7. Mulai Mencari Tahu

22.9K 2.7K 34
                                    

Entah ada angin darimana, tapi tiba-tiba saja Leo ingin mencari tahu lebih banyak tentang Tyas. Kunjungan dirinya secara tidak sengaja ke rumah Tyas itu menyisakan banyak pertanyaan yang terus mondar-mandir dalam pikiran Leo.

"Li, lu punya nomor telepon yang jadi perias lu kemarin gak?"

Lia mengangkat sebelah alisnya menatap Leo yang tiba-tiba saja menanyakan hal itu padanua. "Gak ada. Gue mah kan lewat Airin, kenapa memangnya?" tanyanya balik

Leo menggelengkan kepalanya, "Enggak, mau gue promosiin aja ke temen gue," jawab Leo yang tentu saja dusta.

Lia membulatkan mulutnya membentuk huruf O. "Ooh. Kirain buat yang lain," godanya.

"Yang lain apaan maksud lu?" tanya Leo curiga dengan apa yang dipikirkan adiknya itu.

"Loh, lu bukannya naksir si Tyas?"

Leo langsung terbatuk mendengarnya. "Dih, mana ada! Bocah gitu emangnya gue pedofil apa?" sungut Leo yang sebenarnya terlihat berlebihan di mata Lia.

"Ya elah, Yo, bedanya gak jauh-jauh amat kali. Tyas kan seumuran Livia," protes Lia.

"Iya, berasa pacaran sama adik sendiri dong gue jadinya kalau sama dia."

Lia mencibir mendengarnya. Dasar lelaki, lihat aja nanti paling ujungnya lain di mulut lain di hati, batinnya. "Sekali-kali gitu, Le, coba sama yang lebih muda. Kemarin-kemarin sama yang lebih tua kan gagal tuh," ledeknya.

Leo langsung mendelik menatap Lia. Sambil berlalu ke kamarnya, Leo sempatkan untuk memberi sentilan di dahi Lia sampai membuatnya mengaduh kesakitan.

"Shit! Resek lu!" hardik Lia yang sama sekali tak Leo hiraukan.

Leo menutup pintu kamarnya kemudian merebahkan dirinya di atas ranjang. Bertanya pada Lia tak ada gunanya. Itu berarti Leo harus mencari tahu sendiri. Mulai dari mana ya tapi? pikirnya. Leo akhirnya mengambil ponselnya yang ia letakkan di meja samping ranjang.

Pencariannya dimulai dari akun sosial media. Leo pikir sosial media adalah hal termudah dan tercepat untuk mendapat informasi tentang seseorang. Leo membuka profil instagram Airin─yang memang sudah berteman dengannya─ untuk melihat siapa saja orang yang Airin ikuti. Leo yakin pasti ada Tyas dalam daftar nama following Airin, dan benar saja Leo langsung menemukan username gadis itu yang memakai nama panjangnya sendiri.

Beruntungnya, instagram Tyas tidak dikunci sehingga Leo dapat melihat foto-fotonya dengan leluasa. Tak banyak foto yang diunggah Tyas di akun sosial media miliknya. Hanya ada beberapa foto hasil riasannya saja. Sekalinya ada foto dirinya sendiri, wajahnya tidak diperlihatkan. Hanya bagian punggungnya dengan latar belakang tembok putih.

Leo kemudian tertarik pada satu foto yang ia kenali wajahnya mirip dengan foto yang dilihatnya di ruang tamu rumah Tyas tadi. Tak salah lagi, itu adalah foto almarhumah mamanya Tyas. Leo pun lantas membuka foto itu untuk membaca caption-nya.

Gak ada seorang pun yang bisa menggantikanmu, Ma.

Meski hanya sebuah kalimat, Leo bisa merasakan kalau Tyas sangat mencintai mamanya. Apa itu sebabnya Tyas kurang bersahabat dengan ibu tirinya? Apa Tyas sebenarnya tidak ingin papanya menikah lagi? batin Leo mulai berspekulasi.

Ck! Leo berdecak seraya menggaruk-garuk kepalanya. "Dari sekian banyaknya populasi wanita di Jakarta, kenapa harus dia sih yang bikin gue sakit kepala?" gerutunya sambil terus membaca caption di unggahan foto instagram Tyas yang lainnya.

***

Gamaleo Rafshan started following you.

Tyas mengerutkan dahinya membaca notifikasi di layar ponselnya. Kok kayak kenal sama namanya ya? batin Tyas sambil mengklik profil orang yang baru mengikuti akunnya di instagram itu.

Begitu profilnya terbuka dan menampakkan wajah yang dikenalnya dalam salah satu unggahan foto di akun itu, Tyas sontak berseru, "Tuh, kan, benar!"

Ini orang maunya apa sih? gerutu Tyas dalam hati. Pengin Tyas kunci akun instagramnya, tapi sudah terlanjur di-follow juga. Mengunci akunnya sekarang tidaklah berguna. Pengin Tyas block akun orang itu, tapi Tyas pikir lagi ngapain juga dia harus sampai segitunya untuk manusia bernama Leo ini?

"Apanya yang benar, Yas?" tanya Melisa seraya menyeruput es teh manisnya. Ia sampai kaget tadi waktu Tyas tiba-tiba saja berseru.

"Eh? Oh, ini... jawaban kuis gitu, Mel," kilahnya. Melisa mengangguk-angguk kemudian kembali melahap siomay di piringnya.

Tyas menghela napas pasrah. Ya sudahlah Tyas hanya bisa membiarkannya saja. Cowok kayak Leo kalau ditanggapi pasti malah makin jadi, jadi sebaiknya didiamkan saja.

Seolah belum cukup dengan notifikasi yang mengagetkannya, Tyas tambah terkejut mendapati notifikasi kalau Leo mengirim direct message untuknya.

Bocah, saya minta kontak telepon kamu dong.

Ya saya bisa aja sih minta dari Airin, cuma sebagai lelaki yang pemberani saya maunya dapet dari kamu sendiri.

Tyas mengerutkan dahinya membaca pesan dari Leo. Sumpah deh, ini cowok sebenernya jelmaan setan kali ya? Kenapa hobi banget sih gangguin orang? Abaikan saja lah! keluh Tyas dalam hati. Jangankan ada niat untuk membalas DM dari Leo, permintaan DM Leo itu saja tidak Tyas accept. Biarkan saja Leo berpikir kalau Tyas belum membaca DM darinya.

"Kenapa sih, Yas?" tanya Melisa yang sedari tadi memperhatikan raut wajah Tyas yang terlihat risih.

"Ini ada orang gak jelas DM gue di instagram."

"Mana? Coba lihat." Baru saja Melisa mencondongkan kepalanya untuk melihat layar handphone Tyas, Tyas langsung menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas.

"Gak usah lah orang gak jelas ngapain dilihat," alibinya. "Eh, orang yang waktu itu nanyain cushion jadi beli?" tanya Tyas dengan sengaja mengalihkan topik pembicaraan.

"Jadi. Udah transfer juga. Tinggal gue kirim barangnya nanti sore. Alhamdulillah rezeki buat belanja make up lagi."

Tyas tertawa mendengarnya. "Shopping mulu otak lu," ledeknya.

"Yoi dong! Eh ngomong-ngomong buat job Sabtu depan gue gak bisa ikutan nih, Yas. Mau jengukin nyokapnya cowok gue soalnya baru balik dari rumah sakit."

"Eh? Sakit apa nyokapnya si Fadli?"

"Baru abis operasi batu ginjal."

"Ya Allah, semoga cepat pulih. Ya udah gak apa-apa, Mel, gue sendiri aja lagian cuma riasin satu orang juga kok."

Sabtu ini mereka dapat job untuk mrias seorang model photoshoot. Sebenarnya ada enak dan gak enaknya sih buat Tyas kalau merias model atau talent gini. Enaknya itu biasanya yang dirias hanya satu orang, gak kayak acara lamaran yang harus merias pengiring atau pendampingnya juga. Gak enaknya itu ketika harus stay untuk retouch. Apalagi kalau pemotretannya ada beberapa sesi terus ganti outfit atau tema yang otomatis Tyas juga harus mengganti make up look dari sang model untuk menyesuaikan dengan tema. Ya, walaupun tentu ada biaya tambahan untuk itu, tapi tetap saja rasanya menunggu itu melelahkan. Kalau berdua sama Melisa kan Tyas bisa gantian, misalnya sesi pertama Tyas yang make up nah sesi keduanya Melisa. Karena kali ini Melisa ada keperluan lain jadi mau gak mau yaa Tyas harus menanganinya sendiri.

"Thanks ya, Yas, nanti gue bilang ke Kak Airin biar honornya ke lu semua."

"Santai aja kali, Mel." Bagi Tyas, menjadi MUA bukan soal mengejar honor. Honor hanya bonus untuknya. Tyas cuma ingin menyalurkan hobinya agar bisa bermanfaat untuk orang lain. Tyas selalu suka melihat senyum puas di wajah orang lain yang diriasnya, dengan begitu Tyas merasa kalau ia masih mampu memberikan kebahagiaan untuk orang lain. Meskipun hidupnya sendiri tak seindah hasil riasannya.

***

To be continue

To Make You Up [DaMay Friend's Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang