"
"Ya sudah jalan buruan!" potong Leo langsung. Dia paling tidak suka kalau Kayla sudah membawa-bawa ibunya. Kelemahan Leo memang terletak pada murka ibunya yang sayangnya suka kelewat baik sama orang sampai akhirnya jadi dimanfaatin sama orang-orang licik kayak Kayla ini.
Kayla tersenyum senang seraya menggamit lengan Leo yang sayangnya langsung Leo tepis. "Saya bisa jalan sendiri," tegas Leo yang kemudian berjalan mendahului Kayla yang mencibir di belakangnya.
Begitu tiba di toko kosmetik, hal yang paling menyebalkan bagi Leo pun akhirnya terulang lagi.
"Mas, kata kamu aku beli pensil alis yang warna cokelat atau hitam ya?"
Leo memutar bola matanya malas. Tuh, kan, dia mulai lagi! batinnya. Diliriknya pencil alis di tangan Kayla tanpa minat. "Terserah," jawabnya tak acuh.
"Ih, kamu mah jadi laki masa jawabnya terserah terus sih?"
Ya terus gue harus jawab apa emangnya, toh ujungnya lu pilih sesuka hati lu?! Sumpah demi apapun Leo pingin banget teriak kayak gitu. Seandainya saja dia gak mandang makhluk di depannya ini adalah seorang wanita seperti halnya ibunya, tentu sudah sejak tadi Leo meninggalkannya.
"Kalau buat alis, sesuaikan sama warna rambut saja, Mbak. Atau kalau mau lebih enak sih pakai produk untuk alis yang bentuknya powder saja. Jadi lebih mudah untuk membuat gradasi warnanya."
Baik Leo maupun Kayla sama-sama menoleh pada seorang gadis yang berdiri dengan jarak tiga langkah di samping Kayla.
"Kamu siapa? SPG brand kosmetik ini?" tanya Kayla jutek seraya menilik penampilan gadis itu dari atas sampai bawah.
Gadis itu menggeleng dan tersenyum tipid. "Bukan," jawabnya.
"Kalau bukan gak usah sok tahu. Masih bocah aja udah sok-sokan ngomongin make up," hardik Kayla membuat senyum ramah di wajah gadis itu menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Make You Up [DaMay Friend's Story]
Romance[Complete] Tyas Anjani, seorang mahasiswi semester tujuh yang berprofesi sampingan sebagai make up artist dalam bisnis kecantikan kecil-kecilan yang dikelolanya bersama dua orang temannya. Bagi Tyas, hal yang paling membuatnya sebal adalah ketika me...