5. Si Garing

23.6K 3K 95
                                    

Tyas dan Melisa dipaksa untuk tetap tinggal sampai acara lamaran selesai. Acaranya berlangsung sangat sederhana dan khidmat. Mungkin kedua calon mempelai memang sengaja mengambil tema kekeluargaan jadi para tamu yang hadir memang hanya orang-orang yang masih memiliki hubungan kerabat dan sahabat dekat.

"Yas." Melisa berbisik sambil mencolek-colek lengan Tyas yang tengah larut dalam suasana khas lamaran dimana sang calon pengantin wanita tengah diminta kesediannya untuk menikahi sang pria yang datang melamar.

"Tyas!" tegur Melisa sekali lagi dengan suara yang lebih keras sampai akhirnya membuat Tyas menoleh.

"Apaan sih, Mel? Lagi seru juga tuh bapak MC-nya lucu banget," protes Tyas karena Melisa mengganggu fokusnya.

"Yas, itu ada cowok yang kemarin pacarnya si mbak-mbak resek. Dia saudaranya Mbak Lia ternyata."

Tyas terkejut mendengarnya, terlebih saat ia mengetahui kalau yang Melisa maksud adalah Leo. Lelaki menyebalkan yang ia temui di dapur tadi. Pantes kalau gitu mereka pacaran. Sama-sama ribet sih. Cocok! batin Tyas

"Ganteng banget ya, Yas? Aduh gue kalau belum punya pacar mah pengin nikung dah," ujar Melisa menatap Leo penuh damba.

Tyas langsung bergidik mendengarnya. "Jangan ketipu sama penampilan, Mel. Biasanya yang kelebihan di tampang tuh suka kekurangan di otak."

Melisa langsung menepuk lengan Tyas. "Sembarangan lu!" omelnya.

"Kenyataan, Mel," sahut Tyas. Keduanya kemudian sama-sama tertawa, tanpa menyadari ada sepasang mata yang memperhatikan mereka.

***

Selesai acara lamaran dan keluarga dari pihak laki-laki sudah pulang, Melisa dan Tyas pun ikut berpamitan. Namun sayangnya ada masalah sedikit karena suami Airin tak bisa datang menjemput. Jadi, Airin meminta tolong pada Melisa untuk mengantarnya pulang.

"Yah, tapi kan gue sama Tyas, Kak," ujar Melisa.

"Boncengan bertiga gak apa deh. Gue gak megang cash nih, udah mana tadi saldo terakhir e-pay gue di ojek online pula."

Melisa hanya bisa geleng-geleng kepala mendengarnya. "Kenapa sedih banget sih hidup lu, Kak?" guraunya. "Ah tapi gue gak mau ah bonceng bertiga. Bahaya. Lagian banyak polisi juga di daerah sini." Melisa tentu tak mau ambil risiko kalau sampai kena tilang. Repot mengurusnya.

"Yah, terus gimana dong?" lirih Airin. Masalahnya dia juga harus segera pulang karena di rumahnya saat ini ada mertuanya yang datang berkunjung. Itu juga yang menjadi alasan kenapa suaminya tak bisa datang menjemputnya. Sebab ia harus menemani ayah dan ibunya sambil menunggu Airin pulang.

Malas memperpanjang situasi seperti ini apalagi di rumah orang lain, Tyas lantas mengambil tindakan. "Ya udah, Mel, lu antar Kak Airin pulang aja. Biar gue yang balik naik ojek," usul Tyas.

Mendengar usul Tyas, Airin sontak langsung memeluk juniornya itu erat. "Aduh emang udah paling baik dah adik gue yang satu ini," pujinya berlebihan membuat Tyas mencibir.

"Ada maunya aja lu, Kak," sungut Tyas.

"Ya udah gue tungguin sampai lu dapet ojek deh, Yas," ujar Melisa. Tyas mengangguk setuju dan ketiganya kemudian berpamitan dengan keluarga Lia.

"Makasih banyak ya semuanya," ujar Lia seraya menyalami Tyas, dan Melisa.

"Lu emang udah dijemput laki lu, Rin?" tanyanya kemudian saat bersalaman dengan Airin.

"Gak dijemput, gue numpang sama Melisa," jawab Airin.

Dahi Lia mengerut mendengarnya sebab ia tahu tadi Melisa datang ke sini naik motor bersama Tyas. "Loh? Kalau lu sama Melisa, terus Tyas pulangnya gimana?" tanya Lia seraya menoleh pada Tyas.

To Make You Up [DaMay Friend's Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang