8. Mencoba Dekat

21.9K 2.7K 18
                                    

Tyas terkejut bukan main ketika keluar dari kamarnya dan mendapati Leo bertamu ke rumahnya. "Ngapain kamu?" tanyanya sinis.

"Jemput kamu. Hari ini kamu ada job rias di daerah Jaksel kan?" jawab Leo santai.

Tyas menyipitkan mata menatap lelaki di hadapannya. Asli deh Tyas beneran gak paham lagi sama jalan pikiran cowok ini. Ngapain juga dia repot-repot jemput Tyas? Di mata Tyas hubungan mereka bahkan sama sekali tidak sedekat itu untuk bisa pergi-pergian bareng. Lagipula dari mana juga Leo bisa tahu jadwal Tyas hari ini?

"Kamu penguntit ya?" tuduh Tyas langsung.

"Astaghfirullah, Tyas. Gak boleh suudzon gitu dong sama orang," ujar Leo dramatis membuat Tyas muak. Untungnya hari ini papanya Tyas ada urusan di kantor jadi Tyas gak perlu jaga sikap sama Leo.

"Bodo amat!" seru Tyas kemudian berlalu pergi.

Ck! Dasar bocah! gerutu Leo dalam hati kemudian menyusul Tyas setelah sebelumnya berpamitan pada Jena yang padahal baru saja membawakannya minum.

"Loh, udah mau pergi?" tanya Jena heran.

"Iya, Tante, buru-buru soalnya udah telat. Saya pamit dulu ya, Tante," jawab Leo seraya mengecup punggung tangan Jena.

"Hati-hati di jalan. Titip Tyas ya."

Leo mengangguk dan setelahnya langsung berlari menyusul Tyas ke depan. "Yas, tunggu dulu kek!" serunya. Leo menahan lengan Tyas yang sudah hampir keluar dari pagar rumahnya.

"Apaan sih? Gak usah sok akrab!" omel Tyas seraya menepis tangan Leo dari lengannya.

"Ya ampun ini anak hobi banget sih suudzon sama orang. Maksud saya baik padahal mau ngajakin kamu bareng─"

"Saya gak minta!" potong Tyas.

Leo menghela napasnya pelan. Sabar, Le, ini anak-anak, batinnya. "Iya saya tahu. Dengar ya, Tyas, kamu hari ini riasin model photoshoot di daerah Jaksel kan? Nah, saya ini fotografernya. Kamu saya mintain kontak telepon gak dibalas. Padahal saya mau kasih tahu kamu hal ini."

Tyas bergeming. Ia masih mencoba mencerna penjelasan Leo. Ya lagian kenapa dia gak langsung bilang aja sih di DM? batin Tyas kesal. "Terus kalau pun kamu fotografernya memang perlu kita berangkat barengan?" tanya Tyas masih dengan nada sinis.

"Ya ampun, Tyas, kamu bukan makhluk sosial ya? Memang ruginya saya jemput apa sih? Yang ada banyak untungnya loh. Keamanan kamu di jalan terjamin dan gak perlu keluar biaya ongkos pula. Uang transport kamu utuh."

Tyas memandang Leo curiga. Cowok tiba-tiba baik gini kayaknya gak mungkin deh kalau gak ada maunya, batinnya curiga. Meskipun Tyas gak lagi pacaran atau dekat dengan cowok saat ini, tapi kalau lagu-lagu lama kayak gini sih kebaca banget.

"To the point aja deh, mau kamu apa sih?" tanya Tyas.

Leo tersenyum kemudian menggamit Tyas menuju motornya. Dipakaikannya helm ke kepala Tyas yang masih menatapnya bingung. "Saya mau kita berangkat sekarang karena weekend gini jalanan suka macet. Lagipula ini udah mepet waktu janjian," ujar Leo kemudian memberi kode agar Tyas segera menduduki jok kosong di belakangnya.

Menghela napas pasrah akhirnya Tyas menuruti keinginan Leo. Meski hatinya setengah mati gak rela kalau harus pergi bersama cowok ini lagi. Bukan apa-apa, ribet!

"Nah kalau nurut gini kan enak jadinya," goda Leo yang hanya ditanggapi Tyas dengan memutar bola matanya malas.

***

Tyas kira Leo cuma beralasan kalau ia adalah fotografer yang menangani pemotretan hari ini. Namun ternyata Leo memang tidak berbohong. Lelaki itu benar fotografernya.

To Make You Up [DaMay Friend's Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang