"Ini, kamu pakai baju lama Tante dulu gak apa-apa kan sayang? Nanti pas Om Fauzan pulang kita ke mall ya beli baju sama perlengkapan kamu yang lainnya."
Tyas menerima kaus dan rok panjang yang diberikan Ika. "Gak usah repot-repot, Tante. Tyas juga kan menginapnya cuma sebentar." Lagipula salah Tyas juga karena tidak membawa pakaian ganti ataupun alat mandi sama sekali. Sudah tahu sejak mamanya meninggal, Tyas tidak pernah lagi menginap kesini. Datang saja tidak sesering dulu sewaktu mamanya masih hidup. Jadi mana mungkin Tante atau Neneknya punya persiapan baju untuk kedatangan Tyas yang tiba-tiba seperti ini.
"Gak repot lah, Sayang. Lagian juga Pa—" Kalimat Ika terhenti. Ia lupa kalau dirinya tak bisa bilang bahwa Andi sudah mengirimkan uang untuk membeli keperluan Tyas selama disini. Ika berdehem sejenak sebelum meralat kata-katanya. "Paling nggak kan kamu perlu underwear. Sekalian buat simpanan baju kamu di sini juga gak apa-apa. Jadi kan kalau kamu mau menginap lagi kesini udah ada bajunya."
Tyas akhirnya mengangguk. Menurutnya apa yang dikatakan tantenya ada benarnya juga. Kalau cuma baju luaran sih Tyas mungkin masih bisa pakai punya Ika, tapi kalau urusan underwear kan ukurannya beda. Tadi saja sebelum kesini Tyas sampai harus ke supermarket terdekat untuk membeli celana sekali pakai karena baru ingat kalau dia tidak membawa pakaian ganti apapun.
"Ehm, Papa sama Mama apa kabar?" tanya Ika basa-basi hanya untuk memastikan apa keponakannya ini masih marah pada papanya padahal Ika sudah tahu semuanya karena Andi telah memberitahunya.
Benar saja, raut wajah Tyas langsung terlihat murung namun gadis itu tetap berusaha menyembunyikannya. "Papa baik kok, Tante. Mama juga pasti baik-baik aja di surga," jawab Tyas.
Padahal yang Ika maksud dengan Mama adalah 'Jena' sebagai ibu sambungnya Tyas, tapi rupanya sampai sekarang gadis itu belum bisa menganggap Jena sebagai ibunya juga.
Ika hanya bisa tersenyum seraya mengusap kepala Tyas. "Ya sudah kamu ganti baju dulu sana lalu istirahat. Tante mau nemenin si kecil tidur dulu ya."
"Iya, Tante."
Setelah Ika keluar dari kamar, Tyas pun lantas mengganti bajunya. Saat Tyas sedang merapikan rambutnya, ponselnya bergetar. Rupanya ada video call yang masuk dari Anya, kakaknya.
Tyas pun lantas mengusap layar ponselnya untuk menjawab panggilan masuk tersebut lalu menjauhkan sedikit ponselnya agar wajahnya terlihat secara keseluruhan di layar.
"Loh, kamu di mana, Yas?" Pertanyaan itu yang pertama kali terlontar dari mulut Anya saat melihat latar belakang di sekitar adiknya.
"Tebak dong," ujar Tyas. Ia kemudian membawa ponselnya berputar ke sekeliling.
"Kamu di rumah Nenek ya?" tanya Anya setelah berhasil mengenali tempat yang ditunjukkan Tyas.
Tyas mengangguk mengiyakan.
"Ooh, salamin ya sama Nenek. Sama Tante Ika juga," ujar Anya.
Tyas mengangguk lagi.
"Oh iya, Papa mana? Kakak mau ngomong sama Papa dong. Tadi ditelepon eh lagi sibuk, terus Kakak telepon lagi gak aktif."
Tyas terdiam. Anya yang melihat perubahan raut wajah adiknya yang tiba-tiba itu pun mulai merasa curiga. "Jangan bilang kamu ke rumah Nenek gak sama Papa? Kamu kabur ya?" selidik Anya.
"Ih, aku gak kabur. Memang gak sama Papa aja. Papa lagi ke Bandung soalnya," kilah Tyas. Padahal papanya baru akan berangkat ke Bandung hari Minggu sore.
Anya menyipitkan matanya menatap Tyas dari layar ponselnya. "Jangan bohong sama Kakak, Yas. Jujur aja kamu kenapa? Berantem sama Papa? Atau sama Mama Jena?"
KAMU SEDANG MEMBACA
To Make You Up [DaMay Friend's Story]
Romance[Complete] Tyas Anjani, seorang mahasiswi semester tujuh yang berprofesi sampingan sebagai make up artist dalam bisnis kecantikan kecil-kecilan yang dikelolanya bersama dua orang temannya. Bagi Tyas, hal yang paling membuatnya sebal adalah ketika me...