"Ya ampun, nak Leo, pakai repot-repot segala," ujar Jena saat Leo memberinya bingkisan makanan ketika mengantar Tyas pulang.
"Gak repot kok, Tante. Oh iya saya langsung pamit pulang ya, Tan. Salam buat Om," pamit Leo seraya mengecup punggung tangan Jena.
"Loh, gak mampir dulu?" tawar Jena.
"Makasih Tante, tapi lain kali saja. Saya pamit ya. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Setelah Leo pergi, barulah Jena dan Tyas masuk ke dalam rumah.
"Ya ampun pas banget Leo bawain bebek bakar. Kebetulan Tante memang lagi pengin makan ini," ujar Jena antusias begitu melihat isi dari bingkisan yang Leo berikan.
"Tyas beberapa kali lihat Tante beli itu jadi Tyas pikir itu makanan kesukaan Tante. Syukur kalau Tante suka. Tyas ke kamar dulu ya," ujar Tyas kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Jena yang mematung karena masih tidak percaya dengan kata-kata Tyas yang baru didengarnya.
"Tyas beberapa kali lihat Tante beli itu jadi Tyas pikir itu makanan kesukaan Tante..."
Air mata Jena menggenang. Perasaannya campur aduk antara senang juga haru sebab secara tidak langsung Tyas baru saja menunjukkan bentuk perhatiannya pada Jena.
Jena tahu sebenarnya Tyas adalah seorang gadis yang berhati lembut juga seorang anak yang penurut. Sayang, karena kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka membuat Tyas jadi bersikap keras bahkan terhadap dirinya sendiri.
Jena menghapus air mata yang sudah menggenang di sudut matanya. Dalam hati ia berharap semoga ini menjadi awal yang baik untuk hubungan mereka. Semoga ini menjadi titik balik untuk dapat mencairkan hubungan mereka yang sudah lama beku.
***
Akhirnya tubuh Leo terasa segar setelah mandi juga keramas. Seharian mampir ke sana-sini membuat seluruh bagian tubuhnya terasa lengket oleh peluh.
Sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, Leo mengambil laptopnya dan menyalakannya. Melanjutkan pekerjaan tambahannya baru-baru ini. Ya, apalagi kalau bukan menjadi ketua panitia untuk acara pernikahan Lia. Meskipun sudah memakai jasa Wedding Organizer, susunan kepanitiaan dari pihak keluarga tetap diperlukan untuk berkoordinasi dengan pihak WO demi lancarnya keberlangsungan acara.
"Le, gue masuk ya?" Suara Lia yang diiringi dengan ketukan dari luar pintu membuat perhatian Leo teralih.
"Iya, masuk aja," sahut Leo. "Kenapa?" tanyanya kemudian saat Lia sudah berada dalam kamarnya.
"Ini, gue mau ngasih list tamu VIP." Lia menyodorkan secarik kertas ukuran A5 yang sudah ia tuliskan beberapa nama di dalamnya.
"Siapa aja nih? Ini dari pihak kita doang apa ada dari pihak Wildan?"
"Dari pihak Wildan cuma satu orang doang, atasannya. Sisanya dari pihak kita. Ada atasan gue, dosen waktu dulu gue kuliah, sama dua undangan dari list-nya Ibu dan Ayah. Sisanya, meja VIP buat keluarga kita terutama yang udah sesepuh."
Leo mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengetik daftar nama yang Lia berikan ke dalam file yang sudah ia siapkan.
"Lu yakin gak mau undang teman lu, Le? Gue masih ada sisa undangan."
Leo diam sejenak. Berpikir haruskah ia mengundang teman kantornya?
"Hmm... gue bagi dua undangan deh kalau gitu. Buat Reki sama Citra." Reki adalah sahabat karib Leo, keluarganya juga sudah kenal betul dengan bocah satu itu. Sementara Citra... tadi kan mereka tak sengaja bertemu. Apalagi di perjalanan mengantar Citra pulang tadi juga Leo sudah terlanjur bilang kalau ia membeli hadiah untuk pernikahan Lia. Kayaknya gak enak kalau Leo tidak mengundangnya.
"Reki sih udah ada di daftar undangan gue," ujar Lia.
"Oh, ya udah. Masukin ke VIP aja ya dua undangan yang gue?"
Lia mengangguk. "Ehm... tapi lu yakin undang Citra? Citra yang mantan lu kan?" tanya Lia memastikan.
"Iya. Emang kenapa?" Menurut Leo gak ada salahnya juga ngundang Citra. Dari keluarganya, yang tahu masa lalu Leo dan Citra serta pernah bertemu secara langsung dengan Citra juga hanya Lia. Jadi seenggaknya Citra gak akan canggung-canggung banget bertemu sama keluarga Leo yang lainnya.
"Lu mau satuin Citra sama Tyas di satu tempat?" tanya Lia lagi.
"Memang kenapa sih? Toh, gue sama Citra kan gak ada apa-apa lagi."
"Lu gak takut Tyas cemburu apa?"
"Cemburu? Enggak lah. Tyas juga gak tahu kalau Citra mantan gue, dan gue juga gak berniat ngasih tahu. Gak penting juga kan itu cuma masa lalu."
Lia masih memandang Leo dengan skeptis. Bukan apa-apa, sebagai cewek rasanya Lia gak bisa terima aja gitu membayangkan kalau dirinya ada di posisi Tyas ataupun Citra.
"Ngapain lagi sih lu masih melototin gue aja?" tanya Leo.
Lia mencebikkan bibirnya. "Ya sudah lah seterah lu aja," ujarnya pada akhirnya.
***
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
To Make You Up [DaMay Friend's Story]
Romance[Complete] Tyas Anjani, seorang mahasiswi semester tujuh yang berprofesi sampingan sebagai make up artist dalam bisnis kecantikan kecil-kecilan yang dikelolanya bersama dua orang temannya. Bagi Tyas, hal yang paling membuatnya sebal adalah ketika me...