"Kenapa sih, Yas, kayaknya suntuk banget?"
Tyas menengadahkan wajahnya menatap Airin. "Lagi capek aja, Kak," jawabnya. Tyas pikir dengan ikut belanja dengan Airin dan Melisa dapat membuat stresnya berkurang, tapi ternyata kepalanya malah semakin pusing. Ini karena Leo yang belakangan ini makin sering mengganggunya atau kondisi badan Tyas yang memang lagi kurang fit ya? Soalnya kepala Tyas benar-benar terasa berat.
"Muka kamu kayaknya agak pucet deh, Yas," ujar Airin memperhatikan wajah Tyas.
"Iya kah, Kak?" gumam Tyas. Emang sih belakangan ini Tyas lagi kurang tidur karena harus membantu salah satu dosen koreksi jawaban kuis juniornya plus mengunggah nilainya ke web khusus dari kampus. Padahal Tyas sudah gak jadi asisten dosen lagi, tapi tetep saja kadang tenaganya masih diperlukan.
"Lu mau balik aja? Gue antar deh," tawar Melisa.
Tyas menggelengkan kepalanya. "Gak usah, gak apa-apa, kalian lanjut aja. Gue bisa pulang naik taksi kok."
"Serius kamu, Yas?" tanya Airin memastikan.
Tyas mengangguk dengan yakin. "Tenang aja, Kak" ujarnya.
Setelah berpamitan dan berpisah dengan Airin dan Melisa, Tyas menuju toilet terdekat. Sesungguhnya sejak tadi Tyas mau muntah tetapi ditahannya. Duh, kayaknya gue masuk angin nih begadang mulu, batinnya seraya berkumur dan membersihkan tepi bibirnya.
Belum juga pusingnya hilang, ponselnya yang berdering menambah denyut nyeri di kepalanya. Ck! Dia lagi, gerutu Tyas dalam hati.
"Halo," sapanya setelah mengusap lambang answer di ponselnya.
"Halo, kamu di mana, Yas?"
"Mall." Tyas sedang tidak dalam mood untuk bertengkar dengan pria ini. Jadi, ia jawab saja biar cepat selesai.
"Kamu lagi di toilet bukan?"
Tyas mengerutkan dahinya dan melihat ke sekeliling. Gak ada dia kok, batinnya. Ya lagian mana mungkin juga sih Leo masuk toilet cewek? Biarpun ribetnya melebihi perempuan, tapi jenis kelaminnya kan tetap laki-laki.
"Tahu dari mana?" tanya Tyas balik.
"Berarti benar yang saya lihat itu kamu. Keluar, Yas," titah Leo.
"Ngapain?"
"Ya emang mau sampai kapan kamu di toilet? Keluar, saya di depan." Tut! Sambungan telepon diputus begitu saja oleh Leo. Astaghfirullah, saat ini Tyas tengah pusing, bisa gak sih Leo gak usah bikin dia tambah pusing?
"Kamu sendiri ke sini?" Leo langsung menghampiri Tyas yang baru saja keluar dari toilet dan menariknya menjauh dari pintu.
"Tadi sama Melisa sama Kak Airin juga, tapi saya mau pulang duluan." Leo sedikit tersenyum mendengarnya. Walaupun di-chat atau telepon Tyas masih suka jutek, setidaknya ketika bertemu langsung dia sudah tidak pelit suara jika ditanya.
"Kamu sakit ya?" tanya Leo saat melihat wajah Tyas yang lebih pucat dari biasanya. Memang sih kulit Tyas itu putih, tapi tetap saja terlihat sekali bedanya putih yang normal dan yang pucat.
Leo kemudian mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi Tyas. "Panas, kamu demam nih."
Deg! Deg! Deg!
Aduh ini jantung kenapa sih! Tyas memaki dirinya sendiri yang tiba-tiba saja menjadi kikuk hanya karena Leo mengecek suhu tubuhnya. Buru-buru Tyas menjauhkan tangan Leo dari kepalanya. "Cuma pusing dikit makanya mau pulang. Udah ya, saya duluan."
"Eeh, tunggu!" sergah Leo. Ia kemudian menggenggam tangan Tyas dan menghelanya untuk mengikuti langkah Leo.
"Aduh, apaan lagi sih ini?" gerutu Tyas.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Make You Up [DaMay Friend's Story]
Romance[Complete] Tyas Anjani, seorang mahasiswi semester tujuh yang berprofesi sampingan sebagai make up artist dalam bisnis kecantikan kecil-kecilan yang dikelolanya bersama dua orang temannya. Bagi Tyas, hal yang paling membuatnya sebal adalah ketika me...