27. Sakit

15.2K 2K 37
                                    

Usai menunaikan ibadah shalat shubuh, Hasan dan keluarga-ditambah juga dengan Tyas- langsung berangkat menuju tempat acara pernikahan Lia akan dilangsungkan. Meski hanya diam memandangi kaca mobil di sampingnya, Tyas bisa mengerti bahwa Lia pasti sangat gugup.

"Ayo, sarapan dulu." Hani kemudian membuka tempat makan yang dibawanya lalu membagikan risolis yang semalam dibuatnya.

"Liv, coba tolong tanya di grup keluarga deh. Yang lain sudah pada jalan juga belum? Terutama yang dirias di sana. Jangan telat gitu," titah Leo.

"Oke!" sahut Livia seraya menyatukan ibu jari dan jari telunjuknya lalu kemudian mengambil ponselnya dan melakukan apa yang Leo minta.

"Keluarga Wildan udah jalan juga, Li? Coba ditanya," titah Leo kali ini pada Lia.

"Iya, udah kok barusan Wildan bilang sama gue," jawab Lia.

Sambil memakan risolisnya, Tyas memperhatikan Leo dari bangku belakang. Sesuatu yang tak pernah bisa Tyas lakukan jika sedang duduk di samping Leo. Kali ini Tyas bisa melihat sisi lain dari Leo yang selama ini terlihat santai. Pria itu ternyata penuh perhitungan dalam perencanaan.

Jalanan ibukota belum memasuki jam-jam sibuk sehingga arus lalu lintas masih lancar. Tak sampai setengah jam, mereka sudah sampai di lokasi. Lia dan Hani langsung dibawa ke ruang rias sementara Tyas menemani Livia ke toilet dulu sebab gadis itu ingin buang air kecil.

"Mbak Lia yang mau nikah jadi aku yang mules deh," ujar Livia sebelum masuk ke dalam bilik toilet.

Tyas tertawa mendengarnya. "Sekalian aja, Liv, kalau mau buang air," sarannya.

"Gak bisa aku di toilet umum begini mah," jawab Livia. Setelah selesai, gadis itu pun keluar dan mencuci tangannya di wastafel. "Kalau kamu sama Mas Leo kapan rencananya? Setelag kamu lulus ya?" tanya Livia tiba-tiba membuat Tyas kaget mendengarnya.

"Hah? Rencana apa?"

"Ya menikah dong, Yas. Semalam Ayah bilang sama Mas Leo katanya kalau memang dia udah siap, Ayah mau meamarkan kamu untuknya. Tapi, kata Mas Leo kamu masih kuliah, jadi ya kupikir setelah kamu lulus nanti."

Kalau tadi Livia yang mules karena Lia mau menikah, kali ini Tyas yang perutnya ikutan melilit karena mendengar kata-kata Livia.

"Livia, Tyas, kalian di dalam ya? Buruan ke ruang rias." Suara Leo dari luar toilet mengagetkan keduanya.

"Iya, Mas!" sahut Livia. "Ayo, Yas," ajaknya kemudian seraya berjalan keluar toilet wanita lebih dulu disusul dengan Tyas di belakangnya.

"Kamu sakit?" sergah Leo saat Tyas melewatinya karena dilihatnya dahi gadis itu berkeringat.

"Eh, enggak, itu... gerah aja," jawab Tyas gugup.

Leo menyipitkan matanya menatap Tyas. "Full AC gini gerah?" tanyanya tak yakin.

"Ehm... ehm... itu di toiletnya yang agak gerah," kilah Tyas lagi. "Saya mau ke ruang rias dulu," lanjutnya kemudian seraya berlalu menyusul Livia yang sudah lebih dulu pergi.

Leo masih menatap Tyas dengan pandangan heran. Ia kemudian masuk ke dalam toilet pria. "Adem gini ah," gumamnya. Oh, mungkin toilet cewek lagi rusak kali ya, batinnya.

***

Akad nikah berlangsung lancar. Ijab kabul diucapkan dengan tegas dalam satu tarikan napas yang langsung mendapat persetujuan sah dari para saksi dan hadirin. Tyas ikut tersenyum melihat Lia yang terlihat sangat cantik dalam balutan kebaya putih. Ia terlihat sangat anggun dan kalem hari ini. Berbeda jauh dengan kesehariannya yang sering adu mulut dengan Leo.

To Make You Up [DaMay Friend's Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang