Bocah batu: Sapu tangan kamu mau saya balikin atau saya jadiin lap kaca?
Leo: Buat kamu aja, Yas.
Bocah batu: Oke berarti saya jadiin lap.
Leo: Yang bagusan dikit kek, Yas, kamu simpan dalam tas gitu terus kamu bawa kemana-mana biar keinget terus sama wangi saya.
Bocah batu: Maaf ya tapi sapu tangannya sudah saya rendam pakai deterjen, saya sikat pakai sabun colek, terus saya bilas pakai pewangi, jadi udah gak ada wanginya situ tuh.
Leo tergelak membaca chat terakhir yang masuk dari Tyas. Asli, Tyas ini sekalinya ngetik panjang di chat tetep saja jutek. Meski begitu, tak ayal Leo tetap saja senang menggoda gadis itu. Diketiknya lagi balasan untuk Tyas.
Leo: Waw! Padahal zaman sekarang kan ada mesin cuci, Yas, tapi malah kamu bela-belain cuci sendiri. Sama sapu tangan aja kamu telaten ya ngurusnya. Jadi pingin ngerasain diurus sama kamu😜
"Le, sehat?" tegur Tristan saat melihat Leo memandangi layar ponselnya sambil cengengesan .
"Eh? Sehat, sehat, alhamdulillah. Apa kabar, Tan?" tanyanya balik bak teman lama yang baru bertemu lagi.
Tristan cuma geleng-geleng dan kembali melanjutkan pekerjaannya. "Salah gue emang negur orang gila," gumam Tristan membuat Leo tertawa mendengarnya.
"Le, minjem handphone dong mau lihat-lihat olshop di instagram," ujar Citra seraya menadahkan tangannya.
"Modal sih, Cit. Handphone lu ke mana emang?"
"Lagi di-charge. Buru sih pinjam handphone lu, pakai wifi kantor ini gak kena kuota." Meskipun Leo mencibir, ia tetap memberikan ponselnya pada Citra.
Setelah mendapatkan ponsel Leo, Citra kembali ke tempatnya. Baru saja ia ingin membuka instagram, tanpa sengaja Citra melihat notifikasi chat yang masuk ke handphone Leo.
Bocah batu: Boleh. Saya urus pemakaman kamu ya😊
"Bocah batu?" gumam Citra pelan. Diliriknya Leo sesaat. Pria itu sudah sibuk dengan keyboard dan PC-nya. Citra merasa benar-benar dilema. Antara penasaran atau etika, mana yang harus Citra dahulukan?
"Cit, ada chat masuk gak?" tanya Leo tiba-tiba mengagetkan Citra.
"Eh? Oh, ada nih," jawab Citra gugup.
Leo bangkit dari kursinya dan menghampiri meja Citra. "Gue balas dulu bentar," ujarnya dan Citra pun memberikan ponsel di tangannya pada sang pemilik.
Raut wajah Leo yang tengah mengetik balasan untuk chat yang baru diterimanya itu tak lepas dari pandangan Citra. Leo tampak sangat senang karena ia tak berhenti tersenyum selama mengetik. Siapa bocah batu itu? batin Citra semakin dipenuhi rasa penasaran.
"Ehem, gebetan baru nih, Le, kayaknya? Yang lama ke mana?" ledek Tristan. Citra memasang kuping untuk mendengarkan. Ia juga tertarik mengetahui siapa sosok yang Leo beri nama 'Bocah Batu' itu dan apa hubungannya dengan Leo.
"Yang lama mana?" tanya Leo balik.
"Wah gila, udah lupa aja lu. Yang lu bawa ke nikahan gue!"
"Hoo." Leo tertawa. "Itu mah adik sepupu gue. Dia dari Semarang minta tolong ditemani jalan-jalan di Jakarta. Ya sekalian aja gue ajak ke nikahan lu biar baliknya langsung jalan."
"Si anjir lagaknya bilang bawa gandengan taunya sepupu," protes Tristan
Leo hanya terkekeh mendengarnya. "Nih. Gue sholat ashar dulu," ujar Leo seraya meminjamkan kembali ponselnya pada Citra. "Tan, bareng gak?" ajaknya kemudian pada Tristan.
Tristan mengangguk mengiyakan. "Cit, gak apa-apa sendiri?" tanyanya. Sebab Maydina juga lagi shalat di mushalla dan belum kembali. Sedangkan Citra saat ini lagi datang bulan.
Citra tersenyum dan mengacungkan ibu jarinya. "Santai," jawabnya. Setelah mendapat persetujuan dari Citra, Leo dan Tristan pun turun ke bawah menuju masjid di belakang gedung kantor.
Setelah kepergian Tristan dan Leo, Citra kembali memandang ponsel Leo dengan dilema. Dikliknya gambar profil kontak si Bocah Batu itu.
Cantik, puji Citra dalam hati saat ia melihat foto yang Tyas jadikan profile picture.
Citra menimang-nimang apa yang harus dilakukannya. Haruskah ia menuntaskan rasa penasarannya? Toh tadi Leo sudah membaca chat dari si bocah batu itu kan? Jadi tak ada pengaruhnya juga untuk mereka jika Citra ikut membacanya, ya kan?
"Siapa yang mau jus buah?" Tangan Citra hampir saja membuka ruang obrolan Leo dengan Tyas jika Maydina tidak datang.
"Eh, m-mau, May," jawab Citra seraya menghampiri Maydina di mejanya.
"Kok sepi, Cit? Pada ke mana?" tanya Maydina seraya memberikan jus alpukat untuk Citra. Sementara jus melon dan jambu ia taruh di meja Leo dan Tristan.
"Leo sama Tristan baru aja turun buat sholat," jawab Citra.
"Lah, kok gak ketemu dah di lift?"
"Mereka turun tangga paling. Ngomong-ngomong, makasih ya. Berapa nih, May?"
"Ooh." Maydina kemudian mengibaskan tangannya di udara, "Gak usah, kayak sama siapa aja lu," jawabnya.
Citra tertawa kemudian kembali lagi ke mejanya. Mengambil ponsel Leo dan menaruhnya kembali di meja kerja Leo. Niatnya untuk melihat-lihat online shop sirna sudah karena rasa penasarannya kini tertuju pada wanita cantik yang Leo beri nama 'Bocah Batu' di ponselnya. Citra penasaran, namun ia cukup sadar diri bahwa ia sudah tidak berhak lagi mencampuri urusan pribadi Leo. Meski begitu, kenapa sedikit bagian dari hatinya masih saja merasa tidak rela?
***
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
To Make You Up [DaMay Friend's Story]
Romance[Complete] Tyas Anjani, seorang mahasiswi semester tujuh yang berprofesi sampingan sebagai make up artist dalam bisnis kecantikan kecil-kecilan yang dikelolanya bersama dua orang temannya. Bagi Tyas, hal yang paling membuatnya sebal adalah ketika me...